webnovel

He's My Billionaire (Te Iubesc)

Tidak pernah terpikirkan oleh Marsha untuk memiliki sebuah hubungan dengan seorang pria kaya nan tampan. Marsha sungguh tidak berniat memiliki masalah dengan pria mana pun itu, terutama pada Alland. Marsha Charlotte adalah artis terkenal yang sedang ditimpa sebuah skandal dengan seorang direktur di tempat ia bekerja. Perkara skandal itu, Marsha melakukan hal bodoh lainnya. Ia tanpa sengaja melakukan hubungan One Night Stand (ONS) bersama seorang pria yang tidak dikenalinya. Hingga lima bulan kemudian, Marsha dipertemukan kembali dengan pria itu. Dan parahnya, pria itu adalah seorang CEO di tempat ia menjalin kerja sama menjadi seorang bintang iklan di perusahaannya. Alland Ray Standford, seorang billionaire muda yang melakukan hubungan ONS dengan Marsha. Pertemuan kedua mereka membawa keduanya ke dalam sebuah hubungan yang seharusnya tidak pernah terjadi. Hubungan keterikatan kerja yang seharusnya terjadi antara CEO dan model iklan berubah menjadi hubungan yang lebih menarik. Penolakan Marsha terhadap Alland benar-benar menggores ego Alland. Apalagi Marsha berpura-pura tidak mengingat kejadian malam itu, membuat Alland benar-benar kesal. Ia pun melancarkan aksinya untuk membuat Marsha mengakui kesalahannya itu, hingga akhirnya tanpa bisa dicegah mereka kembali melakukan kesalahan itu lagi.

Puantrgn_ · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
275 Chs

Part 18

Marsha memandangi dirinya di depan cermin. Memperhatikan riasan wajahnya yang terlihat natural, sangat alami. Malam ini ia memiliki janji bersama Noah. Sebenarnya ia tidak ingin pergi bersama pria itu, tapi mendengar nada permohonan Noah membuatnya dengan mudah luluh. Marsha menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya secara perlahan.

Drrtt...

"Marsha! Kau dimana? Kami sudah disini." Suara Starlalah yang terdengar ketika Marsha baru menyambungkan sambungan teleponnya.

"Sebentar lagi aku kesana. Noah juga sudah menungguku di bawah. Apa Hana juga ikut?"

"Tentu. Sudah ku katakan, kami sudah disini Marsha. Kau tahu saat kau bilang ingin bertemu dengan Noah di sebuah club, aku seperti memiliki firasat buruk terhadapnya." Kata Starla yang menunjukkan nada ke khawatirannya.

Marsha menganggukkan kepalanya walaupun Starla tidak bisa melihatnya. Sebelumnya, Marsha memang bercerita kepada kedua sahabatnya itu tentang ia akan bertemu dengan Noah. Dan siapa sangka keduanya langsung turut andil menjaganya dengan membuntutinya nantinya. Sebenarnya Marsha juga merasakan apa yang dikatakan Starla, tapi ia tidak ingin berprasangka buruk. Apalagi Noah bukanlah orang yang seperti itu.

Ia tidak mungkin berbuat licikkan?

"Jangan terlalu berprasangka terhadapnya Star. Aku mengenalnya, dia pria yang baik." Jawab Marsha yang sebenarnya ingin menenangkan dirinya.

"Kita tidak bisa menebak isi hati seseorang, Marsh. Siapa yang tahu niatnya nanti. Kau juga tahu kalau Noah pasti menyimpan dendam terhadapmu. Sudahlah tidak usah dibahas lagi. Sekarang cepatlah kemari."

"Baiklah, ku tutup dulu." Kata Marsha yang sudah mengakhiri sambungan teleponnya.

Semenit setelahnya ia mendapat sebuah pesan dari Noah. Pria itu ternyata memang sudah menunggunya di lobby apartementnya. Marsha pun kemudian keluar dari dalam apartementnya untuk menemui Noah.

"Semoga firasatku salah." Batinnya.

***

Marsha dan Noah sudah menghabiskan waktu mereka selama 30 menit di perjalanan menggunakan mobil mewah pria itu. Selama itu pula, Noah selalu bertanya ini-itu membuat Marsha sedikit risih. Pria itu mencoba untuk menariknya kembali, Marsha bisa merasakannya. Hingga akhirnya Noah memberhentikan mobil mewahnya di parkiran sebuah club yang tidak kalah mewah dari A'Lisy Club. Marsha mengerjapkan matanya melihat mereka sedang tidak berada di club yang dijanjikan Noah.

"Ini bukan A'Lisy Club." Kata Marsha dengan nada sinisnya.

Noah tersenyum penuh menanggapinya. "Memang bukan. Aku lebih suka disini ketimbang disana. Kau tahu, club ini milik seorang clientku. Dan pastinya dia akan memberikan pelayanan terbaik untuk kita berdua." Jawab Noah dengan santai.

"Kau berbohong Noah. Aku tidak suka itu." Desisnya.

"Ayolah, apa bedanya. Ini sama-sama club, Marsha. Sudahlah, lebih baik kita langsung ke dalam. Aku tidak suka tatapan lapar dari pria murahan seperti mereka." Bisiknya di akhir kalimatnya melihat tatapan sekitar mereka yang menatap Marsha lapar. Begitu juga kepada Noah yang ditatap dengan penuh nafsu oleh wanita-wanita murahan itu.

Marsha menghelakan nafasnya kasar. Tidak ada pilihan lain selain menuruti Noah. Lagi pula, ini adalah pertemuan terakhir mereka. Jadi, Marsha akan menurutinya. Paling tidak hanya untuk malam ini.

"Kau mau kemana?" Tanya Marsha ketika Noah hendak pergi meninggalkannya di meja yang sudah Noah pesan secara khusus.

"Aku akan membuatkan minuman untuk kita." Jawabnya sembari tersenyum.

"Kau bisa memanggil mereka." Tunjuk Marsha kepada para pelayan yang berlalu lalang.

Noah menggelengkan kepalanya menolak. "Malam ini aku akan menjadi pelayanmu. Pelayan istimewamu, jadi tunggulah sebentar." Katanya yang kemudian langsung pergi meninggalkan Marsha.

Marsha pun tidak mau ambil pusing. Kemudian ia lebih memilih membuka ponselnya yang sedari tadi bergetar hebat. Ah, ternyata Starla dan Hana yang sedari tadi mencoba menghubunginya. Melihat Noah yang sedang berjalan ke arahnya, Marsha pun lebih memilih mengirimkan pesan kepada Hana. Tidak ingin membuat Noah curiga jika ia meminta kedua sahabatnya itu untuk membuntuti mereka.

"This one is for you, Marsha." Katanya sembari meletakkan dua buah gelas di atas meja dan menyodorkan sebuah gelas lainnya kepada Marsha.

Marsha tersenyum simpul membalasnya. "Thank's."

"Minumlah, aku membuatnya khusus untukmu." Katanya yang membuat Marsha tersenyum. Ia masih ingat jika Noah memang cukup ahli dalam meracik minuman beralkohol seperti ini. Dan rasanya memang nikmat. Marsha jadi merindukan minuman buatan Noah.

"Kau memang paling bisa menggodaku dengan ini Noah. Kau peracik terbaik yang aku tahu." Katanya membuat Noah tertawa.

"Of course. Dan aku hanya akan membuatnya untukmu. Lucky you, Marsha." Jawabnya membanggakan diri.

"Kau selalu saja seperti itu. Baiklah untuk pertemuan terakhir kita, cheers?" Kata Marsha sembari mengangkat gelasnya ke udara.

Dengan senang hati Noah menyambutnya dengan gelas miliknya.

"Cheers."

"Untuk malam indah kita." Batin Noah tertawa senang.

***

Starla berdecak kesal kala Marsha tidak juga mengangkat panggilan teleponnya. Padahal sudah sejak tadi Starla mencoba menghubungi Marsha, begitu juga dengan Hana.

"Bagaimana?" Tanya Hana ketika Starla menempelkan ponselnya di telinganya. Lagi, Starla menggelengkan kepalanya lemah. Ini sudah yang kesekian kalinya.

"Aku yakin ada yang tidak beres Han. Bagaimana mungkin mereka tidak juga sampai kemari sejak tadi? Padahal Marsha mengatakan jika mereka akan segera datang satu jam yang lalu." Kata Starla sembari menghelakan napasnya berat.

Hana mengangguk membenarkan. "Kau benar, mana mungkin bisa selama ini. Jaraknya juga tidak jauh dari apartement barunya Marsha." Katanya membenarkan.

"Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepada Marsha, Hana. Atau dia akan mendapatkan masalah lagi dan skandalnya kali ini akan lebih besar dibandingkan yang sebelumnya. Dia bisa benar-benar kehilangan karirnya." Kata Starla dengan frustasi.

"Hei tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa pada Marsha. Dia pasti bisa menjaga dirinya. Sebaiknya kita tunggu saja di luar, siapa tahu mereka akan datang sebentar lagi." Kata Hana mencoba menenangkan yang kemudian disetujui oleh Starla. Mereka pun berjalan beriringan untuk keluar dari dalam gedung itu.

Brukh.

Karena tidak terlalu memperhatikan jalannya, Starla tidak sengaja menabrak tubuh tegap seseorang.

"Maafkan aku. Aku sedang terburu-buru." Kata Starla meminta maaf.

"Kau?!" Pekik orang itu tanpa sadar.

Karena merasa tidak asing, Starla mendongakkan kepalanya. "Kau?! Kau pria mesum itukan?!" Pekiknya juga.

"Siapa yang kau bilang pria mesum nona? Aku memiliki nama. Namaku Anderson." Katanya memperkenalkan diri.

Starla berdecih geli. "Namamu itu tidak cocok sama sekali tuan. Kau lebih pantas dipanggil pria mesum!" Kata Starla mengejek Anderson. Bukannya marah, Anderson malah tertawa dengan gelinya.

"Well, jika begitu kau bisa mencobanya. Dan dari yang aku lihat, kau juga tertarik mencobaku bukan?" Godanya sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Damn it, tuan Anderson! Kau pikir aku semurahan itu?!"

"Tidak perlu sok menolaknya nona. Aku yakin kau juga menginginkannya." Katanya lagi yang kembali menggoda Starla.

"Kau--"

"Hei, kau temannya si beruang bukan?!" Pekik seorang pria yang tidak lain adalah Christo.

Starla mengernyit bingung, ia merasa tidak asing dengan pria itu.

"Dia temannya, yang kau panggil dengan pria mesum." Bisik Hana mencoba membantu Starla mengingatnya.

Ah, ya Starla ingat.

"Well, aku tidak berteman dengan seekor beruang tuan pria aneh." Jawab Starla.

"Kau suka sekali menamai orang lain ya? Setelah ini apa lagi?" Kata Anderson menyela.

"Bukan urusanmu!"

"Oh, c'mon dude. Jangan menggodanya terus. Jangan lupakan fakta jika kebencian bisa berubah menjadi benih-benih cinta." Kata Christo memperingatkan membuat Anderson dan Starla tertawa keras.

"Tidak mungkin!" Jawab mereka bersamaan.

Starla memelototi Anderson. "Kenapa kau mengikutiku?!"

"Kaulah yang mengikutiku."

Hana menepuk keningnya lelah. Perdebatan keduanya tidak akan berhenti jika tidak ada yang menengahi. "Sudah cukup Star. Kita harus menemui Marsha lebih dulu." Bisik Hana yang membuat Starla akhirnya sadar.

"Astaga! Gara-gara kau aku melupakannya!" Amuk Starla kepada Anderson.

Anderson mengernyit. "Mengapa jadi aku? Kaulah yang pelupa nona." Jawabnya.

"Kalian ini berhentilah berdebat. Kau wanita ajaib, bisakah kau kenalkan teman beruangmu itu padaku?" Tanya Christo.

"Namaku Starla! Dan temanku itu bukan beruang!" Pekiknya kesal.

Christo tertawa renyah. "Ah, maafkan aku. Tapi namanya sama dengan sebuah kartun yang berperan sebagai rivalnya beruang cokelat itu."

"Tidak nyambung."

"Kaulah yang tidak nyambung Starla."

"Diamlah pria mesum. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Pekerjaanku lebih penting." Katanya dengan tatapan menusuk.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja malam ini." Kata Anderson dengan senyuman miringnya.

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu aku tidak suka panggilanmu itu terhadapku. Jadi untuk balasan atas itu, kau harus minum denganku." Jawabnya dengan santai.

Starla tertawa geli mendengarnya. "Aku tidak perlu meminta maaf untuk itu. Kau memang pria mesum!"

"Kau wanita--"

Cukup!

Saat Hana akan mengeluarkan suaranya untuk menengahi perdebatan keduanya, tiba-tiba saja Alland datang dengan ekspresi kesalnya.

"Kenapa kalian lama sekali?!" Gerutu Alland yang sedari tadi menunggu kedua sahabatnya itu, tapi mereka tidak kunjung datang.

"Ka...kau...Alland Stanford?" Tanya Hana meyakinkan.

Alland mengangguk kecil sebagai jawabannya.

"Astaga! Kau ternyata memang sangat tampan sir!" Pekik Starla tanpa sadar.

Anderson mendengus tidak suka. "Aku lebih tampan darinya jika kau tidak buta." Ketusnya.

"Kau? Lebih tampan darinya? Bahkan seujung rambutnya saja bisa dikatakan tak tertandingi tampannya dibandingkan kau tuan mesum!" Kata Starla yang kemudian tertawa.

Sialan!

"Dia benar Anderson." Christo membenarkan sembari tertawa geli.

"Apa dia wanita ajaib itu Christo?" Tanya Alland yang sebenarnya sudah tahu jawabannya.

Christo mengangguk cepat. "Tepat sekali, tapi sayangnya aku tidak menemukan beruang itu." Katanya dengan lesu.

Alland mengernyitkan keningnya. Beruang? Ah, Christo pernah mengatakannya sebelumnya. Tapi tunggu dulu, beruang? Apa wanita itu sama dengan beruang kecilnya? Alland dengan cepat menggelengkan kepalanya. Itu tidak mungkin.

"ASTAGAA!!" Pekik Hana dengan keras, mengejutkan semua orang yang berada disana.

Starla langsung menoleh panik. "Ada apa Hana? Mengapa kau memekik seperti itu?"

Hana menggelengkan kepalanya tidak percaya akan pesan yang ia dapatkan.

"Aku tidak yakin, tapi aku memiliki firasat buruk tentang ini Starla." Jawabnya yang ikutan panik.

"Katakan dengan jelas Hana."

"Pria itu...pria itu..."

"HANA!"

"Pria itu membawa Marsha ke Rocky Club!!"

"Sialan! Sudah kuduga memang dia memiliki maksud jahat!"

Alland yang memilih untuk mendengarkan sedikit demi sedikit mulai mencerna percakapan antara dua orang itu. Marsha? Jangan bilang itu Marshanya, beruang kecilnya.

"Tapi darimana kau tahu?"

Hana menyerahkan ponselnya kepada Starla. Membiarkan sahabatnya itu membaca pesan yang dikirim oleh Marsha.

From Marsha.

Aku di Rocky Club. Datanglah segera Hana, perasaanku benar-benar tidak nyaman. Entah mengapa aku menjadi takut. Cepatlah!

Dengan cekatan Alland merampas ponsel milik Hana. Tidak peduli pekikan marah dari Starla. Matanya membulat tidak percaya, ia yakin ini adalah beruang kecilnya. Tidak salah lagi.

"BRENGSEK!"

***