webnovel

Honkai Impact: Deviation of Imagination (Indonesia)

Di luar Laut Quanta yang penuh kekacauan, di luar Pohon Imajiner yang sistematis, Eksistensi dari luar muncul membawa kekuatan dari makhluk transenden yang asing. Dan keberadaan anomali ini, akan membawa dunia di bawah genggamannya! --- Modifikasi Konten pada [15/4/23] --- [Disclaimer!]: Picture Belong to Artist. Honkai Impact Belong to Hoyoverse!

Skartha · Diễn sinh trò chơi
Không đủ số lượng người đọc
31 Chs

XIX. Martial Art that Uses Instinct

Fu Hua dengan fokus penuhnya, membentuk kuda-kuda beladiri standar yang biasa dia gunakan. Mata birunya yang berada di balik kaca matanya terpejam, membayangkan sosok musuh imajiner yang memiliki gerakan cepat dan terampil.

Dengan melawan sosok musuh imajinasi, Fu Hua dapat meningkatkan tekniknya untuk bertarung dengan berbagai variasi musuh. Tidak hanya manusia, tapi juga makhluk Honkai.

Menggunakan latihan semacam ini, kekurangannya pada jarak serangan sama sekali tidak menghalanginya untuk mampu mengalahkan musuh yang menggunakan senjata jarak jauh dengan efisien.

Fu Hua adalah ahli beladiri, dia menggunakan tubuhnya sendiri sebagai senjata untuk memaksimalkan setiap potensi serangannya. Itulah pola pikir yang selalu diterapkan oleh Fu Hua.

Saat mencapai hitungan ke 50, Fu Hua membuka matanya dengan cepat, lalu bergerak menghindari gesekan angin dari tusukan bilah tajam yang mencoba melukai wajahnya.

Menggunakan kesempatan itu, Fu Hua melakukan serangan balasan menggunakan ujung jarinya yang melesat dengan cepat ke arah sosok penyerang.

Sang penyerang menyapukan pedangnya ke sisi kanan dengan cepat sebelum menggunakan tangan kirinya menepis tusukan jari dari Fu Hua. —namun, Fu Hua tidak hanya menggunakan satu tangan untuk menyerang.

Ketika sang penyerang menepis tangan si Ketua Kelas, Fu Hua juga berputar memanfaatkan kakinya sebagai pivot untuk melayangkan tendangan berputar yang memanfaatkan berat dari tubuhnya sendiri ke arah kepala sang penyerang, yang posisinya lebih tinggi dari kepala Fu Hua sendiri.

Sang penyerang itu mundur setengah langkah ke belakang, menghindari tendangan si mata empat yang hanya dengan sedikit celah.

Dengan tendangan berputar dari Fu Hua, itu mengakhiri pertukaran serangan dan membuat jarak mereka berdua menjadi melebar.

Keduanya saling berpandangan dengan tenang, bersiap pada serangan apapun yang akan dilancarkan lawannya.

"*Sigh*..." Elias menghela nafasnya, menyarungkan kembali pedangnya. Fu Hua juga membuang nafasnya, menganti sirkulasi udara yang ada di dalam tubuhnya, lalu memandang Elias dengan senyum tipis.

"Itu adalah serangan kejutan yang bagus, Elias-san. Aku tidak menyangka beladirimu lebih bagus dari yang biasa kamu tunjukkan." Fu Hua berkata ketika dengan melemaskan otot-ototnya.

Elias tersenyum. "Terima kasih. Setiap hal dapat menjadi senjata ketika mereka berada di tangan yang tepat. Untuk itulah aku juga melatih batasku di beladiri tangan kosong, walaupun dulu aku jarang menggunakannya di dalam duel seperti ini."

"Hmm… jadi Elias-san pernah mengikuti semacam acara kompetisi duel kehormatan seperti itu?"

"Yah… begitulah. Tidak terlalu lama karena aku segera berhenti setelah menemukan lawan terkuat yang pernah kulawan, tapi itu merupakan pengalaman yang bagus," balas Elias.

"Apakah kamu kalah?"

Elias menggelengkan kepalanya, "Tidak, kami seri. Karena pertarungan kami hanya duel beladiri tanpa senjata, aku bisa mengimbanginya. Jika kami berduel dengan senjata, aku akan kalah telak."

Pria itu tidak berbohong. Dia memang sering melalui duel kehormatan dengan beberapa pejuang yang memandang rendah fisik penyihir saat masih berada di dunia magis. Namun semua tantangan itu berakhir setelah dia melalui sebuah duel hebat dengan seorang pejuang peringkat Raja—peringkat paling tinggi yang tercatat oleh sejarah umat manusia.

Duel itu dilakukan hanya dengan adu fisik tanpa senjata. Dan pada akhirnya, sang pejuang peringkat Raja itu mengakui kemampuan Elias yang luar biasa bahkan jika dia adalah seorang penyihir. Dan sebagai pejuang yang memiliki kekuatan sebesar itu, tentu saja dia memanfaatkan ketenarannya untuk menyebarkan kabar duel tangan kosong murni dengan hasil seri antara penyihir agung dan pejuang terkuat.

Fu Hua mengangguk mendengarnya.

… Kenapa cara bicara Elias terdengar seolah-olah itu benar-benar duel pertarungan antara dua pejuang sejati? Bukan duel di acara kompetisi yang diselenggarakan oleh publik…

"Ngomong-ngomong, Fu Hua. Sudah berapa lama kamu disini?" Elias bertanya mengalihkan topik.

"Mungkin, sekitar satu setengah jam. Aku akan beristirahat sebentar lagi." Fu Hua menjawab, sebelum dia melirik pada sosok putih yang berada di bagian ekor matanya.

"Elias!! Heeei! —Oh, dan hai Ketua Kelas!" Kiana berteriak saat dia datang berlari ke arah lapangan latihan.

"Halo, Kiana-san. Kamu ingin bertemu Elias-san?" Fu Hua menyapa dengan singkat.

"Ya." Kiana mengangguk, lalu memandang Elias dengan semangat. "Dan aku menemukan resep minuman di selipan bukumu, Elias! Dan itu sangat enak!! Tidak kusangka kamu tahu minuman seperti itu."

"Kebetulan sekali," Elias berkata, dia memandang gadis di sampingnya, "Kalau begitu, ikutlah ke rumah Himeko-san. Seperti kata Kiana, kami sedang membuat es buah, jadi aku berniat mengajakmu."

Fu Hua mengangguk, "Terima kasih, akan kuterima tawaran kalian." Dia tertarik pada apa yang disebut "es buah" ini. Buah apa yang dipakai? Bagaimana rasanya? Dan bagaimana tampilannya?

Gadis itu berjalan menuju ke tempat barang-barangnya diletakkan. Gadis itu mengambil handuk dan mengelap setiap keringat di tubuhnya, lalu meneguk air di dari dalam botol yang dia bawa untuk menghilangkan rasa haus di tenggorokannya.

Kiana memandang si mata empat yang merapikan barang-barangnya. "Aku masih tidak mengerti, Elias, kenapa kamu masih suka berada di sini padahal kamu lebih kuat dari siapapun?" Mata Kiana menyipit, ekspresinya berubah menjadi curiga. "Apa jangan-jangan kamu dan Ketua Kelas… aku harus melaporkan hal ini kepada Mei-senpai!"

"Apa yang kau pikirkan…" Elias menggelengkan kepalanya tanpa daya, "Kau lihat Ketua Kelas, dia masih tetap berlatih walaupun dia lebih kuat dari murid manapun di St. Freya, bahkan lulus ujian Valkyrie Rank A."

"Tapi tidak lebih kuat darimu!" Kiana berkata dengan semangat, menunggu Elias menyerahkan dirinya saat Kiana melaporkan hal ini kepada Mei.

"Benar, sementara aku, walaupun aku lebih unggul darinya, teknikku tidak sebagus miliknya—aku lebih sering menggunakan insting dan refleks superior milikku, ketimbang teknik beladiri. Itu sebabnya, aku memperhatikan setiap pelatihan yang dia lakukan dan kadang-kadang sparring untuk menguji satu sama lain." Balas Elias.

"Dan itu jugalah alasan mengapa aku kesulitan mencari cara menembus pertahanan Elias-san, benar?" Fu Hua menyela, saat dia memandang satu-satunya murid laki-laki yang eksis di sekolah itu.

Elias tersenyum tanpa mengatakan apapun. Laki-laki itu lalu menoleh ke arah Kiana. "Kamu juga membutuhkan teknik yang memanfaatkan tidak hanya instingmu, tapi juga seluruh potensi tubuhmu, Kiana. Kamu itukan jenius, seharusnya ini mudah bagimu."

"Benar, Kiana-san. Kamu memiliki fisik dan refleks yang hebat. Akan sia-sia jika kamu hanya menggunakan kekuatan mentah untuk menyelesaikan tugas." Fu Hua mengangguk setuju pada pendapat Elias.

Kiana menggaruk kepalanya malu-malu kucing, "Ehehehe~ benar, aku jenius! Jadi aku harusnya bisa mengalahkan kalian berdua dengan kejeniusan alamiku!"

Beruntung, sangat mudah untuk mengelabui dan mengelak dari topik saat berbicara dengan Kiana. Hanya perlu menyebutkan sedikit fakta dan pujian lalu bantuan seseorang, dan dia akan menyerah dengan mudah.

Mata Elias memandang sosok ikan putih itu dengan ekspresi kontemplatif.

Betapa menyenangkannya melihat sosok sepolos, semurni, dan senaif Kiana. Bagi Elias yang sudah pernah melalui berbagai pengalaman kejam, horor, dan menyakitkan, Kiana adalah sosok murni yang harus didambakan. Sayang sekali, perubahan selalu terjadi pada setiap individu. Entah itu menyebabkan perubahan signifikan hingga memutar balikkan sifatnya, atau hanya titik riak kecil sederhana seperti percikan air.

"Dan Kiana. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi itu atau kamu akan kena diabetes."

"Hei!! Kamu meremehkanku! —dan, ngomong-ngomong, Bibi Himeko pergi ke departemen sains, jadi tinggal kita saja."

Fu Hua mengangguk. Sudah lama dia tidak bertemu dengan pimpinannya dan sekarang dia punya kesempatan, tapi sekali lagi kesempatan itu menghilang hanya dalam beberapa saat. "Tidak apa-apa, kita bisa melihatnya lagi lain kali."

[20/04/23] Selamat hari raya Idul Fitri!

Skarthacreators' thoughts