webnovel

Hanya Untuk Cinta 21

Selama satu minggu ini, Putri Cerllynda sama sekali tidak dapat keluar dari istana. Dia terus berdiam diri di dalam kamarnya, bukan karena dia dikurung di dalam kamar. Melainkan dia tidak boleh keluar dari istana hingga waktu pernikahannya tiba.

Hari-harinya terasa hampa. Dia hanya berdiam diri di dalam kamar. Menatap lukisan sang bunda kala siang hari dan malam. Melihat langit hitam yang dipenuhi oleh rembulan dan bintang itu tanpa henti. Dia kurang tidur sepanjang malam, dia juga tidak nafsu makan selama ini.

Putri Cerllynda yang cantik jelita, terkenal ceria itu kini menjadi gadis yang menyedihkan. Dia terus murung sepanjang hari tanpa henti.

Bahkan dia selalu menolak makan bersama ayahnya. Dia benar-benar berbeda saat ini, tidak sda riasan di wajahnya karena terus berada di dalam kamar, kelopak matanya pun menghitam akibat kurang tidur dan sedikit membengkak karena terlalu banyak menangis.

Siapa pun yang melihatnya mungkin akan merasa iba dengan keadaan sang putri yang cantik jelita dan ceria itu sirna seketika hanya karena dia tidak mendapatkan pemuda yang dia cintai.

Malam ini adalah malam terakhir dia menjadi gadis lajang. Besok pagi adalah hari di mana dia akan menikah dengan Pangeran Cardwell. Dia hanya dapat diam mematung seorang diri di depan jendela kamarnya yang terbuka lebar itu mengijinkan seluruh angin masuk memenuhi isi kamarnya. Sedangkan tak jauh dari sana sudah tersedia gaun pengantin yang mewah dan indah yang dipilihkan Pangeran Cardwell dan ayahnya.

"Kenapa dunia tidak adil?" lirih sang putri yang masih meratapi dirinya sendiri. Dia merasa hampa, sangat hampa.

Seketika terpikirkan untuknya melakukan bunuh diri, namun urung. Dia tidak memiliki nyali yang cukup untuk melakukan hal bodoh itu. Dia terus terdiam sambil berbicara dengan dirinya sendiri. Akankah dia harus menerima pernikahan ini besok pagi?

"Tidak! Aku tidak ingin menikah dengan pria sepertinya!" pekik sang putri tiba-tiba.

Dia mulai merasa setres dengan semua ini. Gressylia sama sekali tidak memberikan kabar untuknya, bahkan dia sendiri sudah tidak berani mengirimi Gressylia surat meski hanya sekedar membagi perasaannya saat ini saja.

"Aku harus bagaimana?" ucap sang putri lagi.

Dia benar-benar bingung, sedangkan jam terus berdentang tanpa henti. Hari sudah hampi mendekati dini. Dia terpikirkan satu hal saat melihat jendela yang masih terbuka itu.

"Kabur, aku harus pergi dari sini. Maafkan aku Ayah, tapi ini yang terbaik untuk ayah, aku, dan kerajaan kita. Aku pamit," ucapnya sungguh-sungguh seakan-akan tengah pamit pada ayahnya untuk meninggalkan Kerajaan Carvandalle.

Dia segera bangkit dari tempat tidurnya, mengambil jubah berwarna hitam yang memiliki tudung yang dapat dia gunakan untuk menutupi wajahnya. Dia akan pergi lewat jendela. Dia dapat menuruni atap kerajaan hingga tiba di bawah sana. Karena memang kamarnya terletak di lantai atas.

Setelah selesai, dia bersiap dengan hati-hati keluar dari jendela. Dia berdiri di atap dengan mengendap-endap khawatir ada prajurit atau pelayan yang melihatnya sudah seperti seorang pencuri itu.

Setelah berjalan dengan perlahan akhirnya dia turun ke atap selanjutnya dan terus demikian hingga dia dapat keluar dari kerajaan lewat pintu belakang.

"Dasar prajurit bodoh! Kenapa dia tertidur saat berjaga," ucap sang putri sambil terus berjalan dini hari itu. Hari masih terlalu gelap untuk melihat pergerakannya yang memang mengenakan pakaian serba hitam itu.

Matahari mulai menunjukkan dirinya, dia terus bersinar menerangi seluruh bumi. Membangunkan setiap orang yang tertidur pulas. Semuanya mulai menyibukkan dirinya dengan aktifitasnya masing-masing. Begitu pula dengan isi kerajaan, semua orang sibuk merias kerajaan dan menyiapkan pesta pernikahan Putri Cerllynda dan Pangeran Cardwell.

Beberapa pelayan pergi ke kamar sang putri untuk meriasnya. Tanpa sungkan mereka masuk setelah mengetuk pintu. Anehnya, kamar terlihat sepi. Semuanya masih rapi seakan sang putri memang merapihkan kamarnya sendiri, dari dalam kamar mandi pun tidak terdengar gemericik air yang mengalir yang menandakan sang putri tengah mandi.

"Tuan Putri, apa Anda di dalam?" tanya salah satu dari mereka memanggil sang putri.

"Jendelanya terbuka," ucap yang lainnya yang tengah menyembulkan kepalanya keluar jendela sana. Benar, di dalam kamar ini tidak sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan sang putri di kamarnya.

"Tuan Putri tidak ada di dalam. Ayo kita beritahu Baginda Raja!" ajak seorang dari mereka yang disetujui oleh yang lainnya. Mereka langsung keluar dari kamar sang putri, menuju singasana di mana sang raja duduk di sana.

"Ampun Baginda Raja. Kami tidak menemukan Tuan Putri Cerllynda di dalam kamarnya," ucap seorang dari mereka yang mewakili yang lainnya untuk memberitahu sang raja.

"Apa? Tidak mungkin," ucap Raja Carlin yang tidak percaya jika putrinya pergi dari kerajaan atau selain itu. Dia langsung beranjak meninggalkan singasananya menuju lantai atas di mana kamar sang putri berada.

Dengan hati yang marah dia membuka pintu tersebut dengan kasar. Melibat ke sekeliling yang sepi. Dia terus berteriak memanggil putrinya itu, tidak ada sahutan atau apa pun selain itu.

"Arggg!"

Raja Carlin mengeram sambil meninju dinding kamar tersebut. Deru napasnya sudah menunjukkan dia tengah marah pada putrinya yang kabur dari kerajaan.

"Ampun Baginda Raja, Pangeran Cardwell sudah datang," ucap seorang prajurit yang menghampiri sang raja untuk meberitahukan kedatangan pengantin pria tersebut.

Dia menghela napasnya dengan kasar, kali ini dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada Pangeran Cardwell dan keluarganya.

Dengan hati yang penuh rasa marah dan cemas terhadap putrinya, dia segera meninggalkan kamar tersebut menuju ruang tamu di mana Pangeran Cardwell dan keluarganya berada di sana.

"Cepat temukan Putri Cerllynda!" titah Raja Carlin sambil berlalu melangkah menemui calon menantunya itu.

Keluarga Pangeran Cardwell memberi salam kepada Raja Carlin, begitu pula sebaliknya. Dia sedikit bingung dengan apa yang harus dia katakan pada mereka semua, acaranya sebentar lagi akan dimulai. Ini semua tentu akan menjelekkan nama kerajaan.

"Ampun Baginda Raja, Tuan Putri tidak ada di kerajaan ini," ucap seorang prajurit yang memberitahu sang raja tepat dihadapan Pangeran Cardwell.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Pangeran Cadwell berusaha memastikan apa yang tengah terjadi pada calon istrinya itu.

"Dia kabur dari kerajaan. Aku tidak tahu dia pergi ke mana. Aku sangat menyesal tentang ini untuk kalian semua, tapi kalian tidak perlu khawatir. Aku akan berusaha menemukannya. Kita hanya perlu menunda pernikahan ini bukan?" ucap Raja Carlin berusaha tenang sebisa mungkin.

"Bagaimaana jika Gressylia-lah yang sudah membawa Tuan Putri kabur," ucap Pangeran Cardwell memberi kemungkinan tersebut, mengingat dua orang itu memang saling mencintai.

"Apakah itu mungkin?" lirih Raja Carlin sambil terus berpikir jika bisa jadi putrinya itu dibawa pergi oleh Gressylia yang juga menginginkannya.

"Kita akan segera mencarinya. Kau tidak perlu khawatir, dia pasti akan ditemukan," ucap Raja Carlin yang kemudian meninggalkan ruangan tersebut untuk memberi printah kepada prajuritnya juga membatalkan acara pernikahan tersebut.