Hari selanjutnya sama seperti biasanya. Elmera berjalan turun dari tangga, menyusuri setiap anak tangga yang sedikit berderit karena usianya. Dia melihat ruang tamu yang tampak sepi dan sunyi, hanya terdengar suara samar angin di luar. "Axe...?" panggilnya dengan suara pelan, berharap mendengar balasan. Namun, tak ada jawaban. Dia memanggil Axe yang saat ini tidak di rumahnya, mengingatkan dirinya akan kehadiran seseorang yang biasanya mengisi kesunyian itu.
"Oh, iya... Dia kan aku minta ke kota untuk mencari tempat untuk Gavin... Lalu, apa yang harus aku makan?" Elmera bergumam dengan nada sedikit kesal pada dirinya sendiri. Ia berdiri di depan dapur kecilnya, mengamati lemari es yang terkesan dingin dan tidak ramah. Dalam pikirannya, ia mencoba mengingat apakah ada bahan makanan yang tersisa dari belanjaan terakhir mereka. Rasa laparnya semakin terasa, perutnya bergejolak, dan keinginan untuk menemukan sesuatu yang bisa dimakan semakin mendesaknya.
Namun, saat ia membuka pintu lemari es, Elmera terkejut melihat isinya. Di sana ada deretan makanan kaleng yang rapi, beberapa bungkus roti, karton susu, dan kotak sereal yang tampak baru. "Wah, ini hebat... Dia membelikanku makanan ini...." ucapnya dengan nada kagum. Ada senyum kecil yang terbit di wajahnya, mengingat bahwa Axe memang selalu memperhatikan hal-hal kecil seperti ini. Rasa hangat menyelimuti hatinya, tapi itu tidak bertahan lama.
Ia mengambil karton susu dan tanpa berpikir panjang, langsung meneguknya. Namun, saat cairan itu menyentuh lidahnya, rasa asam yang tajam segera menyergap. Wajah Elmera berubah seketika. "Akh!! Huek!!" teriaknya seraya mundur selangkah, tubuhnya bereaksi spontan. Tanpa berpikir panjang, ia membanting botol susu itu di wastafel, cairan putih yang tumpah mengalir ke saluran pembuangan. "Shit, itu sudah kedaluwarsa!!" katanya panik, rasa jijik membuatnya buru-buru mencuci mulutnya dengan air dari keran.
Ketika akhirnya ia sedikit tenang, ia menyadari satu hal yang membuat keningnya berkerut. Lemari esnya mati. Kompresor yang seharusnya berbunyi pelan kini benar-benar sunyi. "Oh tidak... Sial sekali.... Kenapa harus mati.... Haiz.... Aku keluar saja untuk makan...." gumamnya dengan frustasi, mengabaikan bau asam susu yang menyebar di udara. Ia meraih kunci mobil yang tergantung di samping pintu dan melangkah keluar rumah, merasa sedikit jengkel dengan keadaan pagi itu.
Namun, langkahnya terhenti ketika ia baru mengingat sesuatu. Mobilnya, kendaraan yang biasanya menjadi penolong di saat-saat seperti ini, ternyata tidak ada di garasi. Mobil itu ada di halaman rumah Gavin. "Haiz..." desahnya, suara napas panjang keluar dari bibirnya, lalu ia berbalik arah, menuju ke rumah Gavin. Angin pagi sedikit menyegarkan wajahnya saat berjalan menelusuri jalanan kompleks yang sepi, memaksa pikirannya untuk lebih tenang.
Setelah beberapa menit berjalan, ia tiba di halaman rumah Gavin. Mobil mewahnya tampak terparkir dengan anggun di bawah naungan pohon besar di depan rumah. Elmera merasa lega melihatnya, namun perhatiannya segera tertuju pada sosok Gavin yang tampak sibuk menyirami tanaman di dekat pagar rumah. Butiran air dari selangnya menciptakan pelangi kecil di udara pagi itu. Dia tampak fokus, tetapi segera menyadari kehadiran Elmera.
"Ah, Elmera!" serunya ramah, melambai dengan senyum yang lebar.
"Hei, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Elmera sambil mendekat, matanya sedikit memicing terkena cahaya matahari yang mulai menghangatkan pagi.
"Biasa... Sebelum meninggalkan tempat ini bahkan menjualnya, aku harus merapikan rumah ini.... Aku juga hampir selesai berkemas...." balas Gavin sambil melanjutkan menyirami tanaman yang bunganya mulai bermekaran. Aroma bunga segar menyebar, memberi sedikit sentuhan keindahan di pagi itu.
"Ah, itu bagus.... Aku hanya akan mengambil mobilku, maaf ya sudah merepotkanmu..." kata Elmera, menoleh sejenak ke arah mobilnya yang tampak bersih.
Gavin hanya tersenyum, menurunkan selangnya. "Tak masalah, aku senang jika kamu parkir di sini, ini membuat rumahku terlihat aman... Oh, ngomong-ngomong kau akan ke mana?" Ia menyeka keringat di dahinya dengan lengan, matanya penuh rasa ingin tahu.
"Hm.... Aku hanya keluar sebentar, kau mau ikut? Sebenarnya, aku mau cari makan..." jawab Elmera sambil melirik ke arah jalan.
Gavin tertawa kecil, menggeleng. "Ah, kenapa tidak sarapan di rumahku saja? Aku akan membuatkanmu makanan."
"Tidak perlu, kau hanya perlu bersiap untuk besok, kita akan pergi besok... Ingat ya... Sampai jumpa..." kata Elmera, melambaikan tangan dengan ringan sambil masuk ke dalam mobilnya yang nyaman. Mesin mobil berderu halus, mengiringi kepergiannya dari halaman rumah Gavin.
Gavin terdiam sejenak, memperhatikan mobil yang perlahan menjauh. Ia lalu menghela napas dan menggeleng pelan, terpukau dengan kepribadian Elmera yang tangguh. "Benar-benar.... Dia gadis yang pandai berkendara..." gumamnya pada dirinya sendiri, tersenyum sambil kembali menyirami tanaman-tanamannya yang tersisa.
Tak lama kemudian Elmera keluar dari restoran di kota kecil yang tidak jauh dari tempat tinggalnya di kompleks. Dia dari restoran cepat saji tapi saat akan masuk ke dalam mobil, ada yang menghentikannya. "Hei, Nona..." seorang wanita dengan ramah mendekat.
"Hei, apakah kamu tertarik untuk ke restoran baru kami di sini, nanti malam akan buka sampai tengah malam...." Dia memberikan selembaran kertas merah yang menandakan itu adalah restoran gaya Cina.
Elmera hanya menerimanya. "Oh, oke...? Aku akan mempertimbangkannya...." balasnya lalu masuk ke dalam mobil. Dia hanya mengantongi kertas itu di cardigan yang ia pakai dan tak berniat membacanya.
Hingga ketika sampai di rumah, dia memulai rutinitasnya seperti membuka laptop dan mulai mencari artikel. Sebenarnya itu termasuk hobi miliknya, dia suka membuka artikel yang dibuat setiap hari, tak peduli artikelnya membahas soal apa. Karena mau bagaimana lagi, Elmera juga tidak bekerja, dia hanya memiliki hidup yang santai dan sudah diatur oleh uang.
Ia membaca sambil meminum kopi hangat di cangkir putihnya. Tapi ia terpikirkan sesuatu. "Oh benar... Aku kan ingin bertanya rekan-rekan militer yang lain pada Gavin, termasuk aku ingin bertanya soal Zarya, aku soalnya hampir menyelesaikan sebuah game di sini..." Ia tampak menatap proyeknya sendiri, lalu memutuskan untuk menghubungi Gavin.
Tak lama kemudian Gavin menerima kopi hangat yang dibuat Elmera. "Terima kasih..." sambil duduk di bawah sofa, dan Elmera juga ada di bawah sofa menatap laptopnya.
"Kau mau berkunjung ya," tatap Elmera.
"Hei, Elmera kan memintaku, jadi aku berkunjung saja..." balasnya.
"Hehe... Sebenarnya aku memintamu kemari karena aku ingin bertanya sesuatu soal Zarya.... Soalnya aku sudah bertemu dengan Syanza di kota lain..."
"Ah, Zarya... Pria itu pasti juga sepertinya tanpa harapan, yah... Dia selalu meminta ketua untuk diberikan akses komputer atau laptop. Dia termasuk orang penting dalam militer karena dia bisa meretas informasi... Dia kebanyakan bekerja di depan komputer... Jadi dia bertugas di bagian inti...." kata Gavin.
"Yup, benar sekali.... Dia bahkan tidak suka jika harus latihan fisik, dia lebih suka meretas informasi musuh..." tambah Elmera. "Lalu, kamu tahu dia ada di mana sekarang?"
"...Dia bekerja di perusahaan yang lebih baik daripada perusahaan Hindinya dulu, dia pasti memiliki gaji besar juga..." tatap Gavin.
"Ah aku mengerti, sepertinya aku akan mencarinya... Kamu punya nomor ponselnya?"
"Ada, hanya saja aku sudah lama menghubunginya... Dia mungkin agak lupa..."
"Yeah, kau benar...." balas Elmera. Mereka berbincang sangat lama hingga Gavin harus pulang pada hari yang hampir malam.
Dan ketika itu juga, Elmera menutup laptopnya dan menghela napas panjang. "Sangat menyenangkan jika membaca artikel..." Dia juga meregangkan badannya, lalu berjalan ke dalam kamar.
"Aku lelah hari ini... Jadi aku ingin tidur dulu...." gumamnya lalu meletakkan diri di ranjang.
Tapi sesuatu terjadi. Di malam hari itu, Elmera terbangun membuka mata. Dia bahkan langsung bangun duduk memegang perutnya. "Ahk... Kenapa aku sangat lapar malam-malam?" Ia tampak kesal, lalu dengan lemas berjalan ke dapur. Dia mengingat makanan tadi pagi. Di mana ada makanan kaleng, tapi ia ingat bahwa pembuka kalengnya tak ada; rumah itu tak punya pembuka kaleng. Apalagi roti di sana juga kadaluarsa bersama dengan susu. Serealnya juga tak akan bisa dimakan tanpa susu.
"Hmp.... Apa yang harus kulakukan?" Dia tampak kelaparan, lalu melihat ke ponselnya. Padahal di samping ponselnya ada poster makanan, tapi dia lebih memilih mengambil ponselnya. Dia menatap kontak nomor Gavin, tetapi ketika akan menghubungi, dia malah tak jadi. "Ish, aku terlalu mengganggu Gavin... Apalagi Axe, Axe sudah jauh dari sini. Haiz... Apa yang harus kulakukan..." Dia tampak tak bisa berpikir.
Di saat itulah, kertas poster itu terbang dan berhenti di bawahnya, membuatnya menatap dan mengambilnya. "Oh iya, ini poster makanan tadi. Hm.... Apa menunya..." Dia melihat menu-menunya, kemudian menemukan nasi goreng yang menggoda. "Wah... Nasi goreng sepertinya enak... Hm... Tapi..." Dia mencari informasi pemesanan, tetapi tak menemukannya. "Shit, tidak ada yang mengantar. Ck, terpaksa aku yang ke restorannya..." Gumamnya dengan kesal, hingga akhirnya dia mengambil kunci mobil dan berjalan pergi dari rumah untuk ke tempat itu.
Dia melewati jalanan gunung yang sepi, gelap, dan sangat sunyi. Dia hanya bisa menyuap beberapa kali karena mengantuk, tapi di sisi lain dia juga harus lapar.
Hingga beberapa menit kemudian, dia sampai di tempatnya, langsung memarkirkan mobilnya dan keluar.
Ketika sampai sana, kota itu sepi, dan hanya ada restoran itu yang buka. "Aku bersyukur hanya tempat ini yang buka..." gumamnya lalu berjalan masuk ke sana.
Tempat itu memang agak berantakan. Kebetulan meja pemesanan kosong, jadi dia mendekat pada wanita yang tadi siang. "Ah, halo, nona. Kamu akhirnya ke sini..." tatapnya.
"Iya... Aku ingin pesan satu nasi goreng dibawa pulang, ya...."
"Baiklah, totalnya 35 dolar..."
"Sebentar..." Elmera merogoh sakunya untuk mengambil dompet, tapi ia terkejut baru sadar. "Oh, shit, dompetku ketinggalan." Dia tampak panik.
"Oh, sayang sekali..." wanita itu juga kecewa.
"Haduh, aku juga tidak bawa ponsel... (Sial, kelaparan ini bahkan membuatku tergesa-gesa...) Hei, aku akan kembali lagi nanti dan mengambil nasi gorengku. Aku akan kembali, aku janji..." tatap Elmera.
"Baik, itu tidak masalah, tapi kamu harus cepat karena toko kami sebentar lagi tutup..."