webnovel

HUNTER: Rebirth of The Darkness Monarch

Altair Noah Ortiz. Dia tidak akan menyangka hidupnya akan serumit ini. Menjadi orang yang lemah bukanlah keinginannya. Dia harus menahan rasa pedih sebagai aib keluarganya. Bahkan ketika terjadi [Kebangkitan] dia sama sekali tidak mengalaminya. Akan tetapi ketika dunia berubah menjadi medan perang, semua berubah. [System] seolah mempermainkannya dan memberikannya [Elemen] yang tidak ada dimiliki oleh [Player] lain. [Kebangkitan] nya dia usahakan untuk disimpannya, namun setelah pertarungan dengan [False Kelas B], rencananya kandas. [Kebangkitan] nya menjadi bahan perbincangan negaranya bahkan sampai ke luar negeri. Namun itu bukan sebagai keberkatannya, melainkan permulaan dari sesuatu yang lebih berbahaya dari ini. Altair Noah Ortiz. Pria dingin yang maniak membunuh harus melindungi bumi dari [False] yang menggila dan bencana yang lebih besar dari itu. "Siapa?" Kota Banssang sebagai medan perang Para Hunter dengan [False]. Kemunculan [Tower] dan [Portal] mengacaukan semuanya yang ada di sana. "Altair Noah Ortiz. [Monarch] dari semua [Kegelapan] akan mencabut nyawamu."

Chyruszair · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
272 Chs

[Kedatangan False]

Noah kembali ke rumah dengan barang belanjaannya untuk makan malam. Tapi setelah melihat kejadian yang bisa dibilang fenomena itu membuatnya jadi mengurungkan niat untuk makan. Perutnya tiba-tiba sedang tidak ingin makan dan memilih untuk berpikir dengan keras apa yang baru saja terjadi.

"Selamat datang, kak Noah!"

Suara yang terdengar cerah itu bisa ditebak berasal dari pita suara milik sepupunya, Riley Taylor. Mata Noah menangkap gadis yang berdiri dengan gaya mengeluarkan sihirnya secara perlahan. Ponsel yang selalu dia mainkan kini diletakkannya sembarang tempat. Memilih untuk bersenang-senang dengan sihir yang baru saja dia dapatkan.

"Lihat ini, kak! Aku bisa mengendalikan sihir!"

Noah menganggukkan kepalanya tanpa menunjukkan minatnya.

"Kau mengalami [Kebangkitan]," ucapnya.

Cahaya berwarna salmon bersinar dengan terang. Memenuhi ruang tamu yang luas. Ibu Noah yang merasa keanehan menggulirkan kursi rodanya dan melihat apa yang sedang terjadi.

"Kenapa ada cahaya berwarna merah muda di sini-"

"Oh! Ya Tuhan!"

Dengan mulutnya yang menganga, Ibu Noah menutupnya dengan sebelah tangan. Matanya yang membelalak kaget itu melihat apa yang dilakukan oleh Riley Taylor.

Cahaya berwarna Salmon mengelilingi tangan Riley. Wajahnya semakin cerah dengan bola matanya yang memancarkan cahaya berwarna yang sama dengan sihirnya.

Tangan yang besar dari tangan Riley memegang pergelangan tangannya. Lalu sihir itu sirna dengan mudahnya yang membuat gadis itu terkejut. Dia menatap Noah yang sedang menghambat sihirnya untuk keluar.

"Jangan lakukan itu di sini. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," ucap Noah, dengan wajahnya yang serius.

Riley menganggukkan kepalanya. Keringat dingin muncul dari keningnya dan mengalir menuju pelipis. Dia meneguk ludah yang susah untuk dilakukannya saat ini.

"Kau benar, kak. Maafkan aku."

Noah melepas pergelangan tangan Riley dan kini meraih telapak tangan kanannya. Meletakkan kantong yang berisi bahan makanan. Riley yang masih dengan kebingung bertanya begitu Noah membalikkan tubuh dan berjalan menuju tangga.

"Kau mau ke mana?" tanyanya.

"Ke kamar. Hari ini aku tidak makan malam," jawab Noah.

Ibu dan Riley yang melihat sikap dingin Noah akhir-akhir ini menjadi merasa cemas. Perubahan dunia mungkin menjadi hal yang membuat Noah keberatan.

"Riley, apa yang terjadi?" tanya Ibu yang masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Ditambah dengan Riley yang baru saja mendapatkan sihir dengan [Kebangkitan] nya.

"Dunia sudah berubah, bu. Aku mengalami [Kebangkitan]," jawab Riley.

Sang Ibu yang tidak mengetahui apa-apa memiringkan kepalanya,

"[Kebangkitan]?"

Riley menganggukkan kepalanya. Saat ini dia tidak ingin diberi banyak pertanyaan dan Ibu Noah mengerti.

"Lalu, bagaimana dengan Noah?"

Riley menggelengkan kepalanya. "Sepertinya dia tidak mengalami [Kebangkitan]."

[][][][][]

Malam tadi memang menjadi hal yang berat bagi Noah. Karena dia sendiri yang tidak mengalami [Kebangkitan] di antara orang-orang yang masih muda.

"[Status]."

[TRING!]

Layar biru yang bersinar itu muncul di hadapan Noah yang memanggilnya secara iseng. Noah yang semula berbaring di atas kasur king size nya bangkit dari tidurnya. Dia duduk di pinggiran kasur dan menatap layar yang memunculkan statusnya.

"Ternyata fungsinya sama seperti game," gumamnya.

[Status

Mana : 100

Kekuatan : ?

Daya tahan : 12

Kelincahan : 15

Pertahanan : 12

Kecerdasan : 46

Indera : 20]

"Kenapa [Kekuatan] tidak diketahui?" gumamnya begitu melihat tanda tanya pada bagian [Kekuatan] nya.

'Apa ini ada hubungannya dengan [Kebangkitan]?' pikir Noah.

Setelah dia pikir, diantara dirinya dengan yang lain. Diantara orang muda dengan orang yang sudah tua, orang yang masih memiliki kekuatan untuk mengendalikan tubuhnya dengan baik akan mendapat [Jendela Status] dan bisa menggunakan sihirnya, itulah yang disebut dengan [Kebangkitan]. Sedangkan orang yang tidak mengalami [Kebangkitan] tentu tidak muncul [Jendela Status] di hadapan mereka.

'Jika memang aku tidak mengalami [Kebangkitan], lalu apa yang ada di depanku ini?' pikir Noah.

[Jendela Status] masih menampakkan dirinya di hadapan Noah sebelum diperintah oleh mulutnya. Melihat [Status] yang dimiliki saat ini, dia tidak tahu apa yang dilakukannya saat ini.

Noah sama sekali tidak memiliki sihir. Dia menatap kedua telapak tangannya dan sama sekali tidak ada yang keluar dari telapak tangannya.

Berakhir dengan helaan napas, dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat. 'Bagaimana cara aku meningkatkannya?'

"[Exit]."

Layar biru yang mengambang itu menghilang begitu dia mengeluarkan suaranya. Dia bangkit dan berjalan menuju pintu kamar mandinya. Mencoba membasuh diri untuk menenangkan pikirannya yang tidak tenang setelah melihat langit malam tadi ditutupi oleh portal hitam.

[][][][][]

Suara percikan minyak terdengar jelas ke arah dapur. Bersamaan dengan suara piring yang diletakkan ke atas meja, suara seorang reporter perempuan menyampaikan keadaan pagi ini yang sangat kacau.

[Berita terkini, munculnya satu makhluk aneh di Kota Banssang. Mereka menyerang warga sipil dengan api yang menyembur dari mulutnya. Saat ini, tentara sedang mencoba menahan makhluk itu dan- Oh! Ya ampun!]

Siaran terputus begitu makhluk tersebut mendekati mereka. Kamera yang dipegang tampak sedang berlari sebelum terputus dan suara teriakan untuk menjauh dari daerah sana terdengar sangat jelas.

Dua wanita yang sedang menonton sambil menyiapkan sarapan itu tampak sangat cemas. Wanita yang tampak sudah paruh baya itu mematikan kompor listriknya dan mendekati Riley yang kini mengenakan seragam sekolahnya.

"Riley, bagaimana kalau kau libur untuk hari ini?" tanya Ibu Noah. Dia meletakkan tangannya ke atas pundak Riley yang sedang gemetar melihat apa yang terjadi. lalu, mengangguk dengan lemas.

Bersamaan dengan itu, Noah yang baru saja selesai mandi turun ke bawah. Melihat Ibu dengan sepupunya yang menatap siaran televisi dengan seriusnya. Wajah kecemasan mereka tampak dengan jelas.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Noah kepada orang yang berada di dapur.

"Itu ...." Riley menyahut pertanyaannya dengan menunjuk layar televisi yang telah mati.

"Kota Banssang sedang diserang oleh makhluk asing," jawab Ibu Noah, mencoba menjelaskan jawaban yang dimaksud Riley.

Noah menatap layar tersebut. Layar hitam terpampang dengan jelas di matanya, sedangkan dua wanita yang berada di hadapannya sedang ketakutan. Tidak ada pilihan lain, Noah mengambil remote televisi tersebut dan mengganti ke siaran yang lain.

[Pemerintah memberikan kebijakan atas kejadian yang menimpa Kota Banssang-]

Noah menekan remote televisi kembali. Mencoba mencari topik lain dan berharap jika ada film yang sedang tayang di televisi.

[Monster mengerikan menyerang Kota Banssang, tidak dike-]

Sekali lagi Noah mengganti siarannya. Dua wanita yang berada di sampingnya itu mengambil tempat duduk dan menatap satu sama lain dengan perasaan yang tidak mengerti.

[Menteri Pertahanan membuat kelompok bernama [Hunter], para warga yang bisa menggunakan sihir diwajibkan memasuki kelompok ini dan melindungi rakyat dari mosnter.]

Noah menghentikan perbuatannya tadi yang membuat dua wanita yang berada di depannya saling menatap dengan kebingungan. Matanya menatap layar televisi yang sedang menampilkan kejadian tersebut.

Dia menghela napasnya dan memilih tempat duduknya yang berada di antara ibunya dan Riley. Mereka memulai memakan sarapan dalam diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Noah," panggil ibu. Merasa tidak nyaman dengan suasana yang mencekam tersebut.

Yang dipanggil menoleh. Dia menatap sang ibu yang wajahnya sudah mulai keriput. "Ada apa, ibu?"

"Apa kau akan tetap kuliah dikeadaan seperti ini?" tanyanya.

Noah awalnya terdiam, namun kuliah tetaplah kuliah. Toh, Kota Banssang jauh dengan Kota Seojal. Satu monster pasti akan terkalahkan oleh para [Hunter] yang baru saja dibentuk oleh Menteri Pertahanan.

"Ya. Aku akan tetap pergi, bu," jawab Noah, santai.

Sang ibu yang merasa khawatir mencoba melarangnya untuk pergi. "Tapi Noah, di luar sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya untuk orang yang tidak mengalami [Kebangkitan]."

Noah tersentak. Baru saja kejadiannya tadi malam, dan info tentang [Kebangkitan] dan sihir sudah menyebar dengan luas. Sungguh, informasi itu menyebar dengan tangkas.

"Kota Banssang dengan Kota Seojal sangat jauh. Sebelum Kota Banssang menjadi lautan darah, mungkin sudah ada [Hunter] yang berhasil membunuh satu [False] itu."

"[False]?" Sang ibu setelah mendengar kalimat yang belum pernah didengarnya itu menjadi bertanya-tanya.

Noah dibuat tertegun karena mulutnya tidak sengaja keceplosan. Riley yang sudah mengalami [Kebangkitan] tentu saja tahu apa yang dimaksud [False] tersebut dan yang tidak mengalami [Kebangkitan] sudah jelas tidak mengetahui ini secepat mungkin. Dia menatap Noah dengan memiringkan kepalanya.

"Darimana kau tahu bahwa monster yang ada di televisi itu bernama [False]?"

'Orang yang mengalami [Kebangkitan] tentu tahu tentang [False], tapi orang yang tidak mengalaminya tidak akan tahu itu sebelum kata [False] menyebar,' pikir Noah.

'Sekarang berita sedang hangat tentang kedatangan monster dan tentu kata [False] belum menyebar sepenuhnya. Mereka terfokus pada Kota Banssang dan monster yang menyerang. Dan juga kelompok [Hunter] yang baru dibuat oleh pemerintahan.'

Noah menarik napas dengan perlahan lalu menghelanya dengan kasar. Dia menggerakkan sebelah tangannya menuju tengkuknya dan menggaruknya meskipun tidak terasa gatal.

"Aku mengetahuinya dari teman kuliahku," jawabnya dengan kaku. Untungnya, Riley malah menganggukkan kepalanya tanpa ada rasa curiga. Membuat Noah terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Yah, berita yang seperti tentu menyebar dengan cepat. Bahkan ada yang rela tidak tidur demi mencari informasi seperti ini," ucap Riley dengan santainya.

Riley yang selalu membawa ponsel ke manapun itu mengambil ponselnya dari atas meja makan yang berada di sebelahnya. Dia memainkan ponselnya dan tidak ada percakapan lanjutnya.

Melihat sikap Riley yang terlihat santai itu membuat Noah merasa penasaran.

"Kau tidak sekolah?"

"Tidak. Hari ini aku izin," jawabnya.

Noah menganggukkan kepalanya. Dengan tatapan datarnya dia mengatakan,

"Aku baru tahu jika kau itu pemalas."

TRANG!

Noah kabur begitu sendok garpu yang berada di atas mejanya melesat hampir mengenai wajahnya.

"Aku pergi, bu!" ucapnya dengan nada yang bergurau.

Sang ibu yang melihat tingkah kedua anak muda tersebut hanya menggelengkan kepalanya. Dia tersenyum bahwa dia masih bisa melihat hal yang menyenangkan sampai saat ini.