webnovel

Chapter 1

Seorang wanita cantik dengan rambut yang panjang berwarna hitam dan menggunakan gaun biru muda, sedang dikelilingi beberapa burung di padang rumput yang cukup luas. Wanita itu sangat cantik, karena kecantikannya itu sampai membuat burung-burung terbang mendekat kearahnya.

"Wah, pemandangan disini sangat indah, dan anginnya sangat sejuk," ucap wanita itu, suara wanita itu sungguh sangat lembut, sehingga membuat burung-burung berkicau senang didekatnya.

"Kakak, kak Dinda!" Teriak seorang wanita yang tidak kalah cantik dengan wanita yang dipanggil kakak itu. Wanita berambut panjang berwarna hitam, memakai gaun yang juga indah berwarna merah muda dengan perpaduan biru muda.

"Ita, kenapa kamu disini? Apa kamu sendiri?" tanya wanita yang bernama Dinda dengan terkejut.

"Hehehe ... tenanglah kak, Ita tidak sendiri," jawab Ita dengan tersenyum jail.

"Apa kamu datang bersama Fira, dimana dia?" tanya Dinda penasaran, karena tidak melihat keberadaan orang yang ia maksud.

Ita hanya tersenyum jail tanpa menjawab pertanyaan kakak tersayangnya itu.

"Tuan Putri!!" teriak seorang wanita yang memakai pakaian perpaduan merah dan putih, dengan sepatu besi dan berambut panjang berwarna cokelat muda yang sedang berlari.

"Itu dia sudah datang," ucap Ita tanpa memperdulikan wanita yang masih berlari menuju kearah Ita dengan berteriak memanggilnya.

"Apa kamu mengerjain dia lagi?" tanya Dinda dengan tertawa kecil yang melihat tingkah laku adik kesayangannya itu.

"Hahaha ... biarkanlah dia kak, lagi pula dia'kan ksatria, dia pasti kuat," jawab Ita santai.

"Kamu tidak boleh seperti itu, Ita. Bagaimanapun dia juga manusia," tegur Dinda.

"Baik, kak ... Ita minta maaf," ucap Ita sedih.

"Sudah, tidak perlu sedih, minta maaflah kepada Fira," ucap Dinda sambil memeluk adik tercintanya itu.

Ita hanya diam sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Hah ... hah ... hah .... Tuan ... Putri ... lari Anda ... sangat ... cepat," ucap Fira sambil menundukkan badan, karena berusaha mengatur nafas, tanpa menyadari keberadaan Dinda didepannya.

"Apa kau baik-baik saja, Fira?" tanya Dinda khawatir saat sudah melepas pelukannya kepada Ita.

"Saya ... baik ... baik ... saja," Jawab Fira tanpa menyadari siapa yang bertanya kepadanya.

Saat Fira sudah bisa mengatur nafasnya dengan benar, ia segera menegakkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya dia, saat melihat Dinda di sebelah tuan Putrinya.

"Y-yang Mulia Putri Mahkota!" teriak kaget Fira, karena baru menyadari keberadaan putri Mahkota itu.

"Are, are ... kenapa kamu begitu terkejut melihatku, Fira?" goda Dinda.

Fira hanya diam membisu, karena tidak bisa berkata apa-apa dihadapan Putri Mahkota itu. Selama beberapa menit ketiga wanita itu diselimuti keheningan, tidak ada yang berbicara, lebih tepatnya tidak tahu ingin berbicara apa, terutama Fira yang masih merasa malu bertemu dengan Dinda.

"Yang Mulia, apa Anda sudah selesai?" tanya seorang pemuda yang tiba-tiba muncul dari semak-semak dibelakang Fira, dengan menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal.

Pemuda itu sangat tampan, berambut silver dengan pakaian berwarna hitam bercampur biru dan menggunakan topi yang seperti jendral.

"Oh, Aegil, apa yang sedang kalau lakukan disana?!" tanya Fira yang terkejut melihat kemunculan Aegil sang kesatria terhebat di Kerajaan Heaven, tiba-tiba muncul dari balik semak-semak.

"Apa yang kau tanyakan, tentu saja aku sedang menunggu tuan Putriku," jawab Aegil santai sambil berjalan mendekat.

Fira hanya ber 'oh' ria menanggapi ucapan Aegil, lalu ia baru menyadari sesuatu.

"T-tunggu, apa sekarang kau sudah menjadi kesatria Yang Mulia Putri Mahkota?!" Fira bertanya dengan terkejut, saat baru menyadarinya.

"Itu benar, Fira," ucap Dinda lembut, lalu menatap Aegil. "Sa ... Aegil, tolong perkenalkan dirimu, dengan sopan."

Aegil langsung mengeluarkan pedangnya lalu meletakkannya di depan wajah.

"Aegil Del Mart, ksatria dari Putri Mahkota kerajaan Heaven, Dinda Floren Heaven," ucap Aegil memperkenalkan diri layaknya seorang kesatria.

Setelah selesai memperkenalkan diri, Aegil segera menyarungkan kembali pedangnya. "Sekarang giliranmu," ucap Aegil dingin.

"Hah?" Fira masih belum paham apa yang dimaksud oleh pria dihadapannya itu.

"Hah ... dasar bodoh," ucap Aegil

"A-apa kau bilang!" teriak Fira kesal.

"Cepat perkenalkan dirimu, seperti layaknya kesatria!" bentak kesal Aegil.

"Ah, benar juga," ucap Fira polos saat baru menyadarinya.

Fira mulai mengeluarkan pedangnya dan meletakkannya didepan wajahnya. "Fira Fernandes, kesatria dari Putri kedua kerajaan Heaven, Ita Amalia El Heaven," ucap Fira memperkenalkan diri.

Setelah selesai, Fira segera memasukkan kembali pedangnya dengan malu. Suara tepuk tangan terdengan dari kedua tuan putri mereka. "Baiklah kalian berdua, sudah selesai memperkenalkan diri, sebaiknya kita segera kembali ke kerajaan, hari sudah mulai siang," ucap Dinda senang.

""Baik,"" ucap mereka bertiga bersamaan.

***

"Bagaimanapun kau melihatnya, ini sangatlah indah, benarkan tuan burung," ucap seorang wanita cantik, berambut hitam panjang dengan gaun berwarna hijau muda.

"Yang Mulia Ratu Zani, para tuan Putri akan kembali," ucap seorang perempuan berpakaian maid yang menunduk hormat dibelakang Ratu kerajaan Heaven itu.

"Baiklah, aku akan menunggu mereka ditaman kerajaan, terima kasih, Oka," ucap Zani lembut, dan burung yang tadi berbicara kepadanya langsung terbang bebas. Air muka Zani langsung berubah sedih, dan memandang kepergian burung itu.

"Apakah hari itu akan datang?" bisik Zani pada dirinya sendiri. Ratu segera berbalik dan berjalan masuk dengan diikuti oleh maid pribadinya.

***

Di dalam ruangan kerja yang terdapat banyak sekali tumpukan dokumen yang berserakan dimana-mana. Seorang pria berambut hitam pendek dengan seragam kerajaan cokelat tuanya sedang sibuk mengurus seluruh dokumen yang menumpuk.

"Ya ampun, bagaimana bisa ada sebanyak ini dokumen yang harus aku tanda tangani, baru juga aku tinggal sebentar!" jerit kesal terdengar dari seorang pria itu.

"Apa kau baik-baik saja, boss?" tanya seorang pria berambut putih dengan sedikit ada bagian berwarna biru yang sedang asik menikmati apel dengan duduk di jendela, dan memandang orang yang dihadapannya itu dengan heran.

"Bagaimana aku bisa tenang, jika banyak sekali dokumen yang harus aku tanda tangani?!" teriak pria itu emosi.

"Tenanglah, boss, bukannya itu sudah menjadi tugasmu sebagai Raja kerajaan Heaven, Yang mulia Daniel," ucap pria yang dijendela itu dengan polos.

"Aku tau! Sudah aku ingin jalan-jalan dulu," ucap Daniel kesal. Daniel mulai berjalan keluar, dan sebelum ia menghilang dari balik pintu, ia membalikkan badan sebentar. "Kioku, aku ingin kau ke perbatasan untuk memeriksa keadaan segel."

"Baiklah," ucap Kioku dan langsung meloncat dari jendela.

Setelah Kioku menghilang Daniel berpikir sebentar, 'kemana aku akan mencari udara yang segar?'

Akhirnya Daniel memutuskan untuk pergi ke taman Kerajaan, dimana biasanya ia beristirahat dengan ditemani Ratunya. "Jika dipikir-pikir, dimana Zani? Dari pagi aku tidak melihatnya?" Daniel bertanya-tanya dimana keberadaan Ratunya semenjak pagi. "Sudahlah, aku ke taman saja," lanjutnya dan segera berjalan menuju taman Kerajaan.

***

Sesampainya Daniel di taman Kerajaan, ia langsung bertemu dengan Zani yang sedang duduk sendiri di rumput taman dengan memandang langit. Daniel langsung menghampirinya dan tiba-tiba langsung meletakkan kepalanya di pangkuan Zani. "Ah, yang Mulia!" Zani terkejut, karena tiba-tiba Daniel datang dan menjadikan pahanya sebagai bantalan.

"Anda mengejutkan saya," ucap Zani sambil mengelus rambut hitam Daniel.

"Hehehe, maafkan aku, aku sangat lelah, biarkan aku beristirahat sebentar," ucap Daniel sambil mulai menutup matanya.

"Dengan senang hati, Yang Mulia," ucap Zani lembut dan menikmati hembusan angin yang sangat menyegarkan ini.

Like it ? Add to library!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

DementiviaKcreators' thoughts