webnovel

Hourglass // Dreamer

"Kamu berbeda dari orang lain." Setidaknya begitulah ku anggap diriku, anggapan itu mengantarkanku pada kehidupan yang tentu "bukan kehidupan biasa" bagi banyak orang.

mudipra92 · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
17 Chs

Kurva 4 - Manami Takahi

-22 Juli 2014: Tokyo-

Kami regresi ke tempat pertama kali diriku dan Manami bertemu.

"Kamu yakin Manami ada disini?" tanya Eiko.

"Betul, Manami ada disini. Itu." jawabku menunjuk kepada seorang gadis.

"Kemana Akihito-kun ya?" tanya Manami Takahi.

"Manami Takahi itu kan?" tanya Manami yang satu lagi.

"Betul, Manami Takahi dimasa lalu. Sebentar lagi Akihito akan datang." jawabku.

"Hai Manami! Kita bertemu disini, salam kenal ya!" ujar Diriku yang lain.

"Sepertinya tidak asik ini. Kita skip saja ke momen paling kamu ingat." ujar Eiko.

"Baik. Kita ke tanggal 11 November 2014. Aku dan Manami mulai dekat. Kami bertemu di Jembatan." ujarku.

-Regression to 11 November 2014-

Kami sampai di periode dan waktu yang tepat. Aku melihat diriku yang lain dan Manami sedang berada di atas jembatan.

"Kamu itu seperti kakekku. Selama aku bersamamu, aku sudah tidak merasa kehilangan kakekku lagi." ujar Manami Takahi.

"Ada apa dengan kakeknya Manami?" tanya Eiko.

"Kakeknya Manami meninggal 2011 lalu. Manami sangat sayang dengan kakeknya begitupun sebaliknya. Manami dulu merupakan anak dari keluarga bahagia sampai suatu ketika kekacauan menimpa keluarga mereka sehingga Manami harus berpindah-pindah sekolah dan tempat kuliah."

Manami kemudian langsung seperti geram.

"Manami kamu kenapa?!" tanyaku.

Tiba-tiba seperti keluar cahaya berwarna hijau dari tubuh Manami dan melesat hingga ke langit.

"Awakening?!" seruku kaget.

Benar. Manami mengalami proses Awakening.

Gawat ini benar-benar diluar dugaan. Manami terus berteriak.

"Tidak!!!!" seru Manami.

Manami pun pingsan, aura berwarna merah hitam menyelimuti dirinya.

"Manami?!" seruku.

Manami mengalami awakening yang menyakitkan. Kami berdua membawa Manami ke tempat sepi. Kucoba tampar pipinya tapi dia juga tidak bangun.

Aku terpaksa harus memberikan nafas buatan. Akhirnya tak lama kemudian Manami terbangun...

"Aki... Manami Takahi dan aku satu tubuh." ujar Manami mencoba membuka matanya.

"Maksudmu?" tanyaku.

Manami perlahan mencoba melepaskan diri dari pelukanku dan bergegas menuju jembatan tersebut.

Aku mengejar Manami.

Ternyata, Diriku yang lain...

"Ini titik masalahnya..." ujar Manami.

Tiba-tiba, Manami berlari kearahku, memelukku dan menciumku persis seperti yang dilakukan diriku yang lain itu.

"A-apa yang kau lakukan Manami?!" tanyaku kaget.

Eiko kaget.

"Maksud kakak apa?!" seru Eiko.

"Akihito-kun, semua berawal dari sini kan? Ayo kita selesaikan bersama. Jikalau aku tak bisa bertahan maka kau harus bertahan." ujar Manami sambil menahan tangis.

Baiklah. Aku akan coba ikuti caramu.

Tiba-tiba aura biru putih dan merah hitam mengelilingi kami berdua. Eiko terkesima.

"Kekuatan macam apa ini?!" seru Eiko kaget.

Tiba-tiba kami mendapatkan pistol berwarna Merah Hitam. Pistol ini tertulis: Soul-Shooter.

"Aki-kun... "

Seorang gadis tiba-tiba datang diselimuti aura merah hitam dan kelopak bunga mawar yang berterbangan.

"Yukina-senpai?" tanyaku memastikan.

Yukina Araragi adalah seniorku yang kuliah di kampus tetangga. Beliau mengambil pendidikan bahasa inggris kelas Ekstensi. Yang tentu dimasa Manami beliau adalah...

Salah satu perempuan yang aku dekati...

"Engkau terkejut?" tanya Yukina.

"Senpai sejak kapan disini?" tanyaku.

"Bunuh aku. Itu pistol didesain untuk membunuhku!" seru Yukina.

"T-tunggu. Kenapa bunuh senpai?!" tanyaku kaget

"Karena memang seharusnya aku tidak ada dalam kehidupanku. Ayo lawan aku! Habisi aku!" ungkap Yukina dengan tenang.

Aku terdiam, kenapa dia seperti itu, ini tidak bisa kulakukan.

Pistolku pun ku letakkan dibawah.

"Maaf, Yukina-senpai, aku tidak bisa." jawabku.

"Baiklah..." ujar Yukina.

Yukina lalu menghilang bersama aura merah dan kelopak bunga mawar itu sambil tersenyum.

Semuanya tampak tenang, Manami Takahi dan diriku yang lain menghilang. Sementara Soul-Shooter semakin berkilauan dengan aura merah hitam mengelilingi masing-masing pistolku dan pistol Manami.

"Apa hubunganmu dengan Yukina?" tanya Manami.

"Aku pernah datang ke apartemennya. Kami pernah smsan. Aku suka sama dia. Dia terlanjur berangkat ke luar negeri sementara dia memblokir semua hubungan denganku." ungkapku.

"Inilah jawabannya. Jawaban dari Yukina padamu. Dia mencintaimu. Dia memberikan pistol itu kepada kita berdua." lanjut Manami.

"Tapi kenapa disaat regresi masa Manami Takahi ya?" tanyaku heran.

"Sekarang kita kemana? Aku mau lihat bagaimana ceritanya kamu bisa satu rumah dengan Manami Takahi." ujar Manami.

"Eh~~~ Kamu serius?"

Manami mengangguk dengan muka serius. Setelah lama berjalan, aku dan Duo Pulsanthe ini menemukan tempat yang aku tuju.

"Kamu yakin tempatnya disini?" tanya Manami.

"Betul." jawabku.

Aku melihat diriku berada di rumah salah satu pembesar di kota. Aku ingat. Aku pertama kali tidur bersama perempuan ini satu rumah. Aku melihat Manami duduk di samping kasur diriku yang lain sambil ditatap dengan kaget dan heran.

"Kamu mau apa?!" tanya diriku yang lain.

"Jangan tahan dirimu." jawab Manami.

"Ah, disini masalahnya ternyata," ujar Mami.

Mami menganalisa kemudian menyimpulkan bahwa ini adalah konflik inti kenapa masalahku dengan Manami Takahi belum selesai. Namun, aku belum dapat kuncinya jadi aku tetap melanjutkan dan belum skip.

Aku melihat Manami semakin mendekati diriku yang lain. Tatapan itu adalah tatapan yang paling kuingat seumur hidupku.

"Lakukan saja." ujar Manami.

"Malam itulah malam pertamaku." jelasku.

"Apa?!" seru Eiko kaget.

"Inilah alasan kenapa aku begitu dekat denganmu Aki-kun, karena apa yang kamu lakukan dengan Manami waktu itu.

Dan begitulah seterusnya...

---

1 Jam kemudian...

"Aki-kun... Aku sepertinya kecapekan. Aku boleh izin tidur?" tanya Manami.

Manami dengan muka sudah tidak tahan mengantuk dengan lagu diputar lembut suaranya di handphone Manami, diizinkan untuk tidur.

"Tidurlah, besok kita harus pulang kak." jawab diriku yang lain.

"Tunggu?! Kamu panggil dia kakak?" tanya Eiko kaget sekali lagi.

"Betul, itulah penyamaranku selama bersama dia. Karena kami berdua sedikit mirip maka dia meminta aku untuk ngomong ke semua orang yang berinteraksi dengan kami berdua agar memanggilnya kakak." jawabku.

"Licik juga. Tapi tidak ada cara lain." jawab Mami.

"Benar, tidak ada cara lain." lanjutku.

Kondisi itu adalah kondisi sangat urgent sehingga jika tidak dilakukan akan makin memperparah keadaan.

Manami pun tertidur pulas disamping diriku yang lain.

Besok paginya...

Diriku yang lain dan Manami izin pamit dan pulang. Diriku yang lain mengejar waktu kuliah jam 9 pagi. Sesampainya di kampus, diriku yang lain dan Manami mengobrol.

"Aki... Kamu tidak boleh telat lagi..." ujar Manami.

"Ini semua gara-gara kamu. Kenapa pake nginep segala?! Sebenernya aku tidak mau, tapi karena segan sama kamu maka aku turuti kemauanmu. Yasudah, ini resikoku." ungkap diriku yang lain.

"Begitulah aku, aku mengurusi Manami sehingga aku mulai melupakan kuliahku. Aku terlalu terlena dengan Manami. Aku sampai datang ke rumahnya dan lumayan menghabiskan budget banyak." ujarku kepada Eiko dan Mami.

"Hmmm... Tapi kamu memang ikhlas kan?" tanya Mami.

"Betul, aku ikhlas bantu dia. Aku sayang dia. Dia menghabiskan separuh gajinya di hari ulang tahunku dan membawaku ke kolam renang di kota. " jawabku.

Mami atau Manami dari Pulsanthe pun tiba-tiba tremor.

"Kenapa badanku gemetar ini?" tanya Mami heran.

Aku meminta Mami duduk. Aku pegang tangan Mami.

"Inilah aku, Manami atau Mami karena lidahku sedang kelu." ungkapku sambil bercanda.

"Kamu masih saja bisa bercanda disaat seperti ini." ungkap Mami.

Kami menunggu diriku yang lain selesai kuliah dan berangkat ke apartemen selanjutnya untuk menginap.

Diriku yang lain dan Manami sudah berada dalam apartemen melihat diriku yang lain sedang berbicara dengan Manami dengan cukup jelas. Ekspresi yang cukup meyakinkan.

"Aku bayar ya apartemen ini. Aku akan bermalam ditempatmu semalam ini saja." ungkap diriku yang lain.

"Terimakasih. Aku takut." ujar Manami.

Manami memperlihatkan kerutan pada kedua alisnya dan bibir merengut yang tidak biasanya.

"Kamu takut kenapa Manami?" tanya diriku yang lain.

"Aku takut. Bagaimana dengan pertanyaan yang kuajukan ke dekanmu itu? Sudah terjawab?" tanya balik Manami.

Sebentar... Ini...

Ini?!

"Ah, disini masalahnya ternyata," ujar Mami.

Manami kemudian dengan muka sedih mengungkapkan sesuatu.

"Aku... Aku sudah mendesain semuanya. Aku benar-benar takut. Aku berbohong padamu." ungkap Manami.

"Berbohong soal apa? Bilang saja jujur. Aku tidak akan pernah marah. Kamu terlihat sedih sehingga aku benar-benar bingung." jawab diriku yang lain.

"Aki... Aku diperkosa orang sewaktu di Tokyo. Itu kejadiannya tepat 2 bulan yang lalu. Aku sudah bukan perawan lagi. Aku memanfaatkanmu karena aku takut tidak ada yang bisa menerimaku." ungkap Manami.

"Ini kebenaran yang cukup menyakitkan." ujarku kepada Eiko dan Manami.

Eiko dan Manami mulai berubah sedih. Air mata nyaris keluar dari wajah mereka berdua.

"Sekarang, pergilah!" seru Manami.

"Aku tidak mau." jawab diriku yang lain.

Terjadi pertengkaran diantara mereka berdua.

"Kamu tidak akan pernah mau terima aku Aki-kun!" seru Manami.

"Itu hanya persepsi yang kamu buat semata, aku tidak akan pernah pergi karena aku bukan laki-laki se bodoh dan se tidak waras itu. Aku masih punya hati!" seru diriku yang lain.

Aku berpaling dari mereka berdua. Diikuti oleh Eiko dan Manami.

Aku pun duduk merenungkan kejadian yang kulihat. Tiba-tiba kunang-kunang berwarna kuning mengerubungiku.

"4 Memoria!" seruku.

Aura Merah Hitam melesat luar biasa menjulang ke langit.

Tiba-tiba, Yukina-senpai muncul lagi dengan mawar yang sama. Namun kali ini dia membawa payung.

"Akihito-kun? Sudah ketemu jawabannya?" tanya Yukina-senpai.

Yukina menatapku dengan tersenyum sambil mencoba menjelaskan.

"Akihito-kun, kau tahu kenapa kamu hanya bisa seperti ini? Kamu hanya bergantung dengan Manami. Harusnya kamu pergi dari benaknya setelah kebohongan itu." ujar Yukina.

"Tapi kenapa?" tanyaku.

Kenapa aku harus pergi dari Manami? Manami adalah orang yang kusayang, dia dalam kondisi sulit lalu kenapa aku harus pergi? Apakah dia cemburu? Mentang-mentang dia lebih tua dariku dan seumuran dengan Manami dia berhak bicara seperti itu?!

Yukina kemudian menjelaskan dengan tenangnya...

"Harusnya kamu sudah sadari itu. Jika kamu tinggalkan dia, maka hidupmu tidak akan seperti ini. Kamu bisa bersama Mana. Mana tidak akan mati." ungkap Yukina. Angin bertiup cukup kencang membuat rambut Yukina berayun seperti ayunan. Yukina kemudian mendesakku.

"Hapuskan ingatan Manami dari pikiranmu!" seru Yukina.

"Aku tidak bisa." jawabku.

Aku tidak bisa menghapus ingatan Manami begitu saja. Aku harus pertahankan memori ini.

Sementara Mami dan Eiko sedang berdebat.

"Kak, ini gawat, harga diri Akihito-kun sedang dipertanyakan dan dipertaruhkan!" ujar Eiko.

"Aku percaya Akihito-kun bisa." jawab Manami.

Auranya berubah menjadi warna ungu... Sepertinya proses Awakening menimbulkan kesadaran baru bagi Manami.

"Terimakasih Eiko, aku sayang kamu adikku. Aku berhasil merasakan ketenangan yang kamu rasakan. Terkadang kita harus sakit dulu sebelum merasakan lega." ungkap Manami.

"Kakak salah. Kita tidak perlu sakit dulu baru lega. Tapi legakanlah diri agar tidak sakit. Aku sayang kakak." ujar Eiko.

Mereka pun berpelukan. Aku curi pandangan dan melihat mereka seakrab kakak beradik. Aku cuma bisa tersenyum. Tiba-tiba sekeliling berubah menjadi taman mawar.

Mawar ini...

"Sekarang, aku akan tunjukkan kepadamu siapa aku sebenarnya..." ujar Yukina.

Kelopak-kelopak mawar tersebut bergerak dengan angin yang kencang menerpa, kemudian tiba-tiba...

"Halo, Aki-kun, aku Lucifer." seru gadis itu.

Ya! Yukina berubah bentuk menjadi Lucifer.

Gawat!!!! Yukina langsung menyerangku dengan tebasan pedangnya. Aku terluka.

"Ingatlah, Aku tidak akan pernah menyerah sebelum kamu mengikutiku. Aku hanya membujuk, tapi sisanya hanya kamu yang atur." ujar Lucifer.

Lucifer kemudian loncat bergegas menyerang Manami.

"Tidak akan kubiarkan!" seru Eiko.

Eiko menangkis serangan dari Lucifer. Namun ia tertusuk.

"A-Apa?!" ujar Eiko menahan sakit dihujam pedang.

Eiko pun pingsan seketika.

"Eiko!!!!" seruku cemas.

Aku berusaha bangkit tapi tubuhku sulit digerakkan. Rambut Lucifer tiba-tiba berubah... Rambutnya menjadi warna hijau kekuningan dan sedikit bergelombang.

"Hah?! Dasar manusia payah. Kalian tidak akan bisa mencegah masterplan illuminati. Benar-benar payah, sama seperti Mana Tendou. Payah." ujar Lucifer.

Kenapa dengan istriku? Kok dia bisa tahu istriku? Benar-benar pencuri data!

Manami tidak tinggal diam. Dengan perasaan penuh benci dan kesal ia pun bangun dari peranjakannya dan...

"Awas kau siluman! Kau tidak lebih hanya sekedar makhluk terlaknat yang dibuang ke bumi karena kau tidak taat tuhanmu!" seru Manami.

Tiba-tiba aura ungu menguat dan muncul pedang. Pedang itu ia pegang kuat-kuat sambil menatap mata Lucifer.

"Aku akan membunuhmu Lucifer!" seru Manami.

Manami dengan raut muka sedih karena harus melihat kedua orang tersayangnya terlibas pedang termasuk aku, walau aku gede rasa tapi ya bagaimana lagi. memang itu kenyataannya.

"Aku sudah terbiasa dengan rasa sedih akibat Awakening dan sekarang ini giliranku!" seru Manami.

"Silahkan saja, aku tidak takut sama sekali." ujar Lucifer.

Manami dengan segenap kekuatannya bertarung dengan Lucifer. Tebasan demi tebasan ia kerahkan namun tidak mengenai Lucifer sakingkan cepatnya ia bergerak.

Akhirnya, Lucifer mampu menyerang balik.

Manami terlempar jauh.

Gawat!! Ini gawat sekali!!!

"Manami!!!!" seruku kencang.

"Baiklah, sudah tidak ada gunanya lagi aku bertarung dengan kalian. Memoria ini akan aku hancurkan!" ujar Lucifer.

Lucifer mengambil ke 12 memoria yang telah aku kumpulkan. Namun, kesenangannya berhenti setelah....

"Tidak sebelum aku kalahkan." ujar seorang gadis yang datang tiba-tiba dikelilingi aura biru pink dan kelopak bunga sakura.

Gadis itu ialah...

"Chi-chieru?! Bagaimana kamu bisa sampai di alternative universe ini? Bukankah kamu sudah berubah jadi bazooka yang waktu itu?" tanyaku kaget.

Chieru hanya diam.

"Aki, istirahatlah, ini pertarunganku. Terimakasih karena sudah flashback ke masa kecil kita. Sekarang satukan ke 12 memoria itu!" ujar Chieru.

Chieru langsung mengambil pedang dan bergerak menusuk Lucifer.

"A-apa?!!" ujar Lucifer kesakitan.

Lucifer pun menghilang bersama kelopak mawar yang beterbangan.

12 memoria ini pun setelah dikumpulkan berkilau seperti berlian yang terang. Benda tersebut menyatu membentuk sebuah portal.

Aku terperanjat. Kekuatan Chieru didapat darimana? Kenapa dia bisa berada di dunia ini?!

"Akihito-kun, Aku bahagia bertemu denganmu. Terimakasih. Tetaplah hidup!" ujar Chieru.

"Ayo kembali ke dunia nyata bersama." ujarku.

"Tidak, aku akan disini ikut serta dengan alam yang akan hancur setelah seluruh memoria terbuka. Setelah ini, kamu harus lakukan apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan Jepang dari kekacauan." ujar Chieru sambil tersenyum.

Memoriku tiba tiba terlintas ketika melihat seseorang menungguku diujung portal...

Ayumu...

-Flashback: 13 Juni 2009

Aku tiba-tiba berada tergeletak di kelasku sebelumnya (kelas akselerasi). Sewaktu itu, aku bergegas menuju ke kursi. Lalu tiba-tiba, aku melihat... Resleting rok gadis rambut pendek didepanku terbuka. Anehnya terbuka agak lebar. Kalau aku tegur aku pasti dimarahi. Aku masih ingat karena aku benar benar susah mengontrol nafsu birahiku sendiri.

Aku biarkan dia. Aku pun mencari mana Ayumu yang aku pegang. Dia menghilang. Tiba-tiba aku seperti terlempar...

-Flashback: 11 November 2010-

Aku tiba-tiba terbangun, disisiku ada dua orang gadis dan ternyata ada diriku yang lain.

"Aki... Kau mau dibantu atau tidak?" tanya Gadis yang ternyata adalah Ayumu.

"Aki... Kita khawatir denganmu." ujar gadis yang bernama Kumiko. Kumiko! Kumiko adalah Gadis yang kusukai waktu SMP.

Aku mencoba bilang "Terimakasih silahkan." tapi sudah lebih dahulu dijawab oleh diriku yang lain. "Aku tidak mau! Pergilah! Kalian sama saja!" dengan sedikit kasar.

"Yasudah kalau memang begitu." ujar Ayumu.

Ayumu. Aku minta maaf...

Kenapa aku harus flashback momen ini? Momen ini menyakitkan!!! Aku benar benar tidak mau dilempari hujatan lagi.

Tiba-tiba hujatan terngiang di telingaku. Aku dibilang payah, pengecut dan sebagainya. Sungguh aku benar benar muak mendengarnya!

Tiba-tiba, Ayumu datang. Memelukku. Kali ini dia bicara. "Aki... Aku sudah maafkan kamu. Aku ingin kamu lebih peka."

Tiba-tiba aku pun terlempar lagi...

-Flashback: 13 April 2013-

Aku terlempar kedalam perpustakaan SMA.

"Aha! Aku sudah sampai di SMA!" ujarku. Entah ini terlempar atau masih memegang tangan Ayumu yang tadi. Tapi yang jelas aku sudah sampai didestinasi, SMA tempat aku bersekolah dulu. Aku pun mencoba berdiri karena sakitnya terlempar. Lalu aku melihat Ayumu menangis kepada diriku yang lain.

"Aki... Aku benar benar kecewa. Seharusnya aku lolos dalam olimpiade fisika itu." ujar Ayumu.

Ayumu menahan tangis lalu akhirnya menangis. Aku pun dejavu. Aku merasakan tepat. Aku tahu.

Aku menahan keinginanku untuk menenangkannya dengan alasan kata sahabat.

Aku menahan impuls diriku sehingga aku menjadi cuek terhadapnya.

-Flashback: End-

"Maafkan aku sudah membuatmu cemas, Ayumu. Maafkan aku atas apa yang aku pernah lakukan kepadamu." Ujarku.

"Semua orang sudah menunggumu di dunia nyata. Syukurlah kamu berhasil menghadapi ini semua. Aku sudah memaafkanmu." Pungkas Ayumu.

Eiko dan Manami pun terdiam, raut muka mereka pun sudah menyiratkan ada sesuatu yang tidak beres.

"Maafkan kami, kami hanya bisa sampai sini mendampingimu. Terimakasih sudah menjadi partner kami dalam Awakening. Kami akan selalu bersamamu, Akihito." Ujar mereka berdua.

Selamat Tinggal Chieru, Eiko dan Manami.

Penglihatanku mulai kabur mengikuti kemana Ayumu melangkah melewati Portal. Kemudian semua menghitam.

TO BE CONTINUED