"Sangat. Kami sedang menyelidiki apakah itu adalah hujan meteor asli atau lemparan dari suatu kekuatan, adakah alasan khusus semua itu berawal di wilayah Zumigodds, tampakkah keterkaitan peri hitam dengan makhluk legenda dan Pangeran Kedua, serta menyimpulkan pergerakan pun rencana mereka," sahut Yuju, rautnya sedikit mengerut frustasi.
"Langkah kita ada di belakang musuh." Michael menghela napas dan menyilangkan tangan.
"Dan kekurangan bantuan karena kerajaan masih berada dalam kekacauan. Kita hanya bisa mengandalkan Leader dan kerja sama tim," tambah Zachery.
Yuju menoleh. "Dan kamu kabur dari kepercayaan itu, Zachery."
Peri berambut putih-hijau itu hanya memutar bola mata. Ia malas memberi penjelasan dengan perut yang dalam proses pemulihan setelah dihadiahkan lubang oleh Angel Bride saat menyelamatkan ibu beserta anak manusia.
Melihat itu, sang Peri Zelda Perempuan ikut memutar bola mata. "Terserah." Tatapannya melembut saat beralih ke Pangeran Kedua. "Mengenai awal percakapan kita, apakah kamu memiliki rencana untuk menolong manusia? Aku ingin menyudahi keputusasaan mereka di depan reruntuhan Shryn, serta memberhentikan tindakan mereka untuk memakan bangkai demi memenuhi buasnya rasa lapar."
Yang ditanya berubah serius, lalu dengan sihir mengangkat sedikit tanah dan menyaring mana di dalamnya. Di mata Yuju dan Zachery, itu terlihat seperti mana dari kekuatan hitam dan sihir putih, sedangkan bagi Pangeran Kedua, itu merupakan mana dari kekuatan hitam dan Dewi Arthvia.
"Tanah di sini cukup bagus, bukan?" ucap Michael.
Yuju yang mengerti maksudnya angkat bicara. "Seperti yang Leader katakan, pulau-pulau kecil nan jauh dari pulau utama seperti Ater Soved dan Reruntuhan Shryn memang hanya terkena sedikit dampak dari kekuatan kuno. Perbandingannya adalah 40:60. Maknanya, ada 60% kekuatan hitam yang harus dimurnikan. Itu bukan lah jumlah yang sedikit dan ini termasuk kekuatan kuno yang lebih kental dan kompleks. Karena itu lah, Leader Averlee fokus mencari inti kekuatan di samudra, tapi tidak mudah karena sendirian. Kecuali, jika kita memiliki bantuan dari keluarga kerajaan, meski tidak menghilangkan, tapi dengan kekuatannya dapat menahan tanah dari pencemaran."
"Jadi, apa rencanamu, Nona Cliffres? Beritahu kami alasan wajahmu tidak memancarkan keraguan sama sekali," tanya Zachery antusias seraya mengangkat alis.
Bibir Michael tertarik, lalu mendekat dan membisikkan rencananya dengan perlahan agar mampu dicerna. Kedua peri Zelda mengangguk antusias, siap membantu dan merubah ukuran diri menjadi mungil. Belum lama perjalanan dilangsungkan, sesuatu terasa hilang—Zachery tertinggal. Ia berlari, melompat atau meluncur pada dedaunan. Sesekali hampir terjatuh saat melewati ranting kecil dan bebatuan. Ada pun sayapnya hanya memberi kepakan kecil tak berguna.
"Tunggu aku!" seru Zachery di kejauhan.
"Apa temanmu kabur dari peristirahatan? Sayapnya terlihat kaku karena kelelahan," tanya Michael kala menyadari Zachery yang mengernyit kesakitan setiap sayapnya terangkat. Dari darah ibunya pula, ia mampu melihat ada sihir hitam yang sedang dipulihkan di bagian pencernaan.
Yuju menggumam dengan geram. Ia memetik sebuah daun dan menaburkan bubuk peri dari sayapnya agar menjadi ringan. Peri yang sedang menyamar itu mengekori saat Yuju menghampiri Zachery. Melewati perdebatan kecil, setelah peri berambut putih-hijau duduk, Yuju dan Michael memegang ujung daun dan kembali mengudara menuju kediaman wadah peri hitam.
"Kamu tahu hukum sebab-akibat, 'kan?" tanya Yuju.
"Aku tahu, aku tahu. Aku akan menerima konsekuensi yang diberikan Leader. Lagi pun, ini lebih baik daripada berbaring," jawab Zachery. "Luka ini juga akan segera sembuh. Kamu terlalu ketat, Yuju."
"Pemulihannya melambat karena kamu menolak beristirahat."
"Tetap saja, hanya berdiam diri membuatku gelisah. Aku tidak bisa menahannya, apalagi untuk tidur."
"Apapun. Ketat, eh? Kalau begitu, aku akan lebih ketat. Pertama karena kamu kabur dari pemulihan dan kedua karena merahasiakan kondisi."
Zachery hanya memutar bola mata karena malas untuk menjelaskan dan ingin mengakhiri perdebatan. Di lain sisi, Pangeran Kedua hanya menyimak dengan canggung. Ia tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Lebih tepatnya, ini adalah kali pertama ... jika pertengkaran kecil sehari-hari dengan Rayliance tidak dihitung sebagai salah satu satunya.
~*~*~*~
Syila menjatuhkan tirai jendela dari kerang dan manik-manik yang belum selesai dibuat. Ia sebatas duduk dengan mulut terbuka kagum selagi binar di mata terus tumbuh atas dua peri baru di hadapan. Salah satu dari mereka merupakan sentuhan dari keindahan bulan di musim salju, sedangkan yang lain lebih tinggi dengan siraman zamrud yang membawa hangat musim panas di tengah es. Beberapa masa kemudian, anak kecil itu menatap peri yang dikecup oleh Luna dan Eld—sosok Michelle yang sejatinya menurun dari wujud Michael—dengan raut meminta penjelasan.
Michael berdehem kecil. "Perkenalkan, ini teman-temanku, Zachery dan Yuju. Teman-teman, ini Arsyila Duveon, teman manusiaku." Ia menghampiri telinga anak manusia dan berbisik, "Tenang saja. Mereka tahu kondisimu dan secara sukarela akan membantu dengan tulus."
"Sungguh?" bisik Syila, ia merasa tersentuh, terlebih saat membayangkan kehidupan yang normal.
"Halo!" ucap kedua peri Zelda hampir bersamaan. Mereka berusaha menahan gugup, membuat yang laki-laki sedikit nyaring sedangkan yang perempuan terdengar serak. Bagaimana pun, di depan mereka adalah wadah dari peri hitam, peri yang pernah hampir menghancurkan kerajaan dengan kekuatan gelap. Jadi, bagi mereka, sentiasa bersikap waspada dan analisis adalah kewajiban.
"Halo! Panggil saja Syila! Senang bertemu dengan kalian!" sapa Syila. Senyumnya mengembang dengan sedikit rona merah kebahagiaan. Bagi para peri, itu tampak bagaikan Lily of the Valley yang indah di tengah kemurnian air Marfyller, sehingga tak satu pun biji permata berkenan lalu. Pangeran Kedua pun mengepalkan salah satu tangan dan meletakkannya di depan mulut dalam upaya mempertahankan sikap tenang. Ada pun kedua peri Zelda terdiam, pertahanan mereka telah roboh.
"Aww, semua anak-anak adalah definisi dari murni dan imut!" bisik Zachery, masih berbinar dan tersenyum.
Begitu pula dengan Yuju. Ia membalas, "Benar! Juga, kita harus tetap membuka indra karena pergerakan peri hitam sulit ditebak."
"Tapi penjagaanmu telah roboh, Yuju."
"Kamu juga."
"Kelemahan yang kita miliki tidak memalukan, 'kan?"
"Sedikit? Aku tidak yakin."
"Manfaatkan otakmu."
Michael hanya menggeleng melihat mereka berdebat sesuatu dengan senyum dan binar sebelum beralih ke Syila yang sedikit memiringkan kepala. Ia mendekat ke bahu anak manusia dan tulus berkata, "Mereka menyukaimu, Syila."
"Benarkah? Syila merasa senang karena kelima Shryn mulai menjawab doa dan perjuangan Syila. Kehadiran para peri merupakan hadiah paling menakjubkan," lirihnya tersipu.
"Terima kasih telah menilai kami begitu tinggi. Kami akan berusaha membawamu keluar dari masalah, dan ... saat ini kami membutuhkanmu." Michael membisikkan rencana penyelamatan penduduk Zumigodds. Ia melirik reaksi Syila, kemudian tersenyum melihat anak itu menjadi lebih mekar. "Jadi, apakah kamu bisa menuntun kami ke tempat yang cocok dan adakah bangkai kapal nan masih cukup berfungsi di sekitar pulau ini?"
Anak manusia mengangguk antusias. "Syila bisa menjadi peta karena sering kemari bersama ayah dan ibu. Syila akan menunjukkannya dan berjuang keras untuk penduduk Zumigodds!"
Michael tersenyum, sebelum sedikit pudar melihat Yuju dan Zachery yang larut dalam kelemahan. Menurutnya, lama-kelamaan itu terlihat aneh.
Terima kasih karena telah mampir dan menjelajahi HEATHER
Mmm ... bolehkah Asya meminta tolong untuk membantu menyebarluaskan informasi travel HEATHER ke yang lain?
Woah! Kamu memberi Asya support?
//senang sampai tidak bisa berkata-kata.
Wattpad: Asyaspace28
Instagram: Asyaspace28