webnovel

Heart of Freedom

Organisasi Zero, organisasi yang menopang dan menampung semua Hunter di seluruh dunia. Di tengah perkembangannya, muncul sosok unik dengan kekuatan tersembunyi nya, yang menjadi kunci dari Perang Terbesar umat manusia, Perang Meiyo

TheCapt · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
25 Chs

Master Key

Di pagi hari yang sejuk dan matahari yang baru bangun dari tidurnya, mereka sudah berkumpul pada hari yang ditentukan.

"Hahaha, mari kita berlibur!!"

"Pak, apa istri anda tidak ikut?"

"Dia tidak mau ikut, sepertinya dia hanya ingin mengurus rumah. Apa kau sudah siap untuk berangkat anak muda?"

"Hmm, sudah"

"Hei Jun, cepat masuk ke mobil, lama sekali"

"Iya iya sabar"

"Cih lama sekali. Hei Tao, apa kau tidak antusias berlibur hari ini?"

"Biasa saja"

"Apa karena aku yang jarang berlibur ya?"

"Jangan dipikirkan Jazz, bocah sialan ini memang seperti itu"

"Diamlah tua!!"

"Hadeh, tampaknya semua orang disini memang bermasalah kecuali orang itu, Tuan Zan"

Di tengah keributan, Jun masuk ke dalam mobil dan Mec duduk di kursi kemudi.

"Ok ayo kita berangkat, hahahaha"

Setelah berjalan waktu sekitar kurang lebih 4 jam, mereka sampai di dekat pantai yang dituju. Terlihat ombak menyambut mereka dengan indah, laut yang biru membuat hati tenang layaknya daun diatas air. Jun yang sebelumnya belum pernah melihat pantai, terpesona melihat keindahannya.

"Bagaimana Jun? Apa kau menyukainya?"

"Ya, saya bahkan sampai tak bisa berkata kata"

"Sebentar lagi kita sampai kesana, persiapkan dirimu anak muda, hahahaha"

Disaat mereka hendak bersantai, ada yang sedang bersiap untuk membantai. Lariel sudah menyiapkan pasukannya untuk menyerang esok hari langsung ke Gedung Pusat Organisasi Zero. Organisasi Zero saat ini sedang berada di kondisi tidak siap berperang, mengingat 3 dari eksekutif sedang dalam liburan dan ketuanya sendiri sedang berada di luar jangkauan. Jika hal ini tidak dapat dihentikan, maka sudah dapat dipastikan Organisasi Zero akan luluh lantah.

"Akhirnya sampai juga, lelah sekali duduk selama itu"

"Ah akhirnya aku bisa tidur, lega sekali"

"Dasar hobimu cuman tidur doang bocah sombong, hahahah"

"Ngomong ngomong soal tidur, apa kita sudah menyewa tempat untuk menginap?"

"Apa kau meremehkanku anak muda? Sudah dari jauh jauh hari aku menyewanya untuk hari ini. Nanti setelah selesai bersenang senang disini, akan kuantar ke tempatnya"

"Baik pak"

Terlihat Niko dan Tao yang berbaring di kursi pantai milik mereka, Jazz yang langsung mencari makanan ringan di bagasi, Jun yang asik bermain dengan ombak lalu Mec dan Zan yang sedang berbincang bincang. Mereka tampak menikmati liburan ini.

"Zan, rasanya enak kan terbebas dari tugas tugas sulit?"

"Iya, saya juga terkadang merasa lelah"

"Zan ada yang ingin aku obrolkan"

"...."

"Ini tentang kau dan Jun, apa kalian pernah mengobrol bersama atau bahkan berlatih bersama?"

"Kalau soal itu, saya terlalu disibukkan dengan misi misi yang diberikan oleh organisasi, jadi-"

"Aku tahu soal itu, tapi aku memohon padamu, tolong berikan lebih perhatianmu pada Jun, terkadang aku merasa sedih melihatnya berlatih sendiri, ya walaupun dia sering ditemani oleh Jazz"

"....."

"Aku meminta tolong padamu tentang yang satu ini. Di mataku dia adalah orang yang tak akan pernah menyerah, seburuk apapun yang terjadi, dia sudah kuanggap anakku sendiri. Dia juga bukan orang biasa, kau juga melihatnya kan saat tragedi itu?"

"Iya"

"Dia memiliki bakat yang terpendam, dan mungkin hanya kau yang bisa membuat bakat itu keluar, jadi aku memohon padamu, ajari dia dengan baik"

"Baiklah, maafkan saya telah lalai terhadap tugas saya sebagai pembimbing, sebagai gantinya saya akan meluluskan dia dari masa bimbingan dan memberikannya gelar Hunter Kelas Menengah"

"Apa kau serius?"

"Iya pak, mungkin beberapa hari lagi, saya akan melakukan itu"

"Hahaha, aku sangat ingin melihat momen itu dengan kedua mataku, hahaha. Terimakasih ya Zan sudah mendengarkan aku"

"Sama sama pak"

Setelah berbicara dengan Zan, Mec tampak mendekati Jun untuk mengajaknya ke suatu tempat. Ternyata Mec mengajak Jun untuk mengunjungi fasilitas khusus dia sebutkan sebelumnya.

"Pak, sebenarnya seberapa spesial kekuatan orang itu? Bahkan sampai dibuat fasilitas untuknya"

"Sebenarnya selain untuk melindunginya agar tidak digunakan untuk hal yang buruk, Organisasi Zero juga sedang meneliti tentang kekuatan yang dia miliki agar suatu saat dapat diaplikasikan pada alat buatan"

"...."

"Nanti kau pun akan tahu apa kekuatannya anak muda"

"Yang lain tidak ikut?!"

"Tidak"

Mereka pada akhirnya hanya berangkat berdua saja dengan menyewa motor di sekitar pantai.

Perjalanan dari pantai ke fasilitas khusus memakan waktu kurang lebih 30 menit. Ketika mereka sampai disana, mereka disambut oleh penjaga yang siap siaga. Tetapi dikarenakan Mec adalah eksekutif, mereka diizinkan masuk dengan cepat. Sesampainya di dalam, banyak sekali komputer dan monitor yang mengawasi Penyihir Spesial itu. Terlihat satu ruangan yang berisi seseorang di atas ranjang tidur sedang menonton acara tv yang berlangsung. Dari wajah dan tubuhnya, orang itu sepertinya seumuran dengannya

"Kau lihat orang itu kan? Itu dia si Penyihir Spesial yang kumaksud. Apa kau tertarik berbicara dengannya anak muda?"

"Memangnya diizinkan pak?"

"Tenang saja, aku ini kan eksekutif hahahaha"

Dengan adanya Mec, Jun diizinkan masuk dan menyapa orang itu

"Uh...Halo?"

"Halo, siapa kau?"

"Perkenalkan aku Jun, aku bukan siapa siapa melainkan hanya seorang calon hunter"

"Calon hunter? Berarti kau itu salah satu yang direkomendasikan eksekutif ya?"

"Umm, bisa dibilang begitu"

"Wah hebat, oh iya namaku Tomi, salam kenal juga"

"Hehehe, tapi ngomong ngomong...."

Jun mencoba memperhatikan sekeliling tempat itu

"Apa kau tidak kesepian?"

"Kesepian ya? Kadang aku merasa seperti itu, tapi setiap bulan banyak kok yang datang berkunjung kesini, terutama Tuan Leo"

"Ohh begitu.."

"Lagipula aku juga sadar diri kalau kekuatanku ini terlalu berbahaya"

"Seberapa berbahaya sebenarnya kekuatanmu itu? Dan seperti apa kekuatannya?"

Tomi tampak mengintip ke luar ruangannya untuk memastikan tidak orang yang memperhatikan, Tomi juga meminta Jun untuk mematikan listrik di gedung itu agar kamera yang mengawasinya mati. Dengan sangat berhati hati, akhirnya Jun berhasil mematikannya. Dia tidak menyangka dirinya bisa melakukan itu yang padahal jantungnya sendiri berdetak sangat kencang seperti ingin lepas

"Peganglah tanganku dan tutup matamu"

"Hah, kenapa memangnya dan kau percaya padaku?"

"Karena aku sudah tahu semuanya, dan sekarang aku ingin berbagi padamu untuk membuat itu menjadi nyata"

"Apa yang kau hendak katakan sih?"

"Sudah cepat ikuti kata kataku"

"Baiklah"

Setelah melakukan itu, Jun tersentak kaget dan tak percaya apa yang dia lihat. Dia bahkan tidak bisa berkata apa apa lagi.

"Bagaimana?"

"A-apa itu.....tadi.."

"...."

"Apa itu ilusi?"

"Bukan"

"Lantas ap-"

"Itu masa depanmu"

"Kau berbohong ya? Kau berbohong kan?!!"

"Maafkan aku ya kalau ternyata itu membuatmu sangat shock, tapi memang faktanya seperti itu"

"....."

"Kau boleh percaya maupun tidak, tapi-

"Bisakah kau perlihatkanku semuanya?"

"Apa kau serius?"

"Ya, aku ingin tau apa yang terjadi selanjutnya"

"Baiklah, pegang tanganku kembali selagi orang lain belum ada yang menyadarinya, ingatlah semua yang akan kau lihat setelah ini, jangan sampai melupakannya!!"

"....."

Disaat seperti itu, Mec melihat apa yang sedang terjadi namun memilih membiarkannya.

"Menarik bukan? Jun"

"Terimakasih sudah memperlihatkannya padaku Tomi, akhirnya aku mengerti apa yang kau sebut menarik"

"Hehehehe, untung listriknya baru menyala lagi sekarang, jaga dirimu baik baik ya"

"Bukankah harusnya aku yang bicara itu kepadamu, hehe"

"Kau jadi tampak lebih tenang sekarang"

"Dalam sekian detik yang terasa lama itu, aku akhirnya dapat menerimanya, tapi..."

"Tapi apa?"

"Aku masih tidak mengerti kenapa disaat seperti itu, Jazz tidak ada disampingku?"

"Hm, kau akan tahu nanti, aku tidak bisa menjelaskan semuanya"

"Baiklah, sekali lagi terimakasih"

Pertemuan ini lah yang akan menjadi kunci utama bagi Jun untuk menjalankan hidup hingga akhir hayatnya.