Rutinitas Indy setiap pagi seperti biasa. membangunkan Andre.
"Kak" teriak Indy sambil masuk kedalam kamar. Indy memasang wajah heran saat melihat tempat tidur yang berantakan itu kosong.
"Kak" panggilnya kembali, diliatnya kamar mandi juga kosong. Ia berjalan menuju balkon kamar Andre dan melihat pemandangan yang asing baginya, Andre sedang telfonan sambil tersenyum.
'Bentar lagi jadi bucin' gumam Indy malas.
"Iya bye, nanti gue kesana bentar lagi" Andre menutup panggilan tersebut dan berbalik.
"Astaga" pekiknya.
"Cie yang lagi jatuh cinta" ejek Indy. Andre berjalan masuk kedalam kamarnya, mengambil kunci mobil dan jaket.
"Eh mau berangkat jam segini?" tanya Indy heran.
"Iya lah"
"Ih kesubuhan, dikelas juga mau ngapain" Andre menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Indy.
"Emang ya jadi cowok tuh serba salah. Bangun telat salah, bangun cepet salah. Maunya apa sih? Dasar cewek, ribet" gerutu Andre. Indy tertawa pelan.
"Emang cewek tuh ribet, makannya gue gak suka sama cewek" jawabnya santai.
"Astagfirullah dek, nyebut. Kita sarapan dulu, gue mau langsung pergi soalnya" Andre berjalan meninggalkan Indy yang makin terheran-heran melihat tingkah Andre, namun dengan cepat Indy menyusul Andre. Setibanya dimeja makan kedua orangtua mereka seperti sedang membicarakan sesuatu, dan langsung berhenti bicara saat melihat Andre dan Indy.
"Selamat pagi semuanya" sapa Andre terlebig dahulu, Indy mendengus karena didahului oleh Andre, padahal ia sudah tersenyum dan akan menyapa dengan semangat paginya.
"Andre, tumben udah bangun pagi gini" ucap mamah, Indy menahan tawanya sambil duduk disebelah Andre.
"Andre udah biasa bangun pagi Mah, cuma gak pernah langsung kebawah aja" jawabnya, mata tajam langsung diarahkan untuk Indy yang sedari tadi masih menahan tawa.
"Halah, padahal setiap pagi biasanya aku masuk kamar dia pasti aja lagi bobo ganteng" Ucap Indy. Andre mengambil nasi goreng keatas piringnya.
"Emang selalu ganteng lagi tidur juga. Makasih adik ku yang cantik, tapi ngeselin. Liat lo nanti dimobil" Andre mengambil air putih yang disiapkan Indy.
"Mah" rengek Indy memasang wajah imut.
"Kalian tuh ribut terus kerjaannya. Gak bosen apa? Dre kamu banyakin sabar ya punya adik kayak Indy. Tahan emosi" Indy tersenyum mendapat belaan.
"Iya mah" gumam Andre, ia memulai sarapannya. Indy tertawa kecil, ia tau kelemahan Andre dari dulu adalah tidak bisa melawan mamah, padahal mamah orangnya baik banget, kalo marah gak pernah berlebihan.
"Tuh harus banyakin sabar" sombong Indy.
"Iya, tapi kalo sabarnya abis gue turunin lo ditengah jalan" ucapnya dihiasi senyum licik.
"Ah gak rame ancemannya, dikit-dikit turunin, dikit-dikit turunin. Katanya mau jadi kakak yang ganteng terus baik. Gak takut gue diculik apa? Cantik gini"
"Indy, beresin makanan kamu dulu, baru ngobrol" ucap Papa yang langsung membuat Indy terdiam.
Andre tersenyum lebar mendengar Indy ditegur, dengan cepat mereka menyelesaikan sarapan.
"Udah. Yuk berangkat"
"Ih gue ambil tas dulu dikamar" jawab Indy cepat, ia langsung bergegas naik kekamarnya.
"Mah, Pah Andre berangkat dulu ya" ucapnya sambil mencium kedua tangan orangtuanya.
Indy menuruni tangga dengan cepat, kembali ke meja makan.
"Mah, Pah Indy berangkat ya" pamit Indy.
---
Sesampainya digerbang sekolah, saat Indy hendak membuka pintu, Andre menghentikan nya.
"De, hari ini gue jemput lo ya. Inget, jangan deket-deket sama cowok kemaren, apalagi sampe dianter sama dia lagi"
"Emang kenapa sih? Gue kan cuma temenan sama dia. Gue jomblo terus dong kalo gini caranya" gerutu Indy.
"Heh ikutin aja, kalo kakak bilang enggak ya enggak" Alis Indy bertaut, baru kali ini Andre melarangnya seperti ini.
"Iya deh iya, gue gak akan terlalu deket sama dia. Tapi temenan doang boleh kan?" Tanya Indy pelan. Andre mengangguk.
"Gue turun ya" lanjutnya.
"Inget pesen gue tadi" Indy memutar matanya malas.
"Iya bawel"
Saat Indy berjalan melewati lapangan, pandangan nya tertuju pada hal yang menarik perhatiannya. David yang baru saja beres menerima telepon. Tampilannya seperti biasa, sangat keren, dengan lengan seragam yang dilinting.
"Hey" Indy terkejut dan menatap orang dibelakangnya.
"Ih, gue kaget" protes Indy. Selena hanya tersenyum tak berdosa.
"Lagian fokus banget sih mandangin Ketos, gue manggil lo dari parkiran tau"
"Boong banget" jawab Indy malas, "kalo diparkiran mah gue juga masih fokus" Selena tertawa.
"Tuh kan bener lo tadi fokusnya ke dia" Indy yang baru menyadari pun ikut tertawa.
Sampai dikelas Indy mengeluarkan ponselnya yang bergetar. Chat dari David.
'ketawanya kenceng banget🤣' senyum Indy mengembang.
'Haha, iya nih Selena ngajak ketawa'
'Nanti gue deh yang bikin lo ketawa'
"Hayo chatan sama siapa sampe senyum-senyum sendiri kaya orang gila gitu" komentar Selena yang sudah mengeluarkan buku.
"Iya nih, David ngedenger kita ketawa" jawab Indy bangga.
'Ditunggu bikin ketawanya' balas Indy. Tak perlu menunggu lama, chat Indy langsung dibaca.
'Ya udah nanti istirahat ketemu bentar ya, mau ngasih sesuatu'
'Ngasih apa?'
'Udah, pokoknya gue tunggu dibelakang kantin'
"Sel. Dibelakang kantin ada apa?" alis Selena bertaut, bingung.
"Lorong gak ke pake gitu, tempat meja meja yang udah jelek ditumpuk. Kenapa?" Indy menggelengkan kepalanya.
____
Indy berjalan pelan saat memasuki lorong itu, benar saja David sudah duduk disana, sedikit canggung saat langkah nya sudah dekat dengan David.
"Sini" kata David, menepuk meja sebelahnya dan dilakukan patuh oleh Indy.
"Mau ngasih apa sih? Kok harus disini?" tanya Indy dengan nada bercanda.
"Oh iya, nih" Indy menerima selembar kertas kecil itu dan membacanya dengan teliti.
"Ulangtahun?" David mengangguk.
"Insyaallah dateng ya"
"Gak mau tau harus dateng. Besok ada yang mau gue kasih tau ke lo" alis Indy bertaut.
"Ngasih tau apa?" David mengangkat bahunya.
"Kalo mau tau harus dateng" Indy tersenyum dan memasukkan kertas itu kedalam tas.
"Iya dateng" jawabnya membuat David tersenyum.
"Eh iya, ngapain harus disini sih buat ngasihin undangan doang?" David menatap Indy sebentar, lalu menyandarkan bahunya pada tembok.
"Di sini enak, sepi. Jadi kalo misalnya lo nyariin gue dimana-mana gak ada, disini tempatnya" Indy mengangguk mengerti.
"Bukannya lo suka sama temen-temen ya kak? Kok bisa sampe kepikiran buat menyendiri disini"
"Ya kalo dirumah lagi gak ada masalah mainnya sama anak-anak, tapi kalo lagi ada masalah yang bikin kepala mumet baru cari tempat sepi. Gue orangnya kalo lagi badmood suka nyebelin, apa-apa dibawa emosi" jawab David dengan tawa pelan.
"Kirain cowok kayak lo gak akan punya masalah"
"Semua orang punya masalahnya masing-masing, kalo urusannya dari orang luar sih bodo amat, kalo udah tentang orangtua baru pusing. Gini deh, kalo gue lagi sendirian, gue sampe mikir gue punya ibu gak sih? Kok yang sayang sama gue cuma ayah sama kakek"
"Emang ibu lo kenapa?" David tersenyum lalu menyentuh hidung Indy dengan jarinya.
"Istirahatnya nanti keburu abis, kalo dengerin cerita gue gak akan keburu, lo belum makan kan?" Indy menggelengkan kepalanya.
"Emang lo udah makan?" Indy balik bertanya.
"Udahlah, orang dari jam tujuh gue gak masuk kelas" cengir David membuat Indy menggelengkan kepalanya beberapa kali.