webnovel

Bab 9. Secarik Harapan

"Salam Gressylia.

Aku sengaja mengirimkan surat padamu. Aku ingin kau percaya jika cintaku ini serius padamu Gress. Aku hanya mencintaimu Gressylia, aku tidak pernah mencintai pria lain selain dirimu. Bahkan aku tak peduli kita beda kasta, dan kasta itu yang menghalangi cinta kita berdua untuk bersatu.

Aku mohon padamu untuk berjuanglah sedikit saja demiku dan dirimu Gress. Aku akan mengatakan pada ayahku jika kau adalah kekasihku. Aku tidak akan memilih siapa pun dari keempat pria itu. Aku harap kau dapat memahami ini. Tolonglah berjuanglah untuk cinta kita, aku akan berjuang mulai saat ini.

Salam aku Putri Cerllynda."

Gressylia meremat kuat-kuat kertas berwarna coklat itu. Dia tidak berniat untuk berjuang, tapi dia tidak dapat membiarkan Putri Cerllynda berjuang sendirian. Tapi, ini akan membuat Putri Cerllynda semakin kesulitan setiap harinya karena sampai kapanpun Raja Carlin tidak akan mengikuti keinginan Putri Cerllynda untuk menikah dengan pemuda dari kalangan terendah.

Gressylia saat ini dilanda oleh kebingungan antara memeperjuangkan cintanya seperti keinginan Putri Cerllynda atau di menyerah dan membiarkan gadis pujaannya itu menikah dengan pria yang tidak dicintainya, tentu saja pernikahan itu sama sekali tak akan membuat Putri Cerllynda bahagia, justru akan sebaliknya.

"Aku harus bagaimana?" lirih Gressylia dengan ekpresi wajahnya yang kebingungan. Sisi lain dia ingin mendapatkan gadisnya, tapi sisi lain pula dia terlalu pengecut untuk untuk memperjuangkan cinta ini.

"Ini sudah larut malam Kak, kenapa kau belum tidur?"

Gressylia menoleh ke sampingnya yang terdapat Rana yang tengah berdiri di ambang pintu dengan wajah memperhatikan Gressylia yang seperti tengah melamun dengan lengan yang menggenggam erat secarik kertas dari Putri Cerllynda.

"Lalu kenapa adikku yang manis ini ada di sini? Kau terbangun Rana?" ujar Gressylia dengan sangat lembut sambil berjongkok menghanpiri tubuh mungil adiknya. Rana tersenyum kecil mendengar pertanyaan lembut Gressylia.

"Iya, aku ingin minum Kak. Tapi, aku melihat Kakak belum tidur," jawab Rana dengan jujur. Gressylia tersenyum kecil kepada adiknya itu, mengusak gemas rambut hitamnya yang panjang dan berantakan itu.

"Ayo aku ambilkan minumnya!" ajak Gressylia membawa adik kecilnya masuk ke dalam. Dia menuangkan air ke dalam gelas untuk Rana. Gadis kecil itu menerimanya dengan senang hati, meneguknya hingga tandas dengan sekali teguk.

"Sekarang, aku kita tidur!" ajak Gressylia membawa Rana ke kamar dan menyelimuti gadis itu.

Dia pula merebahkan tubuhnya di samping Rana. Rumah kecil Gressylia itu memang hanya ada satu kamar yang di isi olehnya dan kedua adik kembarnya.

Dia tersenyum kecil melihat wajah tenang kedua adiknya yang tertidur dengan pulas. Pikirannya mulai berkenalana tanpa arah, banyak sekali yang berputar-putar di kepalanya saat ini, salah satunya adalah tentang orang tuanya dan Putri Cerllynda saat ini. Bagaimana jika Putri Cerllynda bersungguh-sungguh meminta Raja Carlin untuk menikahkannya dengan Gressylia, pemuda miskin dari kasta terendah. Rasanya malam ini terasa lebih panjang dari malam-malam sebelumnya.

***

Putri Cerllynda masih setia berdiri di balkon kamarnya, menikmati semilir angin yang berhembus tanpa henti menerbangkan rambut panjangnya yang sengaja dia gerai di belakang punggungnya. Dia tengah berharap jika pria yang dikirimi surat olehnya akan membalas surat itu. Namun, nyatanya hingga dua jam dia duduk di kursi yang tersedia di balkon tersebut.

"Aku tidak tahu apa keputusanmu Gress, tapi aku berharap kau ikut berjuang bersamaku. Bersiaplah untuk esok hari Gress, mungkin semua orang akan murka dengan keinginanku ini," gumam Putri Cerllynda sambil berlalu masuk ke dalam kamarnya. Dia menutup pintu beserta tirai jendela yang terbuka itu. Sudah terlalu larut malam untuk tidur.

Tapi, dia sama sekali tidak dapat memejamkan matanya barang sedikit. Hatinya dilanda oleh kegundahan dan ketakutan dengan keputusan yang diambilnya itu. Setelah sekian lama dia hanya bergulang-guling di atas kasur hingga ia tertidur pulas dengan sendirinya.

***

Waktu berjalan begitu cepat, seakan baru saja Putri Cerllynda tertidur, tapi dia harus terbangun oleh sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Gadis cantik itu mengeliat dan menyibak selimutnya, beranjak menjauhi tempat tidur mendekati jendela dan menyingkap lebar-lebar tirainya mengijinkan seluruh cahaya matahari itu masuk sepenuhnya ke dalam kamarnya. Dia menghirup udara yang menyeruak segar memasuki rongga hidungnya, kemudian dia menghembuskannya dengan perlahan.

"Hari ini adalah waktunya. Aku harap semuanya akan baik-baik saja," ucap Putri Cerllynda dengan kedua telapak lengan ditangkup seakan tengah berdoa untuk meminta kelancaran di hari ini.

Hari ini adalah di mana keempat pria akan berkumpul di kerajaan untuk menunggu jawaban dari Putri Cerllynda. Mungkin mereka semua tengah bersiap-siap untuk mengunjungi kerajaan.

"Permisi Tuan Putri ini gaun Anda, air hangat untuk mandi sudah siap," ucap pelayan wanita Putri Cerllynda menghampirinya dan berdiri di belakangnya, dia hanya mengangguk pelan dan mengibaskan lenganya memberi isyarat agar pelayannya itu meninggalkannya sendirian.

"Sepertinya aku sedikit gugup," gumam Putri Cerllynda memainkan jemarinya berulang kali.

Dia memutuskan untuk bersiap, lagi pula bak mandi sudah di isi oleh pelayannya. Dia segera beranjak masuk ke dalam kamar mandi danberendam di sana beberapa menit.

Setelah hampir 30 menit di dalam kamar mandi, akhirnya dia keluar dan mulai mengeringkan rambut pirangnya. Kemudian dia mulai mengenakan gaunnya dengan perlahan. Tentu saja dia tidak melakukannya sendirian, ada dua pelayan yang membantunya mengenakan gaun dan meriasnya.

"Tuan Putri ingin rambut seperti apa?" tanya pelayan itu menanyakan gaya rambut hari ini. Putri Cerllynda hanya menggeling, mengisyaratkan jika dia ingin seperti biasanya dengan rambut yang di gerai rapi. Sedangkan merias wajah tentu dia selalu menolak pelayannya itu, dia lebih suka meriasnya sendiri tanpa bantuan.

"Tuan Putri sangat cantik sekali hari ini," ucap kedua pelayan wanitanya. Putri Cerllynda tersenyum kecil sambil mengucapkan terimakasih.

Lagi pula setiap hari mereka pasti akan memuji kecantikannya, bahkan tanpa riasan pun Putri Cerllynda yakin tetap akan terlihat cantik. Terakhir adalah memasang mahkota di atas rambut pirangnya, terlihat sangat cantik sekali.

Setelah melihat penampilannya pada pantulan cermin, akhirnya dia melangkah keluar dari kamar mewahnya itu menuju ruang utama tempat makan berada. Raja Carlin pasti menunggunya saat ini. Dia terus berjalan menuruni anak tangga bersama dua pelayan wanitanya yang mengekor di belakangnya, semua pelayan ataupun prajurit memberikan hormat saat Putri Cerllynda lewat.

Saat tiba pada salah satu pintu yang tak lain adalah adalah ruangan yang ditujunya. Dua prajurit yang menjaga pintu tersebut memberi hirmat dan membukanya untuk Putri Cerllynda. Dia melangkah masuk dengan sangat anggun mendekati Raja Carlin yang sudah duduk di kursinya.

"Selamat pagi Ayahanda," sapa Putri Cerllynda dengan sangat sopan.

"Duduklah dan nikmati makananmu!" ujar Raja Carlin membalas sapaan putrinya.

Putri Cerllynda duduk di kurainya dan mulai mengisi piring kosongnya dengan beberapa makanan lezat yang sudah memenuhi meja makan berbentuk persegi panjang, mereka hanya berdua, padahal meja makan itu cukup untuk 10 orang.