webnovel

I am a survivor

Hwi Min-Ki adalah anak dari bos mafia kaya di Korea Selatan. Setelah selamat dari kecelakaan helikopter yang menewaskan orang tuanya ketika berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan identitas baru. Oh Tae-Won adalah orang yang berhasil menariknya keluar dari mimpi buruk dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Laki-laki tua itu tidak hanya memberikan kesempatan hidup kedua untuknya sebagai Cho Joo-Won, namun juga membuatnya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dua belas tahun kemudian, sebagai kapten dari SEAL Angkatan Laut Korea Selatan, Cho Joo-Won berhasil membuktikan janjinya kepada Oh Tae-Won. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau semuanya harus ditukar dengan nyawa laki-laki tua itu. Ternyata hidup itu seperti kertas putih dan setiap goresan hitam akan terus menempel meninggalkan bekas. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, melindungi cucu Oh Tae-Won. Awalnya ia berada di sisi Oh Yun-Hee karena ingin melindungi gadis itu dari pamannya, Hwi Yong-Jae. Namun perlahan tapi pasti, perasaan itu mulai muncul. Ia mulai menyukainya. Ia mulai bisa bernapas kembali karena Yun Hee. Ia mulai tidak sabar menunggu hari esok dan melihat gadis itu. Dua belas tahun lalu, ia berhasil lolos dan bersembunyi dari semuanya. Sekarang, ia harus menghadapinya sendiri karena ia mulai berharap. Harapannya adalah hidup bersama gadis itu untuk waktu yang lama. Tapi, kali ini ia tidak akan membiarkan takdir menukar hidup gadis itu dengan hidupnya.

lEm0n94 · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
26 Chs

Oh Yun-Na

"Terus cari di semua tempat dan coba hubungi temannya. Aku akan segera sampai." Yun Hee menutup telepon dan memegang erat ponsel di tangannya. Ia menatap ke luar jendela dengan tatapannya kosong tapi kepalanya terus memikirkan hal lain. Yun Hee menutup mata dan menghela napas panjang.

Ketika mobil berhenti tepat di depan rumahnya di Paju, beberapa orang sudah berkumpul disana menunggu Yun Hee. Ia langsung keluar dari mobil dan berjalan ke arah seorang wanita yang berdiri paling depan. Sebelum Yun Hee sempat berbicara, bibi Soon Ja dengan suara terisak berkata kepadanya, "Kami masih belum menemukan Yun Na. Kami sudah mencarinya ke semua tempat."

Oh Yun-Na, adik kandungnya yang berusia lima tahun adalah anak yang aktif. Semua orang menyukai gadis kecil itu, mungkin karena Yun Na adalah tipe anak yang ceria dan suka mengajak orang lain mengobrol atau mungkin karena orang-orang kasian dengannya karena tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orangtuanya. Sejak kecil adiknya selalu menghabiskan waktu bermain bersama dengan semua orang di kebun anggur sampai sore lalu kembali ke rumah di malam hari. Dan sekarang anehnya tidak ada yang melihat gadis itu sejak siang.

"Bagaimana kalau kita menghubungi polisi?" usul bibi lain yang berada disitu.

Beberapa orang terlihat setuju sedangkan beberapa yang lain tidak. Yun Hee belum bergerak dari posisinya. Suara-suara yang ditunjukan kepadanya lewat begitu saja di telinganya seakan otaknya tidak mau memproses kata-kata tersebut.

"Bagaimana kalau kita mencari sekali lagi?" suara Joo Won yang tenang terdengar paling jelas dan langsung membuatnya menoleh ke samping. Laki-laki itu menyentuh pundaknya dan berdiri di depannya, "Mungkin ada tempat lain yang belum diperiksa."

Tanpa sadar Yun Hee menganggukan kepala setuju dan tiba-tiba kepalanya bisa berpikir dengan jernih, "Kami akan mencarinya sekali lagi, kalau sampai nanti malam Yun Na masih belum ditemukan kita akan memikirkan cara lain."

Setelah itu Yun Hee langsung berlari menuju ke pabrik. Joo Won terus berada di belakang gadis itu mengikutinya sambil mengamati sekeliling mereka. Tempat itu cukup besar dan banyak ruangan yang disekat menjadi ruang yang lebih kecil sehingga mereka harus mengecek semuanya satu persatu. Kebun anggur yang luas terlihat jelas dari atas dan Yun Hee berhenti sejenak mengamatinya dengan serius. Ia kemudian berlari kembali ke rumah dan mengecek kamar Yun Na kemudian semua ruangan lain dengan cepat.

Kenapa tidak ada, gumam Yun Hee dalam hati. Mereka sudah mencari adiknya selama tiga jam, tapi masih belum menemukan petunjuk sama sekali. Yun Hee menghentikan langkahnya di depan pintu utama dan memutar kepalanya, berusaha berpikir kemana lagi ia harus pergi. Kemudian kepalanya terangkat ke atas dan melihat langit yang sudah berubah gelap.

Seakan bisa membaca apa yang dipikirkan Yun Hee dari gerakannya, Joo Won melangkah ke depan gadis itu dan menyentuh kedua bahunya, membuat Yun Hee menatapnya, "Pasti ada tempat lain, coba ingat lagi."

Yun Hee berusaha mengatur napasnya dan memaksa otaknya untuk berpikir. Tempat lain.. Tempat lain.. Dimana? Tiba-tiba matanya melebar dan kepalanya menoleh ke samping. Kakinya dengan cepat bergerak dan berlari ke arah belakang rumah, kemudian ia berhenti di depan bangunan yang sebagian besar dipenuhi kaca. Ya, benar tempat ini. Sejak tadi ia selalu melewati bagian ini, tapi tidak pernah sekalipun terpikirkan olehnya kalau Yun Na akan ada disana. Terlebih hanya beberapa orang yang memilik akses di area tersebut.

Ia menekan tombol di samping pintu masuk dan pintu kaca tersebut terbuka di depan mereka. Yun Hee langsung naik ke lantai dua dan menekan beberapa angka di bagian depan sampai pintu kaca yang lebih tebal terbuka. Ruangan itu terlihat gelap dan tidak ada orang disana. Yun Hee meraih tombol lampu di dinding dan ruangan itu dalam seketika langsung berubah menjadi terang. Sebuah meja panjang kayu ada di bagian tengah dengan beberapa alat pengujian dari kaca diletakkan di atasnya. Tabung kosong berbagai ukuran disimpan dengan rapi di dalam lemari di belakang. Yun Hee melangkah dan melihat sekelilingnya, sepertinya sudah lama sekali sejak terakhir ia menginjakkan kaki disini.

Joo Won mencium bau beberapa bahan kimia bercampur dengan anggur. Melihat ruangan itu dan semua benda yang ada disana ia bisa menembak dengan mudah kalau tempat itu adalah ruang laboratorium untuk melakukan pengujian anggur. Dilihat dari debu di lantai dan meja, sepertinya ruangan ini sudah lama kosong dan tidak pernah dibersihkan. Ia mengalihkan kembali tatapannya mengecek ruangan itu sampai matanya berhenti di sebuah pintu yang terbuka dan mengarah ke ruangan lain yang ada di sebelah kanan. Joo Won berjalan perlahan dan langkah terhenti di tengah pintu ketika matanya menangkap sosok anak perempuan kecil dengan rambut kuncir kuda duduk di kursi kayu dengan kaki menggantung yang membelakanginya. Gadis kecil itu sedang sibuk mencampur sesuatu ke tabung berukuran besar berisi cairan di depannya yang sedang dibakar sampai keluar asap.

"Oh Yun-Na." teriak Yun Hee dan membuat gadis kecil itu langsung membalikkan kepala ke belakang. "Kenapa kau ada disini?" katanya dengan suara yang lebih keras.

Yun Na membalikkan tubuhnya kembali ke depan tidak peduli dan memasukkan beberapa bahan lain ke dalam tabung. "Aku sedang membuat sesuatu." katanya ringan.

Yun Hee menatap punggung kecil adiknya dengan tatapan tidak percaya. Di saat semua orang sibuk dan khawatir mencari Yun Na, adiknya malah terlihat masa bodoh dan tidak peduli. Saat itu rasa kesal di dalam dada Yun Hee langsung muncul dan rasanya sulit menahan kemarahan itu. Ia melangkah lebar dan berjongkok di dekat kursi Yun Na, kemudian memutar tubuh kecil itu dalam sekali sentakan agar menatapnya.

"Aku tanya, apa yang kau lakukan disini?" ulang Yun Hee dengan nada tajam dan tangannya mencengkram erat kedua lengan kecil itu.

Yun Na mulai mengerang dan berusaha melepaskan diri dari Yun Hee. Namun karena tubuh dan tenaganya yang lebih kecil tentu saja gadis itu tidak bisa lepas dari Yun Hee dengan mudah.

"Aku akan melepaskanmu kalau kau menjawabku." kata Yun Hee menatap adiknya serius. "Apakah kau tahu semua orang sibuk mencarimu."

Kali ini Yun Na tidak melawan. Sepertinya sekarang ia sudah mengerti kalau kakaknya itu sedang jengkel kepadanya. "Aku sedang melakukan pengujian sampel baru." katanya menatap Yun Hee melewati kacamata putih plastik yang kebesaran di kepalanya yang kecil. "Aku ingin membantumu mengalahkan Park Jeong-Woo."

Yun Hee terdiam dan matanya menatap Yun Na bingung, tapi kali ini suaranya terdengar lebih pelan. "Apa katamu?"

"Aku dengar kalau Park Jeong-Woo sudah kembali ke Korea dan ia akan merebut Yun Winery darimu." katanya polos dengan nada muram. "Aku tidak akan membiarkan laki-laki tua itu menguasai tempat ini. Apalagi ini adalah tempat kesukaanmu."

Perlahan-lahan tangannya yang memegang tangan Yun Na mulai longgar. Yun Hee menghembuskan napas panjang dan ia tidak tahu harus senang atau menangis mendengar Yun Na berkata seperti itu.

Yun Hee menatap adiknya lurus, namun kali ini tatapan itu berubah menjadi hangat. "Kenapa kau berpikir aku akan kalah dengan Park Jeong-Woo?"

Yun Na memiringkan kepala, "Karena dia memiliki tubuh yang besar dan lebih tinggi darimu." jawab Yun Na sambil membayangkan tubuh laki-laki itu.

Yun Hee tertawa kecil. "Hanya karena tubuhku lebih kecil darinya, itu berarti aku akan kalah?"

Yun Na mengangguk pasti. Kemudian matanya berpindah ke arah pintu dan ia menatap Joo Won sesaat, lalu matanya berkilat-kilat bersemangat, "Kecuali kau memiliki seseorang seperti dia di sampingmu."

Yun Hee mengikuti arah pandang adiknya dan baru menyadari kalau Joo Won sudah berdiri disitu sejak tadi. Laki-laki itu menatap Yun Hee dan Yun Na bergantian kemudian tersenyum tipis.

"Siapa dia?" tanya Yun Na melepaskan kacamata di kepalanya dengan susah payah dan tersenyum lebar.

"Dia pengawal dan supirku." jawab Yun Hee masih tidak menyadari nada suara adiknya yang berubah ceria.

Yun Hee berdiri dan melihat ekspresi wajah Yun Na yang berubah lalu beralih ke arah Joo Won. Ia menghela napas pendek, sepertinya setelah melihat Cho Joo-Won adiknya menjadi lupa dengan Park Jeong-Woo. "Jadi, kau tidak ingin tahu apakah aku menang melawan Park Jeong-Woo?"

Yun Na mengalihkan tatapannya kembali kepada Yun Hee dan wajah kecil itu berubah gugup. Yun Hee mengarahkan jarinya ke Joo Won dan berkata, "Bukankah kau tadi bilang kalau ada seseorang seperti itu di sampingku, aku akan menang melawan Park Jeong-Woo?"

Seakan mengerti maksud Yun Hee, Yun Na berdiri di atas kursi dan meloncat senang. Gadis itu kemudian merentangkan tangannya ke depan dan menatap Joo Won sambil tersenyum manis. "Kalau kau pengawal Yun Hee, itu berarti kau juga pengawalku." kemudian ia menggerakan kedua tangannya lagi kepada Joo Won berusaha menarik perhatian laki-laki itu.

Joo Won menatap gadis kecil itu ragu, masih belum berniat bergerak dari pintu. Namun ketika ia menoleh ke arah Yun Hee dan melihatnya gadis itu akan mengatakan sesuatu yang sepertinya membuat Yun Na kecewa, Joo Won merentangkan kedua tangannya dan langsung mengangkat tubuh kecil itu dari atas kursi.

Yun Na langsung melingkarkan tangannya di leher Joo Won dan mengamati laki-laki itu lebih dekat. Yun Hee yang ada disana mengangkat alis melihat sikap manja adikknya. Baiklah, ia akan membiarkan adiknya bertingkah seperti itu malam ini. Tapi, ia mulai bertanya-tanya apakah hanya karena Joo Won memiliki tubuh yang lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan Park Jeong-Woo, adiknya menjadi menyukai laki-laki itu? Kalau iya, Yun Hee benar-benar tidak bisa mempercayai penilaian Oh Yun-Na.

***

"Kau tidak boleh lagi melakukan hal seperti itu lain kali, kau mengerti?" Yun Hee meletakkan lauk di atas sendok nasi Yun Na sambil berbicara dengan gadis itu.

Yun Na menganggukan kepala dan memasukkan sendok ke mulut kemudian mengunyah makanannya.

Bibi Soon Ja meletakan piring berisi daging di atas meja makan kemudian tersenyum ke arah Yun Hee dan Yun Na namun mata melirik ke arah lain. Setelah mereka berhasil menemukan Yun Na dan kembali ke rumah, suasana disana langsung berubah tenang dan semua orang kembali ke asrama masing-masing. Bibi Soon Ja langsung memeluk Yun Na dengan erat ketika melihat sosok kecil itu menghampirinya dan baru melepaskan pelukan ketika Yun Na berkata kalau ia lapar. Langsung saat itu juga bibi Soon Ja berbalik menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam dan Yun Na menarik tangan Joo Won masuk ke rumah. Dan sekarang disinilah mereka bertiga di ruang makan di rumahnya menikmati makan malam.

"Ini siapa?" tanya bibi Soon Ja pelan, tapi Yun Hee bisa merasakan maksud lain di suara itu.

Wanita gemuk berusia empat puluhan dengan rambut keriting pendek itu tersenyum ke arah Joo Won yang dibalas anggukan kepala sekali oleh laki-laki itu.

"Dia adalah Cho Joo-Won, supirku yang baru." kata Yun Hee merasa tidak perlu menjelaskan tugas Joo Won yang lain. Kemudian ia mengambil daging potongan kecil meletakkannya di atas sendok Yun Na.

Mata bibi Soon Ja melebar dan senyum ramah muncul di wajah itu. "Senang berkenalan denganmu supir Cho. Aku adalah Kwak Soon-Ja, kau bisa memanggilku bibi Soon Ja seperti yang lain."

Yun Hee meletakkan sayuran hijau ke sendok Yun Na dan menatapnya memastikan gadis itu memakannya, lalu ia berkata kepada Joo Won. "Kalau kau butuh sesuatu, kau bisa minta bantuan bibi Soon Ja." kemudian ia mengalihkan tatapan ke bibi Soon Ja, "Apakah kamar di paviliun kosong?"

"Paviliun? Ya, tidak ada yang menempati kamar itu." jawab Bibi Soon Ja yakin, "Kenapa?"

"Bibi bisa membersihkannya? Aku ingin dia menempati kamar itu." kata Yun Hee mengarahkan tatapan kepada Joo Won.

Bibi Soon Jan menatap Joo Won sejenak kemudian berbalik ke arah Yun Hee, "Bukankah biasanya para karyawan akan tinggal di asrama di pabrik?"

Yun Hee kembali meletakkan sayuran lain ke sendok Yun Na, "Ya. Tapi karena jarak dari pabrik ke sini terlalu jauh, akan lebih baik kalau dia menempati kamar di paviliun dan akan lebih mudah bagiku untuk memanggilnya."

Joo Won melihat ekspresi ragu di wajah bibi Soon Ja sesaat lalu wanita itu mengangguk mengerti. Setelah itu hanya ada mereka bertiga di meja makan dan tidak ada lagi yang berbicara. Beberapa saat kemudian bibi Soon Ja kembali lagi ke ruang makan dan Joo Won yang telah menyelesaikan makan malamnya mengikuti wanita itu menuju ke paviliun yang masih berada di area yang sama dengan rumah utama.