webnovel

How Can I Forget You?

Bella Ellista, seorang wanita cantik dan cacat, berusia 26 tahun. Di waktu remajanya, Bella merupakan salah satu atlet figure skating Klub Jerman yang cemerlang. Beberapa kompetisi pun berhasil dia raih. Kehancuran hidup gadis itu baru saja di mulai, begitu kesuciannya direnggut paksa dan ditukar dengan dollar yang masuk ke dalam kantung Phillip. Bagi Bella yang masih berusia 16 tahun dan mengalami musibah yang meruntuhkan dunianya. Kematian adalah pilihan yang Bella putuskan. Meski kematian yang Bella inginkan, kedatangan seorang remaja, menggagalkan usaha bunuh diri yang coba dia lakukan. Kenneth Wayne, merupakan seorang developer real estate terkenal di kota Zurich, Switzerland. Pertemuan tak sengaja pria itu dengan seorang wanita cacat bernama Bella, menghidupkan jantungnya yang kosong bergairah kembali. Antara penyesalan dan cinta, manakah yang akan menang pada akhir keduanya nanti? Jika semua kebenaran yang lama tertutupi mulai terkuak. Menyebabkan luka & derita.

Angela_Ann · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
24 Chs

Malam Kenangan

"Kau tampak tua dan semakin gendut saja Sam. Aku hampir tidak mengenalimu, dan berpikir apakah beruang milik Dawson kabur lagi." ejek William pada Sam yang dihadiahi oleh pria yang dioloknya itu pelototan marah.

"Sialan kau, Will. Tidak cukup kau mengolok-olokku selama ini, sampai kau harus menjatuhkan martabatku di depan kedua putri cantikku." balas Sam jengkel pada sahabatnya itu, yang tidak sadar tempat sama sekali.

Bella menahan tawa dengan susah payah, saat ejekan beruang kabur itu dia dengar barusan.

"Sayang, meski Daddy sangat senang mendengar suara tawamu, Daddy tidak mengijinkanmu tertawa malam ini. Kenapa Daddy merasa kau sangat senang dengan panggilan beruang itu?" keluh Sam panjang lebar.

Bella membuat isyarat mengunci bibirnya dengan jarinya saat Sam mulai mengeluh dan meliriknya tidak puas.

"Dad, paman Will hanya bercanda denganmu." kata Bella membujuk Papanya yang tampak kekanakan.

"Bell, kau datang." panggil William sangat senang dengan kedatangan Bella. Dia memeluk gadis itu erat dan memberinya sebuah ciuman di rambutnya.

"Paman Will." sela Masha tiba-tiba dan William menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Halo! Masha, kau datang juga rupanya. Nikmati pestanya ya." kata William basa-basi lalu menghadap pada Bella dan Sam, dia membawa sahabatnya itu ke sofa yang berada di ruangan dalam rumahnya, menjauh dari hingar bingar aula yang sangat ramai orang-orang.

Masha menghentakkan kakinya marah dan kesal karena diabaikan.

"Sayang, sudahlah. Seperti kau tidak mengenal sikap William yang eksentrik itu. Lebih baik kau berbaur dengan gadis-gadis itu dan lihat, apa kau beruntung malam ini. Mama akan pergi ke tempat Mrs.Donita bersama teman-temannya."

"Baiklah."

🌺🌺🌺

Sebuah limusin berwarna putih baru saja datang, dan menarik perhatian tamu undangan yang berada di pelataran rumah besar William.

Sepasang high heels bertabur berlian keluar dari dalam mobil mewah tersebut, dan seorang wanita anggun dengan gaun panjang berwarna merah dipadankan dengan blazer berbulu berwarna putih membuat wanita dewasa itu terlihat sangat cantik dan mempesona.

Seorang pria jangkung dengan setelan jas lengkap dan sepatu mengkilap juga keluar dari dalam mobil itu, sosoknya yang tinggi dan wajah tampannya yang tersenyum membuat pria itu terlihat semakin rupawan.

"Bukankah itu keluarga Wayne? Raphael Wayne dan istrinya; Audrey Steel. Melihat kedatangan mereka sungguh anugerah terbesar bisa datang ke pesta ini."

"Lihat, lihat... Itu Kenneth Wayne. Astaga, dia tampan sekali. Dia juga hadir disini. Apa aku bermimpi bahwa keluarga pesohor itu hadir di pesta William."

"Aku harus mengunggahnya di sosial mediaku."

Beberapa pekikan penuh kagum terdengar saat rombongan dari Keluarga Wayne berjalan memasuki kediaman William.

Kehadiran tidak terduga keluarga Wayne di kota ini sungguh merupakan berita panas yang tak terduga.

🌺🌺🌺

"Hahaha... Kau harus melihat ekspresi konyolnya waktu itu Bella. Kalau saja aku tidak membantunya waktu itu, mungkin bahkan pantatnya sudah habis dia bakar bersama ikan-ikan tangkapan kami."

"Kau masih belum berhenti mengejekku, Will. Kau mau kutendang dari rumahmu sendiri, Hah!"

Bella tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita yang baru saja William ceritakan tentang Sam saat keduanya memancing beberapa bulan yang lalu.

"Kedatanganmu dalam hidup Sam adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan padanya pada tahun itu Bella. Jadi kau tidak usah berpikir kalau Sam berubah tidak lagi menyayangimu. Meski Stacy dan Masha hadir dalam kehidupan kalian, orang yang sangat Sam sayangi tetaplah dirimu."

Sam mengirim ucapan terima kasih lewat matanya pada William yang membantunya berbicara pada Bella dan meyakinkan putrinya itu dari pikiran negatif yang bersarang di otaknya belakangan ini.

"Aku tahu paman Will. Aku percaya pada Daddy." hibur Bella tersenyum pada Sam juga William. Mencoba memberitahu mereka kalau dia tidak keberatan dengan pernikahan Sam dan Stacy.

Tidak lagi memedulikan obrolan heboh yang berasal dari Sam dan William, Bella memilih duduk di sofa dengan sikap yang anggun dan memilih diam.

Karena dirinya sengaja tidak membawa ponselnya malam ini, Bella merasa sedikit jenuh dan bosan.

Seorang asisten pria datang, melangkah mendekat ke ruang keluarga yang luas yang terdapat majikannya yang sibuk berbincang.

Butler itu Dorenza, berbisik di telinga William, memberitahu pada majikannya kalau orang yang di nanti-nanti kedatangannya oleh William sudah tiba. "Apa mereka sudah datang?"

Dorenza mengangguk, "Ya Tuan. Tuan Raphael dan Nyonya Audrey sedang menunggu Anda di ruang tamu."

William langsung berdiri, berpamitan pada Sam setelah dia berbicara padanya untuk datang menghampirinya nanti ke ruang tamunya di lantai dua.

"Sam, temui aku di ruang kerjaku setelah ini. Aku akan mengenalkan tamu kehormatanku yang datang dari Zurich padamu." pesan Will pada sang sahabat, yang dijawab anggukan oleh Sam.

William pergi dari ruangan itu bersama Dorenza, meninggalkan Sam dan Bella berdua saja.

Sam mengelus rambut panjang Bella, memandang putrinya lembut seraya berkata, "Daddy akan pergi ke tempat Paman Will, Bell. Kalau kau mau makan, ingat, jangan terlalu berlebihan makan manisan-manisan yang ada di meja itu."

"Baiklah, baik... Kau bisa percaya padaku, Dad. Aku sudah 26 tahun, ingat! Jadi berhenti memperlakukanku seperti anak kecil!" sungut Bella cemberut.

Sam tertawa mendengar rajukan Bella, dia berdiri, membungkuk ke arah Bella dan meninggalkan ciuman di dahi putrinya itu, " Bagi Daddy, kau selalu menjadi anak kecil kesayangan Daddy, sayang." Katanya bersungguh-sungguh, setelah mengatakan itu Sam pergi keluar dari ruangan, meninggalkan Bella, dan menyusul William ke ruang kerjanya yang ada di lantai atas.

Setelah dia ditinggal sendiri, Bella menarik bibirnya ke atas, kehangatan manis yang baru dia rasakan mengalir ke dalam hatinya karena kata-kata Sam.

Bella meraih kruknya, dan berjalan keluar berlawanan arah dari jalan yang Sam ambil. Dia melewati beberapa kerumunan yang ada di sepanjang koridor, yang menatap ke arahnya penuh penghinaan.

Bella membuka pintu transparan yang berada di bagian belakang kediaman William, rumah kaca yang dihiasi lampu-lampu terang dan dikelilingi berbagai macam tanaman terlihat olehnya.

Angin dingin langsung bertiup ke wajahnya saat dia melangkah keluar dan berjalan ke tempat dimana rumah kaca milik William itu berada.