Seorang Tuan yang sangat luar biasa berubah menjadi bahan tertawaan bagi ketiga alam; seseorang yang tidak memiliki persembahan dupa, kuil dan pengikut. Dua orang pengikut yang dulu berada dibawahnya kini telah melewati kesengsaraan surgawi, mengalami kenaikan dan menjadi Dewa Perang yang abadi dan memiliki daerah kekuasaannya masing-masing. Dalam keadaan yang seperti ini, tidak mungkin orang tidak akan terheran-heran. Kalau seseorang bertanya pada Xie Lian apakah Feng Xin atau Mu Qing yang membuatnya lebih merasa canggung, maka dia akan menjawab, "tidak ada satupun!"
Namun, jika kita bertanya pada mereka yang mengamati, apakah mereka ingin melihat Xie Lian bertarung dengan Feng Xin atau Mu Qing, maka mereka akan menjawab berbeda sesuai dengan pemikiran masing-masing. Lagipula, ada banyak sekali alasan kenapa mereka harus bertarung dan akan sulit untuk memilih mana yang lebih menarik.
Oleh karena itu, karena dia tidak mendapatkan respon dari Feng Xin yang tiba-tiba saja berhenti bicara dan malah bersembunyi, semua orang disana merasa sangat kecewa. Sementara itu Xie Lian mengumpulkan keberaniannya dan menundukkan dirinya sedikit dan berkata, "Saya juga tidak berharap untuk membuat keributan seperti ini, hal ini tidak saya sengaja, saya sudah merepotkan semua orang."
Mu Qing menanggapi dengan datar, "Oh, tidakkah kau berfikir itu adalah sebuah kebetulan?"
Kebetulan? Xie Lian juga berfikir bahwa ini semua adalah kebetulan yang aneh. Bagaimana mungkin Jamnya bisa jatuh tepat mengenai Mu Qing, sementara kenaikannya juga menghancurkan istana Feng Xin? Untuk para pegamat, itu tampak seperti Xie Lian dengan sengaja membalas dendam. Bagaimanapun, Xie Lian itu termasuk orang yang sial jika diibaratkan disana tersedia ribuan gelas yang berisi anggur dan hanya satu gelas yang berisi racun, maka dia akan selalu bisa memilih racun. Tapi tidak ada orang yang bisa mengatur apapun pemikiran dan keyakinan yang dimiliki orang lain, sehingga Xie Lian hanya bisa berkata, "Aku akan mencoba yang terbaik untuk memberikan kompensasi pada semua istana emas dan kerusakan-kerusakan lainnya. AKu berharap kalian dapat memberikan waktu untuk melakukannya."
Seseorang tidak butuh untuk memiliki otak hanya untuk memahami bahwa Mu Qing ingin melanjutkan ucapan sarkastiknya. Namun, karena istana emas yang dimilikinya tidak mengalami kerugian apapun dan jam yang hampir mengenainya malah terbelah jadi dua, untuk terus bersifat sombong pada Xie Lian akan terlihat sangat tidak pantas dan menurunkan harga dirinya. Sehingga Mu Qing memutuskan untuk menyembunyikan dirinya dan diam. Ketika Xie Lian melihat bahwa orang-orang yang terkena masalah karenanya sudah pergi, dia juga dengan segera pergi.
Keesokan harinya, ketika Ling Wen mengundangnya untuk datang ke istananya, dia masih bingung memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan delapan juta, delapan ratus, dan delapan ribu kebajikan.
Ling Wen adalah petugas khayangan yang menangani anggota khayangan. Ketika mereka yang abadi menginginkan karir yang lebih baik maka mereka akan menyembahnya. Dari lantai sampai ke atas, seluruh aula istana tersebut dipenuhi oleh berkass-berkas dan gulungan-gulungan kertas. Pemandangan ini sangat menakjubkan yang bahkan cenderung membuat orang takut saat melihatnya. Ketika Xie Lian terus berjalan, dia melihat petugas-petugas khayangan yang keluar dari istana Ling Wen membawa tumpukan berkas yang sangat tinggi. Wajah mereka terlihat sangat pucat; dan jika itu bukan wajah yang terlihat akan pingsan dengan segera maka itu adalah wajah yang terlihat seperti mati rasa. Ketika keduanya akhirnya memasuki aula istana, Ling Wen berbalik dan langsung berbicara mengenai masalahnya. "Yang Mulia, Kaisar ingin meminta bantuanmu untuk menyelesaikan sebuah masalah. Apakah kau bersedia untuk mendampinginya dan membantunya?"
Di Khayangan, banyak orang yang memiliki gelar ZhenJun dan YuanJun. Namun, hanya satu orang yang boleh dipanggil Kaisar. Tapi, biasanya jika Kaisar ingin melakukan sesuatu, dia tidak perlu baginya untuk memohon bantuan orang lain. Itulah sebabnya Xie Lian terkejut untuk sesaat sebelum akhirnya menjawab, "Masalah apa?"
Ling Wen memberikannya sebuah gulungan kertas dan menjelaskan, "Belakangan ini banyak sekali pendoa yang tekun dan berulang kali memohon berkah. Dapat di asumsikan bahwa mereka hari-hari yang mereka lalui bukanlah hari yang penuh kedamaian."
Yang dimaksud dengan penyembah yang tekun ini dapat dikategorikan menjadi tiga jenis orang. Pertama, orang kaya: mereka menggunakan uang untuk dapat membakar dupa dan membagun kuil-kuil untuk dewa. Kategori kedua adalah para pengkhotbah yang memberikan ceramah kepada orang-orang. Dan yang tak kalah pentingnya adalah jenis terakhir yang merupakan para penyembah yang jiwa dan raganya dipenuhi oleh iman dan keyakinan. Sebagian besar para penyembah ini termasuk kedalam jenis yang pertama karena di dunia ini, orang kaya itu ibaratkan ikan yang berenang di sungai. Sedangkan jenis yang ketiga adalah yang paling sedikit memiliki orang, karena jika seseorang benar-benar dapat mencapai tingkat keimanan yang tinggi, maka mereka akan memiliki kecakapan yang sangat tinggi juga, dan orang seperti itu biasanya akan naik ke khayangan. Orang-orang yang dimaksud oleh Ling Wen sudah jelas adalah dari jenis yang pertama.
Ling Wen melanjutkan bicaranya, "Sekarang, Kaisar tidak dapat turun langsung ke Utara. Jika kamu bersedia menggantikan beliau dan melakukan perjalanan, jika semuanya sudah selesai, tidak perduli sebanyak apapun persembahan yang diberikan para penyembah ini, semuanya akan di pindahkan ke altarmu. Bagaimana menurutmu?"
"Terimakasih banyak." Kata Xie Lian dan menerima gulungan kertas itu dengan kedua tangannya.
Ternyata inilah cara Jun Wu menolongnya, tetapi dia membuatnya seolah-olah membutuhkan bantuan Xie Lian. Bagaimana mungkin Xie Lian tidak menyadarinya? Namun, dia tidak menemukan kata-kata yang lebih cocok untuk mengungkapkan apa yang dia fikir selain dua kata yang baru saja diucapkannya.
"Aku hanya bertugas untuk memberikan kamu masalah ini, jika kau ingin berterima kasih, tunggulah Kaisar kembali dan sampaikan padanya rasa terima kasihmu. – Oh ya, apa kau butuh bantuanku untuk meminjamkan Alat sihir?"
"Tidak Perlu, Meski kau memberikan aku Alat sihir, ketika aku turun ke sana aku tidak akan memiliki kekuatan spiritual dan aku tak akan bisa menggunakannya."
Xie Lian telah dibuang dua kali, sehingga dia kehilangan kekuatannya. Lebih mudah baginya untuk mengatasi khayangan dimana mereka yang abadi berada. Lagipula, kekuatan spiritual itu melimpah dan sumbernya tidak akan mengering, oleh karena itu dia memutuskan untuk mengambil yang ditawarkan padanya untuk digunakan. Namun, ketika dia kembali ke dunia fana dia akan kehilangan kekuatannya. Jika Xie Lian ingin menggunakan sihir untuk bertarung, maka dia hanya bisa melakukannya dengan menemukan seseorang yang dapat meminjamkan padanya kekuatan spiritual, sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan.
"Kalau begitu bukankah lebih baik meminta beberapa dewa perang untuk menemanimu dan menolongmu."
Tapi, dewa perang yang ada hanyalah mereka yang mungkin tidak mengenalinya atau bahkan mereka yang membencinya. Xie Lian mengerti akan hal itu sepenuhnya, dan dia menjawab, "Itu juga tidak perlu, aku tak mungkin dapat meminjam siapapun."
Namun, Ling Wen berfikir bahwa Xie Lian serius ingin meminjam dewa perang dan dia berkata, "Aku akan mengusahakannya."
Tidak akan ada bedanya, meski Xie Lian melarangnya dia tetap memasuki jajaran komunikasi roh dan memberikan pengumuman dengan suara yang lantang, "Semuanya, Kaisar membutuhkan orang untuk membantunya menangani masalah di Utara. Adakah Dewa Perang yang dapat meminjamkan dua petugas dari aula istananya untuk membantu Kaisar?"
Sesaat setelah suara Ling Wen menghilang, terdengar suara Mu Qing, "Aku dengar bahwa sang Kaisar sedang tidak berada di Utara sekarang, sepertinya kau ingin meminjam orang untuk Yang Mulia Pangeran, benar begitu?"
Xie Lian berfikir "apakah kau seharian menjaga jajaran komunikasi roh?"
Ling Wen pun berfikir yang sama dengannya. Meskipun dia sangat ingin menampar Mu Qing yang menghambat pekerjaanya di jajaran komunikasi. Dia pun berkata sambil tersenyum. "Xuan Zhen, mengapa belakangan ini aku selalu melihatmu di jajaran komunikasi? Sepertinya kau mencuri-curi waktu untuk santai dan senggang. Selamat, selamat."
Mu Qing menjawab dengan santai, "Tanganku sedang cidera, jadi aku sedang masa pemulihan."
Semua petugas khayangan yang mendengarnya kemudian berfikir, "Di masa lalu, tidak akan sulit untuk tanganmu itu membelah gunung menjadi dua. Jadi, apa susahnya membelah jam itu untukmu?"
Awalnya, Ling Wen ingin mencari dua orang untuk membantunya sebelum menjelaskannya secara rinci, tapi bukan hanya Mu Qing telah menebaknya dengan tepat, dia bahkan mengumumkannya dengan sangat lantang. Karena keadaannya jadi begini, dia tidak akan mendapatkan seorangpun. Sudah pasti karena tidak ada yang menjawabnya sejak tadi. Xie Lian juga yakin tidak akan ada yang bersedia membantu, dan dia berkata padanya, "Kau lihat, kau tidak akan mungkin meminjam seseorang."
"Kalau Xuan Zhen tidak mengatakan apapun, aku harusnya bisa mendapatkan bantuan."
"Kalimat yang kau ucapkan itu ibarat kau sedang membawa sebuah pipa, tapi menutupi separuh permukaannya, dengan lihai menutupi pemandangannya. Orang akan berfikir bahwa mereka akan menolong Kaisar, makanya mereka bersedia. Tetapi ketika mereka mengetahui bahwa mereka akan bekerja sama denganku, aku takut akan menyebabkan masalah. Bagaimana mungkin kami bekerja sama dengan cara begitu? Lagipula aku sudah terbiasa sendiri, aku masih memiliki tangan dan kaki. Jadi biarkan saja begini. Terima kasih atas bantuanmu. Aku pergi sekarang."
Ling Wen Juga tak berdaya , jadi dia menangkupkan tangannya untuk memberi hormat dan berkata, "Baiklah, aku harap perjalananmu berjalan dengan lancar, dan semoga berkat dari semua petugas khayangan bersamamu."
"Baiklah aku pergi!" dia pergi dengan percaya diri dan melambaikan tangannya.
∞∞
Tiga hari berikutnya, dunia fana, Bagian Utara.
Di sisi jalan utama, ada sebuah kedai teh kecil. Etalasenya tidaklah besar dan dikelola oleh sanak saudara, tetapi dagangannya berharga mahal diakarenakan pemandangan indah yang mereka miliki. Terlihat gunung dan aliran air sungai, keramaian orang dan sebuah kota.
Mereka memiliki segalanya, tidak segalanya tapi hanya saja mereka memiliki yang seharusnya dimiliki. Berada di antara pemandangan yang seperti itu, dan kemudian singgah di kedai teh itu untuk bersantai maka itu akan menjadi kenangan yang sangat luar biasa. Pemilik kedai teh itu sedang senggang karena sedang tidak ada pelanggan yang datang. Kemudian dia berdiri di depan etalasanya dan memandang keluar, memandangi gunung, air yang mengalir, orang-orang dan perkotaan. Dia sedang memandang dengan gembira ketika dia melihat dari kejauhan ada seorang pendeta mengenakan jubah putih sedang berjalan, jubahnya terlihat berdebu seakan-akan dia telah melakukan perjalanan yang sangat jauh. Ketika pendeta itu mendekat, dia berjalan melewati kedai teh itu dan kemudian tiba2 berhenti dan berbalik arah . Pendeta itu mengangkat sedikit topi bambunya sebelum akhirnya mendongakkan kepalanya. Dia hanya melirik sekali ke toko itu dan kemudian berkata sambil tersenyum. "Toko kecil 'Chance Encounter' nama yang menarik."
Meski penampilannya terlihat sangat lelah, tetapi dia memiliki wajah yang penuh dengan senyuman. Itu membuat orang yang menatapnya tidak dapat menahan lengkungan senyuman mereka. Kemudia pendeta itu bertanya, "Maaf, bolehkah aku bertanya apakah Pegunungan Yu Jun masih jauh?"
Pemilik kedai teh itu kemudian menunjuk ke suatu arah padanya dan menjawab. "Itu di daerah sini."
Orang tersebut menghembuskan nafas lega, dan berfikir, "Akhirnya aku sampai."
Orang itu adalah Xie Lian.
Dia benar-benar meninggalkan dunia abadi pada hari itu. Awalnya, dia sudah memilih lokasi untuk tempatnya turun ; Xie Lian ingin turun di dekat gunung Yun Ju. Tapi karena dia pergi dengan sangat ceroboh dan loncat kebawah tanpa perkiraan yang matang, lengannya tersangkut di sebuah awan. Ya itu tersangkut di awan. Bahkan dia pun heran bagaimana bisa lengannya itu tersangkut di awan. Dia terguling-guling di ketinggian, dan ketika dia terjatuh dia tidak tahu dimana dia sedang berada. Setelah tiga hari berjalan kaki, akhirnya dia sampai pada tujuan akhir yang dia rencanakan sebagai tempat turunnya. Oleh sebab itulah dia merasa sangat bahagia.
Memasuki kedai teh tersebut, Xie Lian memilih meja yang disamping jendela kemudian memesan makanan dan minuman. Akhirnya dia bisa duduk setelah melalui banyak kesulitan sebelumnya, tiba –tiba dia mendengar suara ratapan dan suara memukul gendang dari luar ruangan.
Xie Lian mengalihkan pandangannya ke jalanan dan melihat kerumunan orang yang mengawal tandu pernikahan yang berwarna serba merah dan melewati kedai teh itu.
Tapi, prosesi itu dilingkupi suasana yang aneh. Ketika sekilas melihatnya, itu terlihat seperti sanak saudara yang sedang mengantar pengantin. Tetapi jika dilihat lebih teliti lagi, akan bisa dilihat bahwa orang-orang ini memiliki wajah yang serius – ekspresi kesediha, marah, ketakutan, dan yang tidak terlihat adalah ekspresi bahagia. Bagaimanapun juga, tidak terlihat seperti sebuah pernikahan. Namun, berbalik dengan hal itu, semua orang mengenakan bunga berwarna merah saat mereka memainkan alat music dan memukul gendang mereka. Situasi ini benar-benar aneh. Pemilik kedai teh itu datang membawa teko tembaga di tangannya dan mengangkatnya lebih tinggi dan menuangkan teh kedalam gelas. Dia juga melihat kejadian ini, tapi hanya menggelengkan kepalanya sekali dan kemudian berlalu.
Xie Lian mengikuti kepergian prosesi yang aneh itu dengan matanya, kemudian dia termenung. Dia baru saja akan membuka dan mengecek gulungan yang diberikan oleh Ling We, saat tiba-tiba dia merasakan ada kilauan yang melewatinya.
Saat Xie Lian mengangkat kepalanya, dia melihat kupu-kupu perak lewat didepannya.
Kupu-kupu perak itu bercahaya dan tembus pandang, terlihat sangat murni dan jernih. Karena itu berterbangan di udara, itu meninggalkan jejak yang sangat terang. Xie Lian tidak dapat menahan dirinya dan mengulurkan tangan untuk meraihnya. Kupu-kupu ini sungguh cerdas. Selain tidak takut padanya, kupu-kupu ini juga berhenti di ujung jarinya, kedua sayapnya mengepak dengan indahnya. Dibawah sinar matahari, itu terlihat seperti hal yang tidak nyata. Kemudian, kupu-kupu itu terbang kembali.
Xie Lian melambai pada kupu-kupu itu, seakan-akan sedang mengatakan selamat tinggal. Tetapi ketika dia kembali ke mejanya, dia melihat ada dua orang yang duduk di sana.
Meja itu memiliki empat sisi. Satu orang duduk disisi kiri dan orang lainnya duduk disisi kanan, masing-masing mengambil satu sisi. Kedua orang itu terlihat seperti remaja lelaki yang berusia delapan belas atau Sembilan belas tahun. Yang disisi kiri lebih tinggi, dengan wajah yang lumayan tampan. Tatapan matanya terlihat sangat arogan dan keras kepala. Lelaki disebelah kanan memiliki kulit yang putih. Dia terlihat lemah dan cantik. Tetapi tetap terlihat lembut. Tetapi tatapan matanya terasa dingin dan acuh. Penampilan yang memperlihatkan seakan-akan dia tidak terlalu bahagia. Warna dari wajah keduanya terlihat tidak terlalu baik.
Xie Lian mengedipkan matanya dan kemudian bertanya, "Kalian ini siapa?"
Lelaki yang di kiri menjawab, "Nan Feng."
"Fu Yao." Lanjut lelaki yang di kanan.
Xie Lian berfikir, "hm.. aku tidak menanyakan nama kalian."
Tepat saat itu Ling Wen tiba-tiba mengirimkan pesan suara padanya. Dia berkata, "Yang Mulia, ada dua dewa perang yang masih muda dari khayangan tengah yang bersedia membantu. Mereka sudah turun untuk mencari mu, seharusnya mereka sudah tiba sekarang ah."
Khayangan yang disebut sebagai khayangan tengah ini masih berhubungan dengan khayangan yang berada di atas. Para petugas khayangan dapat dikategorikan menjadi dua: yang naik dan yang tidak. Petugas khayangan yang berada di atas telah naik dengan mengandalkan diri mereka sendiri. Hanya ada sekitar seratusan di keseluruhan khayangan dan mereka sangat berharga. Tetapi di khayangan tengah, adalah orang-orang yang diangkat menjadi petugas. Secara kasarnya, seharusnya mereka dipanggil dengan 'partner petugas khayangan'. Namun, ketika orang-orang memanggil mereka, biasanya mereka akan menghilangkan kata 'partner'.
Karena ada khayangan atas dan tengah, apakah mungkin ada khayangan bawah?
Tidak ada.
Sebenarnya, ketika Xie Lian dibuang untuk pertama kali, khayangan bawah itu benar-benar ada. Saat itu, khayangan masih dibagi menjadi khayangan atas dan bawah. Tapi kemudian, ada sedikit masalah yang ditemukan. Ketika mereka memperkenalkan diri mereka dan mengatakan, "Saya berasal dari khayangan atas atau bawah," itu terdengar sangat tidak menyenangkan. Karena kata 'bawah' mereka merasa rendah. Diantara petugas khayangan tengah, tidak ada yang namanya kekurangan orang-orang berbakat. Kekuatan spiritual mereka besar dan kuat, mereka adalah orang yang sempurna dan tokoh terkenal. Yang membedakan mereka degan petugas khayangan yang sesungguhnya adalah mereka kurang memiliki pengalaman dalam mengatasi kesengsaraan surgawi. Tapi tidak ada yang tahu kapan kesengsaraan surgawi yang mereka akan datang. Kemudian, beberapa orang mulai memperkenalkan diri menjadi 'aku berasal dari khayangan tengah'. Ini lebih nyaman untuk didengar dibanding yang sebelumnya, meski keduanya memiliki arti yang sama. Singkatnya, setelah perubahan itu, Xie Lian belum juga terbiasa meski sudah sekian lama waktu berlalu.
Xie Lian menatap kepada kedua dewa perang yang masih muda ini. Dengan wajah salah satu dari mereka yang tidak terlihat bahagia, itu tidak terlihat seperti mereka 'ingin membantu'. Jadi, dia bertanya pada Ling Wen, "aku pikir mereka tidak terlihat seperti orang yang datang untuk menolong, tapi seperti orang yang datang untuk memenggal kepala anjingku. Apa kau menipu mereka?"
Sayangnya, pertanyaan yang dia lontarkan tidak dapat dikirimkan. Dia juga tidak dapat mendengar suara Ling wen lagi di telinganya. Mungkin itu karena dia berada terlalu jauh dari kota keabadian. Dan juga sudah lama sejak dia turun ke dunia fana, jadi kekuatan spiritualnya menghilang. Xie Lian tidak bisa lagi melakukan apapun, jadi dia hanya memberikan senyuman ke kedua lelaki itu dan kemudian berkata, "jadi kalian adalah Nan Feng dan Fu Yao? Yang datang ingin membantuku, biarkan aku mengucapkan terima kasih sebelumnya."
Keduanya hanya mengangguk-anggukkan kepala, sepertinya mereka berdua memilki budi pekerti yang luhur. Dan sepertinya dewa perang yang mengawasi mereka memiliki sifat yang sama. Xie Lian meminta pemilik kedai the itu untuk membawakan dua gelas lagi. Mengambil gelasnya, dia mengikis daun tehnya dan kemudian bertanya, "Kalian berasal dari Istana mana?"
Nan Feng menjawab, "Aula Istana Nan Yang."
"Aula Istana Xuan Zhen." Sambung Fu Yao.
"...…"
Ini benar-benar membuatnya takut.
Xie Lian meneguk segelas tehnya dan bertanya, "Jendral di Istana mengizinkan kalian untuk datang?"
"Jendral istanaku tidak tahu aku datang kesini." Sahut keduanya.
"lalu, apakah kalian mengenalku?"
Jika kedua dewa perang ini datang karena ditipu oleh Ling Wen, maka setelah mereka menolongnya, mereka akan dimarahi oleh jenderal istananya masing-masing. Hal seperti itu harusnya tidak boleh terjadi.
Nan Feng menjawab, "Kau adalah Yang Mulia Pangeran."
"Kau adalah jalan yang benar untuk dunia manusia dan jantung dari dunia ini." Lanjut Fu Yao.
Xie Lian tersedak, dan bertanya pada Nan Feng dengan ragu, "apakah dia baru saja memutar matanya?"*
"Ya, biarkan saja dia" jawab Nan Feng.
Hubungan Nan Yang dan Xuan Zhen tidak terlalu baik. Ini sudah rahasia umum. Jadi ketika Xie Lian mendengar masalah itu, dia tidak terkejut lagi. Ini karena dahulu hubungan antara Feng Xin dan Mu Qing juga tidaklah terlalu baik. Hanya pada saat itu, dia adalah tuannya sedangkan mereka berdua adalah pegawainya. Yang mulia pangeran menyuruh mereka untuk berhenti berseteru , kalian harus menjadi teman baik, sehingga keduanya menahan diri untuk tidak bertengkar satu sama lain. Ketika mereka tidak senang, mereka akan menggunakan kata-kata untuk menusuk lawannya. Bahkan sampai hari ini, tidak perlu lagi untuk berpura-pura sopan, jadi penyembah dari Barat dan Tenggara juga tidak saling akur, sedangkan istana Nan Yang dan Xuan Zhen bahkan saling membenci satu sama lain. Dua orang dihadapannya ini adalah contoh nyata. Fu Yao tersenyum secara sarkastik dan berkata, "Ling Wen ZhenJun berkata jika aku memang berniat, aku boleh datang. Jadi apakah ada alasan untukku pergi?"
Kata 'bersedia', dia mengatakannya dengan muka yang tidak meyakinkan. Maka dari itu Xie Lian bertanya lagi, "Biarkan aku memastikan ini, apa kalian berdua benar-benar ingin melakukan ini? Jika tidak, jangan memaksakan diri."
"Aku benar-benar bersedia." Keduanya menjawab dengan kompak.
Melihat wajah keduanya, Xie Lian yakin mereka sebenarnya ingin mengatakan 'aku ingin mati saja'. Benar kan?
"oke.. untuk sementara –"
"Mari kita diskusikan masalah yang sebenarnya. Kalian berdua sudah tahu kan kenapa kalian harus datang ke Utara? Jadi aku tidak akan menjelaskan lagi dari awal…"
"Kami tidak tahu."
"...."
"Kalau begitu, lebih baik aku jelaskan semuanya dari awal."
Dahulu kala, di pegunungan Yu Jun, ada pengantin pria dan wanita yang akan menikah.
Pasangan tersebut saling mencintai. Pengantin pria menunggu prosesi untuk mengantarkan pengantin wanita padanya, tapi setelah menunggu untuk waktu yang lama, dia tidak melihat kedatangan sang pengantin wanita. Di mulai merasa khawatir dan mencari keluarga si perempuan. Mertuanya berkata bahwa pengantin wanita sudaha berangkat sejak lama. Kedua pihak melaporkannya kepada petugas sebelum melakukan pencarian ke segala penjuru. Namun, dari awal hingga akhir mereka tidak dapat menemukannya. Meskipun dia di makan oleh monster di pegunungan, bukankah harusnya ada sisa-sisa dari tulang kaki atau tangan atau apapun itu. Apa penyebab dari menghilangnya pengantin wanita ini? karena hal itu, membuat orang mulai berfikiran bahwa si pengantin wanita memang dari awal tidak ingin melakukan pernikahan dan melakukan penipuan ini dan kemudian kabur.
Tapi siapa sangka, setelah beberapa tahun berlalu, pasangan baru lainnya akan melakukan pernikahan dan hal yang sama terjadi.
Pengantin wanita menghilang lagi. Tapi, kali ini dia menghilang dengan meninggalkan jejak. Di sebuah jalan yang kecil, orang-orang menemukan potongan kaki yang sepertinya belum sempat termakan.
*Memutar matanya : seperti mengejek atau meledek.