Lia jadi ingin ke sana, tapi dia takut kalau bertemu Duke itu. Bukankah informasi dari buku Duke itu dijuluki iblis perenggut nyawa?
Lia takut, Lia hanya punya satu nyawa, bagaimana jadinya kalau Duke itu tahu kalau Lia bukan 'istrinya' yang asli? Memikirkan apa yang akan terjadi nantinya, Lia gemetar ketakutan. Badannya jadi tegang, kalau sampai itu terjadi Lia tidak tahu harus berbuat apa nanti. Semoga saja itu tak akan pernah terjadi!
Kalau diingat-ingat lagi, bukankah diagnosis penyakit tubuh ini yang ditempati Lia ini adalah amnesia kan ya?
Kalau begitu, tak ada yang akan curiga kalau Lia jadi orang yang berbeda. Sekali lagi karena dianggap lupa ingatan, ini kan bisa jadi hal wajar kalau perilaku Lia berbeda, bahkan kalaupun sama sekali tak sesuai dengan pemilik tubuh yang lama. Ini ..., bisa jadi tameng besar untuk Lia.
"Kenapa aku baru inget ini? ah bodohnya," umpat Lia pada dirinya sendiri, yang terlampau bodoh dan pikun padahal kejadian diagnosis si Dokter itu kan belum lama terjadi.
"kalau gitu aku boleh ke taman itu kan ya? Aku masuk ke kategori orang sakit, jadi alasan saja kalau aku butuh udara segar karena di kamar itu pengap."
Benar!
Lia punya alasan untuk keluar, meski kamar ini nyaman dan luas. Tapi Lia ingin ke tempat yang membuat badannya yang letih, lemah dan lesu ini jadi lebih segar—orang sakit kan begitu, meski ini badannya sakit karena banyak tidur sih. Tapi bukan hal yang aneh kalau Lia mau cari udara segar, lagipula, Lia mungkin bisa dapat potongan informasi lain tentangnya atau tentang dunia ini kan?
Sedikit-sedikit nanti kan jadi bukit,
Karena nanti Lia akan lebih paham situasi hidupnya bagaimana. Lia harus ke taman dulu! Sayang ada taman sebagus itu, tapi diabaikan kalau di dunianya mungkin akan jadi tempat pariwisata yang dibanderol dengan harga lumayan—kan bagus untuk selfie-selfie anak muda, bahkan semua kalangan usia.
Lia memanggil pelayan, yang tentu saja menungguinya sedari tadi—sejak pikirannya berangan-angan memikirkan banyak hal—padahal sudah Lia suruh duduk, tapi pelayan itu menolak. "Boleh aku keluar dan melihat-lihat taman?"
"Tentu Nyonya. Sebelumnya saya akan mengganti baju anda terlebih dahulu, akan saya ganti baju yang lebih tebal."
Padahal cuma keluar sebentar? Harus ganti baju lagi .... Apalagi bajunya dipakaikan pula. Lia menghela napas, kehidupan orang kaya ehm, bangsawan seperti ini sekali.
****
Bajunya kembali diganti, hanya saja gaunnya memang lebih tebal. Oh iya Lia belum memberitahukan bahwa baju yang dia pakai adalah gaun, yang Lia pakai tadi warnanya putih sampe selutut. Yang sekarang warnanya lilac lebih panjang dari yang tadi, ada cardigan juga—tadi hampir ditambah selendang sih, tapi Lia tidak mau karena itu merepotkan. Lagipula ini cuma mau ke taman, melihat-lihat saja.
Bukan jalan-jalan jauh ..., jadi tak perlu pakai baju yang sampai segitunya.
Apalagi Lia didandani, rambutnya pun dibantu dirapihkan olehnya, dikepang oleh si pelayan—kepangannya sungguh rapih. Rambut baru Lia yang berwarna coklat lembut ditata dengan rapih, Lia baru kali ini mendapatkan perawatan semacam ini, semewah ini. Jadi ini ya perawatan salon-salon cewek-cewek kaya semasa Lia kuliah itu, yang membuat rambut mereka jadi cetar membahana, dan halus itu. Lia saat ini merasakannya, pertama kali, perlakuan ini tidak buruk juga.
Lia pikir dirinya sedikit menyukainya, "terima kasih banyak," Lia berterima kasih dengan tulus, saat melihat tampilannya di cermin—sederhananya terlihat manis.
Tapi sekali lagi ..., yang Lia lihat adalah keterkejutan pada mimik si pelayan.
'Pemilik tubuh ini pasti sangat jahat, sampai tak pernah berterima kasih' pikir Lia, image tubuh ini kayaknya seorang nenek sihir, padahal wajahnya cantik. Memang orang tak boleh menilai dari luarnya saja, ternyata pepatah itu benar juga.
****
Lia memasuki taman, disambut dengan suasana super cerah—membuatnya dipaksa dan secara terpaksa harus menerima payung untuk dipakai. Katanya kulitnya nanti akan terbakar—yah, itu benar juga—lalu, tidak baik dengan keadaannya yang belum sehat.
Yah, Lia hanya bisa tersenyum canggung dalam diam. Dan tak menjawab apapun, cukup mengiyakan sajalah daripada masalah ini jadi panjang. Meski ini lumayan ribet, cuma pergi ke taman tapi harus inilah, itulah betul-betul merepotkan.
"Tamannya cantik, tapi sedikit tak terawat. Kenapa ya?" iya, Lia selesai melihat ke arah sekelilingnya menemukan taman ini sedikit terbengkalai.
Seperti banyak dedaunan yang berguguran, bahkan sampai sudah mengering jadi coklat, tak dibersihkan menjadikannya tumpukan sampah yang mengurangi nilai estetika dari taman ini.
"Ini karena ada beberapa masalah Nyonya."
Masalah ya? Lia jadi ingin tahu, mungkin ada hubungannya dengannya kan? "masalah apa itu?"
Pelayan itu terlihat agak ragu-ragu, "ini ..., saya takut menyinggung anda Nyonya!"
Sudah Lia duga pasti begini yang akan terjadi, sampai segitunya. "tak masalah, katakan saja padaku. Aku tak akan marah, tidak akan menghukummu juga."
"Benarkah Nyonya?"
"Tentu, cepat ceritakan."
"Begini Nyonya—"
Lalu dimulai flashback, yang diceritakan sambil berjalan-jalan di taman.
Awalnya taman ini tidak ada, tapi karena Tuan Duke akan menikah jadilah taman ini dibuat untuk pasangannya, karena dari beberapa informasi pasangan Tuan Duke sangat suka berbagai bunga, terutama jenis bunga mawar. Ditanamilah berbagai jenis mawar kesukaan calon Nyonya Duchess itu,
sepanjang taman bisa dilihat dengan apik, mawar mengelilingi dimana-mana. Ada mawar merah yang konon melambangkan cinta, ada mawar biru, mawar kuning, mawar putih dan bahkan mawar hitam—tapi mawar hitam jumlahnya sangat sedikit. Karena orang-orang banyak bilang, mawar hitam adalah lambang penyihir. Anehnya calon Nyonya Duchess, menyukai mawar hitam itu.
Duke yang mengetahuinya sungguh bingung, karena aneh untuk perempuan seusianya, perempuan biasanya menyukai warna kegelapan seperti itu. Apalagi di Kekaisaran ini, lambang bunga mawar hitam adalah lambang dari keluarga Duke Orona. Lambang Duke Ellington adalah mawar merah, tak ada hubungannya dengan mawar hitam.
Apalagi karena Duke Orona adalah saingan Duke Ellington, Duke Ellington marah melihat calon istrinya menyukai warna musuhnya. Dimulailah pertengkaran dingin itu, dimulai dari terbengkalainya taman ini.
Karena semuanya diacak-acak sendiri oleh perintah calon Nyonya Duke Ellington sendiri, jadi, saat Nyonya Duchess memasuki rumah—tamannya sudah seperti itu, beberapa tukang kebun kadang membersihkannya diam-diam. Karena saat bertemu dengan Duke atau Duchess, pasti mereka akan dimarahi, bahkan dapat berujung pemecatan.
'Cerita yang aneh dan janggal' pikir Lia setelah mendengar kisah yang panjang bak dongeng itu, cuma karena sebuah mawar mereka bertengkar? Ini benar-benar aneh .... Tidak mungkin Duke dan tubuh ini bertengkar hanya karena hal kecil itu, kan? Apa mungkin mawar itu sebenarnya cuma pemicu kecil saja?
Lagipula mawar di taman ini sudah tidak ada, yang ada hanya pohon-pohon kecil dan tanaman serba hijau, tuh. "Lalu kemana perginya semua mawar itu?"