Gugup.
Itulah yang dirasakan Gwen Ukraine. Sampai detik ini, ia masih tetap tidak mengerti jalan alurnya kehidupan kedua yang dijalani. Dalam 48 jam pernikahan sudah dilakukan dengan rangkaian upacara adat dan hukum yang berlaku.
Tubuhnya masih lemah sehingga sulit bagi Gwen Ukraine menelaah situasi aneh di sekitarnya ini. Cadar di atas kepala diturunkan,
"Nyonya, minumlah sedikit air hangat."
Gelas berisi air jernih di sodorkan, Gwen Ukraine mengambilnya dengan keraguan. Namun, tenggorokannya sangat kering. Iapun mengambilnya, "Terima kasih."
Air jernih membasahi tenggorokan dengan cepat, pelayan wanita undur diri dari kamarnya setelah memastikan majikan perempuannya menyelesaikan ritualnya.
"Tunggu..."
Suara pintu tertutup terdengar, Gwen Ukraine tertegun melihat sosok pria yang di nikahinya tadi pagi. Ada perasaan tidak nyaman dalam hati karena posisinya rentan teraniaya. Ia duduk di pinggir tempat tidur tanpa bisa mengerakan bagian tubuhnya, masih lemas pikir Gwen Ukraine kesal.
"Gwen Ukraine... tidak kukira kamu jatuh ke tanganku begitu saja. Ini tidak menyenangkan."
"Apa maksudmu itu? ini dimana?"
"Kamu ingin tahu?"
"Ya..." terselip keraguan di hati Gwen Ukraine untuk tidak mengatakan ya tapi ia lelah menebak.
Kepalanya sedikit miring ke kanan, seakan memikirkan penjelasan yang dibutuhkan untuk pertanyaan Gwen Ukraine.
"Apa kamu nyakin ingin mendengarnya?" Sorot mata menembus detak jantung Gwen Ukraine memperingati apabila mengetahui dimana sekarang berarti tidak ada jalan mundur.
"Ya! aku-- ingin tahu siapa namamu?"
"Kamu nyakin?"
"Ya!"
Pria dingin itu maju satu langkah. Jarak mereka tidak jauh sebenarnya tetapi, keinginan kuat melarikan diri darinya bertambah tajam. Gwen Ukraine merasakan tubuhnya menggigil kedinginan.
"Kamu tidak perlu terlalu dekat untuk mengatakan siapa namamu."
"Apa kamu takut?"
"Tidak! aku tidak takut. Untuk apa aku takut."
"Benarkah kamu tidak takut?"
Nada suaranya skeptis dan menyebalkan bikin Gwen Ukraine kesal, "Katakan apa mau ku sebenarnya? tidak mau menjawab pertanyaan, aku tidak masalah."
"Hahaha seusai prediksi, mulut Gwen Ukraine selalu mengeluarkan bisa beracun."
"Aku-- ?"
Jarak mereka berdua tidak ada selain kain yang melekat di tubuh masing-masing. Tiba-tiba Gwen Ukraine bisa merasakan dominasi pria dingin di hadapannya ini.
"Ya, kamu." Suara pria dingin berubah serak dan dalam. Gwen Ukraine bisa melihat keindahan matanya.
"Katakan siapa namamu?" Tanya Gwen Ukraine mendapatkan sinyal alarm dari tubuhnya untuk menjauh.
"Haruskah?"
"Kamu terlalu menyebalkan."
"Hahaha tidak apa. Selama kamu Gwen Ukraine, aku tidak akan mempermasalahkan."
"Kamu tahu banyak tentangku, aku-- tidak tahu tentang kamu."
"Ada hal-hal yang tidak perlu kamu pikirkan malam ini?"
"Mengapa?"
"Karena ini malam pertama pengantin kita."
"Aku-- " Mulut Gwen Ukraine di bungkam dengan kuat. Kecepatannya tidak dapat diimbangi oleh Gwen Ukraine yang masih polos dalam hal percintaan.
Hanyut di dalam gelapnya permainan yang diberi hingga satu teriakan kesakitan lolos dari mulut Gwen Ukraine.
"Bajingan!"
Mata melotot, Gwen Ukraine tidak terima tetapi pria dingin itu semakin menambah tempo keinginan kuatnya hingga menuju surga duniawi secara bersamaan.
"Bajingan ini adalah suamimu. Ingat itu!"
Gwen Ukraine berusaha keras melawan kekuatan dan keinginan pria dingin ini namun, satu detik berikutnya, ia terlempar dalamnya arus kehidupan.
"Kamu siapa?" Tanya Gwen Ukraine putus asa. Ia masih tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi hingga desakan berikutnya menghanguskan jiwanya.
"Tidak malam ini, Gwen. Aku ingin kamu mengingatku, semakin kuat melawan maka semakin kencang, aku menghukum dirimu."
Badannya di ombang ambingkan seperti ombak di lautan lepas. Badai bertubi-tubi datang menghampiri berikan tawaran penyerahan mutlak padanya.
"Aku-- " Gwen Ukraine tak sanggup lagi menahan goncangan itu, iapun jatuh dan jatuh dalamnya pusaran gelombang yang dibuat pria dingin ini.
"Mati dan hidupmu ada di tanganku, Gwen Ukraine!" bisiknya pelan di telinga. Ada nada suara terselip perasaan sayang disana tetapi, sayang seribu sayang. Gwen Ukraine terlanjur masuk dalam mimpi di pelukannya. Tangannya mempererat pelukan dengan senyum tersimpul hangat di hati, "Selamat datang cintaku," bisiknya lagi. Gwen Ukraine tidak bergerak, ia terlalu lelah merespon tindakan absurd dari pria dingin.