webnovel

I am Not Hero

Aku bukanlah seorang kesatria, penyihir, apalagi seorang pahlawan. Aku hanyalah pemuda desa biasa yang berpetualang demi melupakan seseorang yang kucintai. Sebuah kisah dimana seorang pemuda desa yang akan mengalami sebuah petualangan untuk melupakan sang pujaan hati dan hidup damai di dunia. Apakah ia dapat melupakan dan move on dari orang yang ia cinta? apakah takdir akan mempertemukan ia dengan seseorang yang lebih baik?

Abib_Setiawan · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
8 Chs

Chapter 6

___________________________________________________________________

Chapter sebelumnya:

Fiona dengan tiba-tiba mengajakku untuk beduel dengannya. Ia berkata ingin mengetahui seberapa kuat orang yang menyelamatkan sahabatnya, dan dengan terpaksa aku menurutinya. Akupun berduel dengan Fiona. Walaupun dia lebih muda dariku ia tampaknya cukup kuat, sehingga membuatku kesusahan saat melawannya. Setelah pertarungan yang cukup sengit aku akhirnya memenangkan pertarungan dan membuat Fiona pingsan.

___________________________________________________________________

Pagi hari yang cerah ini, aku bangun dari tempat tidurku. Lusa adalah hari pernikahan Lisa dan pangeran. Semakin aku memikirkannya, semakin kacau juga perasaanku.

Aku beranjak pergi dari tempat tidur menuju ke taman yang berada di tengah mansion. Aku ingin sekali menenangkan pikiran saat ini. Aku melewati lorong yang cukup panjang, sampai pada akhirnya aku sampai.

Di sepanjang jalan kemari, aku melihat para maid yang sedang bersih-bersih. Ada cukup banyak maid disini. Mungkin karena Fiona adalah bangsawan. Tetapi, sepertinya keluarga Fiona tidak mempunyai budak.

Aku duduk di bangku taman mansion. Sambil memandang langit cerah di pagi hari. Berharap ini semua hanyalah mimpi.

Saat aku sedang asik memandang langit, Fiona menghampiri ku dan ia duduk di samping ku.

"Langitnya cerah sekali ya? Sepertinya matahari juga ikut gembira."

Fiona memandang langit.

"Gembira?"

"Ya, sepertinya matahari juga ikut merayakan akan keberhasilan pahlawan mengalahkan raja iblis."

"Mungkin kau benar."

Aku menjawab dengan raut wajah yang rumit.

"Hey Remi, apa kau tidak mau pergi untuk menikmati festival?"

"Hmmm...sepertinya tidak. Aku tidak menyukai keramaian."

"Heh, dasar aneh."

Fiona berhenti memandangi langit dan menoleh ke arahku.

"Remi. Boleh aku bertanya sesuatu."

"Apa itu?"

"Kemarin malam Zelda bercerita kepadaku, bahwa kau adalah teman semasa kecil pahlawan Lisa. Apakah itu benar?"

"Ya, aku dan Lisa adalah teman semasa kecil. memangnya ada apa?"

"Tidak, aku hanya berfikir alasan sebenarnya kau datang ke ibukota."

Aku kaget mendengar perkataan Fiona dan langsung melihat ke arahnya.

"A-apa maksudmu? Aku hanya ingin merayakan keberhasilannya mengalahkan raja iblis."

Aku menjawab dengan gugup.

Fiona menatapku agak lama.

"Begituhkah. Aku akan pergi mandi dahulu, sampai nanti."

Fiona langsung berdiri dan meninggalkanku sendiri.

"Fuuuhhh....."

Aku menghembuskan nafas panjang.

Setelah beberapa lama aku memutuskan untuk kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar aku langsung rebahan di kasur yang sangat besar dan nyaman ini.

"Huh, apa yang akan aku katakan saat bertemu Lisa nanti."

Aku memikirkan berbagai kata sampai-sampai aku merasa sangat bosan.

"Apa yang sebenarnya aku lakukan."

Aku bangkit dari kasur dan mengganti baju. Kemudian aku berjalan keluar untuk mengganti suasana, walaupun aku tidak menyukai keramaian.

Karena bosan, aku memutuskan untuk pergi berkeliling kota. Setelah aku pikir-pikir, aku sudah melakukan perjalanan yang cukup jauh agar sampai kesini. Kenapa aku malah berdiam diri di kamar? Aku merasa seperti orang bodoh.

"Oh...Remi-sama, selamat pagi."

Saat aku keluar kamar, Marie menyapa ku dengan senyum di wajahnya.

"Marie, pagi. Tunggu, kau tidak perlu memanggilku menggunakan penghormatan."

Aku merasa malu di panggil seperti itu.

"Itu tidak bisa, Remi-sama adalah tamu dari Zelda-sama. Jadi mana mungkin aku memanggilmu dengan nama mu saja."

"Eeee, tapi—"

Sebelum aku menyelesaikan kalimat ku, Zelda tiba-tiba datang.

"Selamat pagi Remi, Marie."

Zelda menyapa dari belakang.

"Selamat pagi Zelda-sama."

Marie membalas dengan senyum yang selalu ada di wajahnya. Akupun juga menyapa setelah Marie.

"Remi, apa kau akan pergi ke luar?"

"Ya, aku ingin mengganti suasana."

"Benarkah! Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi bersama?"

Zelda menjawab dengan semangat.

"Eh.... Baiklah, kalau kau tidak keberatan."

Aku menjawab dengan ragu-ragu.

"Yee, tapi bolehkah aku mandi terlebih dahulu? apakah kau tidak apa-apa menunggu, Remi?"

"Ya, aku akan menunggu di depan."

"Baiklah, Marie bisakah kau menyiapkan pakaian."

"Baik Zelda-sama. Kalau begitu saya permisi."

Marie dan Zelda pun langsung pergi.

Aku pun pergi menuju gerbang keluar mansion. Disana terlihat 2 penjaga yang dulu meledek Zelda.

"Hey kalian, apa kabar?"

Aku menyapa kedua penjaga tersebut dan menghampiri mereka. Mereka pun terkejut melihatku.

"Eh.....B-b-baik tuan."

Jawab salah satu penjaga dengan gagap.

Sepertinya mereka merasa tidak enak denganku. Setelah kejadian itu.

"Hmm.... Apa kalian tidak pergi menikmati festival?"

"Eh.... T-t-tidak tuan."

Jawab penjaga satunya.

Sepertinya mereka ketakutan, sebenarnya apa yang di lakukan Marie kepada mereka. Akhirnya kami hanya diem-dieman di depan gerbang. Sungguh suana yang canggung.

Selang beberapa lama, Zelda pun keluar dari mansion.

"Maaf membuatmu menunggu Remi."

Ia keluar menggunakan pakaian yang sungguh indah. Di tambah wajahnya yang mungil, Zelda terlihat sangat cantik, dia benar-benar mengingatkan ku tentang Lisa.

"Ti-tidak apa-apa."

Wajahku sepertinya sedikit memerah.

"Remi, wajah mu sepertinya memerah, apa kau tidak apa-apa?"

"Y-ya, mungkin karena sinar matahari. Wajahku jadi sedikit memerah."

Aku menggaruk pipiku menggunakan jari telunjuk.

"Eh... Apa kau benar baik-baik saja? Aku minta maaf karena membuatmu menunggu lama."

Wajah Zelda terlihat murung.

"Itu bukanlah masalah Zelda-sama. Lagipula aku sendiri yang bilang akan menunggu di depan."

"Tapi...."

"Yosh, mungkin sebaiknya kita jalan. Nanti keburu siang."

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah."

Aku dan Zelda pun berjalan berkeliling ibukota. Karena aku belum pernah kesini sekalipun, jadi Zelda yang memimpin perjalanan kali ini.

Kami mengunjungi berbagai macam toko dan kios-kios yang tersebar di seluruh penjuru kota. Mungkin karena sekarang ada perayaan besar, ada banyak sekali kios-kios disini. Bahkan lebih banyak dari pada di kota Springfield.

Kami mencicipi berbagai macam makanan disini. Dari yang manis hingga pedas. Dari yang lezat sampai yang aneh. Kami juga melihat pertunjukan jalanan, bermain mini game di kios-kios dan mencoba berbagai macam pakaian di toko pakaian. Aku juga mengetahui suatu fakta mengejutkan, yaitu tentang nafsu makan Zelda yang besar.

Kami sudah mengelilingi kota cukup lama dan sekarang sudah siang hari. Kami memutuskan untuk beristirahat di sebuah kedai yang bernama La'panzuela. Sungguh nama kedai yang aneh. Tetapi disini adalah salah satu kedai yang terkenal. Mungkin karena disini terdapat menu makanan yang unik.

Zelda pun memesan perfait, perfait adalah salah satu makanan unik yang hanya bisa di temukan di restoran ini, dan nampaknya ini sangat disukai oleh wanita. Sedangkan aku hanya memesan kopi.

"Sepertinya kau sangat bersenang-senang ya, Zelda-sama."

Aku melihat Zelda yang melahap perfait dengan lahap.

"Eh..begitukah?"

"Ya, kau terlihat sangat menikmati ini semua. Dan kau sudah makan makanan yang cukup untuk 3 orang."

Aku sedikit meledek Zelda.

Zelda tersipu malu.

"Hump, abisnya semua makanan disini terlihat lezat."

Zelda mengembangkan pipinya.

"Anjir, makhluk apa ini, imut banget." Ucapku dalam hati.

"Hahahaha."

Aku tertawa ringan.

"Remi..."

Ucap Zelda dengan suara yang berat.

"Ada apa Zelda-sama?"

"Terima kasih ya."

"Eh..... Kenapa kau berterima kasih kepadaku, Zelda-sama?"

Aku terkejut dengan ucapan terima kasih dari Zelda-sama.

"Aku ingin berterima kasih karena kau tidak memperlakukanku seperti seorang bangsawan."

"Aku masih tidak mengerti apa yang kau ucapkan, Zelda-sama."

"Hmp..... Dasar bodoh."

"Ehhhhh.... Kenapa?"

"Aku ingin berterima kasih karena kau meperlakukanku layaknya seorang gadis biasa, bukan seorang gadis bangsawan."

Zelda menundukkan wajahnya.

"Oh..jadi begitu." Ucapku dalam hati.

"Kau tahu kan, ibuku selalu saja melarangku dalam berbagai hal. Seperti halnya dalam berhubungan. Dia hanya memperbolehkan ku berteman dengan para bangsawan saja. Dan karena aku adalah bangsawan, semua orang memperlakukanku dengan sangat hormat. Jujur saja itu membuat ku merasa tidak nyaman."

Aku hanya bisa diam dan mendengarkan.

"Jadi perlakuan mu yang seperti inilah yang membuat ku merasa senang. Aku sangat berterima kasih, Remi."

Dia mengangkat wajahnya dan tersenyum padaku.

"Zelda-sama........"

Ntah kenapa melihat senyuman Zelda membuat hatiku merasa sakit. Ia membuat ku mengingat kejadian di waktu kecil saat aku bersama Lisa. Aku pun terdiam selama beberapa saat.

"Remi, kau kenapa? Menjadi diam begitu."

"Eh....tidak, tidak apa-apa."

"Gezzz, apa kau mendengarkan ku."

Zelda menatap mataku.

"Iya-iya aku dengar. Aku hanya sedikit melamun tadi."

Aku memasang wajah yang rumit.

"Gezzz, bodoh."

"Hehehehe...."

Aku memasang wajah tersenyum kecut.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini, Zelda-sama?"

"Eh....hmmmm........aku belum memikirkannya."

Zelda sepertinya tidak tahu apa yang mau dia lakukan selanjutnya.

"Kau sendiri bagaimana, Remi? Apa ada suatu tempat yang ingin kau kunjungi?"

"Hmm.....bagaimana kalau kita menonton pertunjukan drama. Saat berada di toko pakaian, aku mendengar orang-orang membicarakan itu."

"Ohh..... Sepertinya mengasikan. Baiklah kalau begitu."

Setelah itu kami pun segera menghabiskan minuman yang kami pesan dan langsung pergi menuju ke tempat pertunjukan drama.

Sesampainya kami di sana, kami melihat sebuah tempat seperti tempat sirkus dan orang-orang berbaris untuk membeli tiket masuk. Akupun menyuruh Zelda agar menunggu di tempat yang teduh dan membeli beberapa cemilan. Tak beberapa lama aku akhirnya mendapatkan tiketnya dan langsung mengajak Zelda masuk ke dalam.

Pertunjukan ini sepertinya menampilkan pertunjukan tentang pahlawan yang melawan raja iblis. Pertunjukan ditampilkan dengan sangat baik. Dari akting para pemain sampai tata hias tempat pertunjukan. Semua itu benar-benar dilakukan dengan sangat baik. Pertunjukan itu memakan waktu 2 jam sebelum akhirnya berakhir.

"Fuahhh, pertunjukan itu sangat bagus ya, Remi."

"Ya, para aktor sangat mendalami perannya masing-masing."

"Tak kusangka ada pertunjukan sebagus ini."

"Ya kau benar Zelda-sama."

Kami pun berjalan perlahan ke luar.

"Nee, Remi."

"Huh?"

"Terima kasih ya, sudah menemaniku berkeliling festival. Ini sangat menyenangkan."

Ucap Zelda sambil tersenyum ke arah ku. Senyumannya sungguh manis, sampai membuatku tersipu saat melihatnya.

"Iya, aku juga senang."

Tanpa fikir panjang aku membalas senyuman Zelda.

Setelah itu kami pun memutuskan untuk pulang ke mansion. Selama perjalanan pulang, kami bercerita tentang hal-hal yang kami lakukan saat berkeliling festival. Ini sungguh menyenangkan.

Chapter 06 END