webnovel

18. MENCARI JIHAN DALAM KEADAAN SAKIT

Mobilku di gedor-gedor kaca jendelanya. Mereka bahkan mencoba membuatku ketakutan dengan menodongkan senjata tajam seperti pisau dan tembakan.

Aku mencoba menelfon polisi. Namun saat baru saja ada suara di ponselku tiba-tiba kaca di sampingku melukai pipiku. Mereka memecahkan kaca dengan batu besar.

Aku kesakitan di bagian mata dan saat aku lihat di pipiku berdarah. Mereka membuka mobil dan langsung menyeretku ke jalanan. Aku di pukuli sampai habis-habisan. Perutku sangat mual. Aku benar-benar tidak ingat lagi. Aku bahkan tidak bisa melihat wajah mereka karena mereka memakai topeng berwarna hitam. Aku merasa kesakitan sekali. Aku mencoba meringkuk dan kaki kaki mereka yang berjumlah berapa aku tidak tahu. Punggungku di hajar dengan kuat. Aku sudah merasa hilang rasa. Aku pingsan dan menutup mata.

Ketika aku membuka mataku. Aku melihat cahaya yang sangat membuat mataku ingin menutup mata lagi. Namun telingaku mendengar suara ibu. Dia memanggil namaku. Ketika aku menoleh aku bisa melihat wajah itu yang menangis. Oh, ternyata aku ada di rumah sakit.

Ya Tuhan, tubuhku rasanya remuk semua. Aku merasa tidak bisa bergerak. Nyeri sekali tubuhku ini.

"Kau sudah bangun sayang? Ini ibumu, Aslan. Kau kenapa bisa sampai seperti ini? Ya Tuhan," seru ibuku dengan sedih. Ia mengelus rambutku dengan lembut.

"Badanku rasanya sakit sekali, Bu," ucapku dengan wajah kasihan.

"Dasar bodoh, kau ini tidak tahu ya, orang yang sudah memukulmu itu adalah suruhan dari Jack dia itu orang paling di kenal di club' malam kota ini. Kalau melaporkan kasus ini kepada polisi. Itu tidak akan mungkin. Polisi saja sudah bersekongkol dengan Jack," jelas ibuku sambil duduk dengan kesal.

Aku berusaha duduk.

"Hah? Jadi kau kenal dengan Jack, Bu? Maksudku ayah dari Jihan. Kau ternyata kenal Jack," ucapku dengan perasaan kaget.

"Tentu saja ibu tahu. Ibu ini lebih tua darimu. Ibu tahu segalanya," jawab ibuku sambil mengupas jeruk. Lalu dia menyuapi aku. Aku mengunyah sambil memikirkan penjelasan ibu. Selama ini ibu sudah tau siapa Jack. Berarti Jack sangat terkenal untuk kalangan orang orang menengah ke atas. Bahkan aku tidak bisa melaporkan Jack ke polisi. Ya Tuhan, kasihan sekali hidup Jihan.

"Bagaimana dengan Jihan?" tanyaku dengan keras. Aku benar-benar harus menelponnya sekarang juga.

"Kau kenapa mengurusi perempuan itu terus sih Aslan? Kau bodoh atau bagaimana sih. Nanti kau bisa seperti ini lagi, Aslan," ucap ibuku dengan menahan lenganku.

"Maafkan aku, Bu. Aku harus menelpon Jihan sekarang juga. Aku ingin tahu keadaan dia, Bu," rintihku pada ibu.

Ibu berwajah kesal lalu duduk di sofa sambil bermain ponsel.

Aku langsung saja menelpon Jihan. Telponnya tidak aktif. Aku cemas sekali pasti sekarang Jack sudah tau keberadaan Jihan. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mungkin pergi dengan keadaanku yang seperti ini. Aku masih merasa sakit sekali.

"Halo? Kau dimana, Sam?" Aku menelfon teman kantorku. Semoga saja Samuel bisa aku andalkan.

"Aku tentu saja ada di kantor bos,"

"Aku perlu bantuanmu. Kau cepat pergi ke hotel di dekat mall dan kau cari wanita yang bernama Jihan Karbela. Bawa dia ke sini sekarang juga," ucapku dengan cepat.

"Bos, masih di rumah sakit?" tanya Sam.

"Iya, cepat kau laksanakan perintahku. Jangan sampai aku menunggu selama dua jam," seruku dengan cepat.

"Oke baiklah kalau begitu, Bos. Saya akan ke hotel sekarang juga,"

Aku menutup telfon setelah Sam mengatakan itu. Aku sangat berharap Jihan di hotel belum di temukan oleh Jack. Aku sangat berharap itu.

Setelah menunggu satu jam telfon dari Sam. Akhirnya dia mengabarkan aku. Tetapi kabarnya sangat buruk.

"Maaf, Bos. Aku tidak bisa menemukan Jihan Karbela," kata Sam dengan suara pasrah.

"Baiklah, terimakasih Sam. Mungkin aku akan mencarinya sendiri," ucapku dengan yakin.

"Tapi Bos kan sedang sakit," kata Sam khawatir.

"Kau jangan mengatakan aku akan kabur dari rumah sakit ini kepada siapapun dan kau juga jangan bercerita kepada siapapun soal Jihan. Kau mengerti?" ucapku dengan tegas.

"Baik, bos. Saya mengerti, kapanpun kau membutuhkan. Aku selalu ada, Bos," kata Sam dengan tegas.

"Bagus itu," aku menutup telfon dengan cepat.

Satu-satunya cara yang bisa aku lakukan adalah mencari sendiri keberadaan Jihan. Semoga aku bisa menemukan dimana keberadaan Jihan. Aku menunggu malam hari di rumah sakit. Karena rencananya aku akan kabur dari rumah sakit ini.

Ibuku sudah pulang ke rumah. Sekarang sudah larut malam. Saatnya aku kabur dari sini. Maafkan aku, Bu. Aku janji tidak akan membuatmu kecewa karena keputusanku ini. Aku memilih membantu Jihan dari pada harus berbaring di rumah sakit ini.

Kini aku mencopot dengan paksa infus Yang ada di telapak tanganku. Rasanya memang sedikit sakit. Tapi aku berusaha untuk bisa kabur dari rumah sakit ini. Aku berjalan dengan pelan dan membuka pintu yang gagangnya serasa dingin. Pintu terbuka dengan pelan. Aku segera merapatkan jaket yang aku pakai. Kini aku sudah berada di luar ruangan. Aku mencoba untuk berjalan santai dan tetap hati-hati.

Mungkin aku harus menuju ke club' itu lagi. Tapi bagaimana mungkin? Kalau para suruhan Jack mengenaliku bagaimana? Oke aku sebaiknya harus mengganti mobilku dan aku harus memakai topi.

Aku menuju ke rumahku. Kulihat suasana rumahku sudah sepi dan tidak ada siapapun di luar kecuali satpamku dan tentunya ibu pasti sudah tidur di dalam kamarnya.

"Satpam buka gerbangnya," seruku kepada satpamku.

Satpam membuka gerbang. Aku langsung memarkirkan mobil di garasi yang luas. Aku segera berlari menuju satpam.

"Kau jangan katakan apapun soal ini kepada ibuku, ya. Camkan itu!" seruku dengan cepat.

Satpam rumahku lalu mengangguk paham.

Kini aku segera mengganti mobil ku. Aku memakai mobil sport berwarna kuning. Persisi seperti mobil di film Transformers yaitu boomblebee.

Meski badan ku agak sedikit sakit dan tanganku juga. Tetapi aku berusaha untuk kuat. Aku tidak mau diam jika orang yang sangat aku sayangi sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Aku sangat mencintai Jihan. Aku harus segera bertemu dengannya.

Kini mobilku sudah berada di depan club' bernama sandiego. Aku melihat lampu club' yang menyala di atas pintu yang besar. Semoga saja Jihan ada dalam club' itu atau aku berharap dia akan di tempat lain dan tidak bertemu dengan ayahnya. Tetapi itu sepertinya tidak mungkin. Jihan pasti berada di dalam. Semoga kau baik-baik saja Jihan.

Aku memarkirkan mobilku dan dua orang berbadan besar menyambutku. Mungkin mereka sudah tahu kalau aku adalah orang kaya. Aku segera memakai topi. Berharap para suruhan Jack tidak ada yang mengenaliku.