webnovel

Tangisan Sang Istri

"Maafkan aku ibu?" ucap wanita yang duduk di kursi roda itu sambil berusaha menahan tangis nya.

"Ada apa?" tanya Ramadhani.

Zafira merasa bersalah, menempatkan wanita paruh baya itu dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Dia memegang kedua tangan ibu mertuanya. Ramadhani hanya terpana melihat sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh Zafira. Semua prasangka nya terhadap gadis itu telah hilang. Ternyata menantunya tidak seburuk yang dia pikirkan.

"Ibu, jangan lakukan ini. Ibu tidak boleh bekerja untuk membersihkan kamar ku." lanjut Zafira.

"Tapi," sambut Ramadhani. Dia tidak bisa mengabaikan tugas begitu saja. Jika dia melakukan kesalahan maka bisa berdampak buruk bagi semua orang.

"Bu, bagaimana jika kita membersihkan kamar ini bersama-sama." Zafira memberi usul kepada ibu mertuanya. Mereka berdua harus bersandiwara demi keamanan dan keselamatan semua orang. Kedua wanita itu pun mulai bekerja, Zafira dalam keterbatasan yang mulai membantu sang ibu mertua. Sulit baginya bekerja dari atas kursi roda. Apalagi selama ini dia tidak pernah melakukan pekerjaan apapun. Tetapi hari ini dia merasa sangat bahagia. Ramadhani sangat ramah dan tulus. Wanita paruh baya itu juga merasa menyesal karena memberikan penilaian terhadap menantunya tanpa mengetahui yang sebenarnya.

"Zafira, tolong maafkan ibu!" tiba-tiba wanita paruh baya itu berkata kepada Zafira ketika mereka sedang beristirahat dan duduk bersama.

"Loh, ada apa bu? Bukankah seharusnya aku yang meminta maaf?" Wanita tersebut merasa heran mendengar permintaan maaf dari ibu mertuanya. Dia merasa bahwa dirinya yang telah bersalah karena berusaha menyelamatkan wanita paruh baya itu dari hukuman kakeknya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Hukuman yang diberikan sang kakek justru semakin berat.

"Ibu telah berprasangka buruk kepadamu. Ibu mengira kamu sama seperti gadis kaya lainnya. Ternyata semua prasangka ibu salah. Kamu adalah gadis baik hati, apakah kamu mau memaafkan ibu?" tanyanya sepenuh hati.

"Bu, semua itu bukan salah ibu. Apa yang ibu pikirkan itu benar. Keluarga kami adalah keluarga yang hanya mendahulukan uang serta kehormatan. Pernikahanku dengan anak ibu adalah hukuman atas kesalahan yang aku juga tidak mengerti," jawab Zafira.

"Bolehkah ibu mengatakan sesuatu? Ibu minta maaf jika suami ibu telah memberikan luka yang cukup dalam terhadap keluarga ini. Tetapi apakah kamu tahu, Zafran tidak mengetahui rahasia ini. Dia bahkan tidak tahu alasan pernikahan ini. Jika kamu ingin menghukum, maka hukumlah ibu!" kata-kata wanita itu membuat hati Zafira tersentuh. Dia tidak percaya jika ada anak terbaik suaminya yang rela menikah bahkan tanpa mengetahui alasan di balik pernikahan itu.

"Dia sudah terlalu banyak menderita, sejak kecil dia selalu mendapatkan kesedihan. Saat dia lagi senang bermain, ibu memaksanya untuk membantu ibu bekerja mencari nafkah. Dia telah banyak berkorban Zafira. Sekarang dia kembali berkorban, bahkan kali ini pengorbanan yang dia berikan jauh lebih besar daripada sebelumnya." wanita paruh baya itu meneteskan air matanya. Zafira eko terluka melihat goresan luka yang tampak di wajah ibu mertuanya.

"Suamiku memang bersalah, aku tidak akan pernah memaafkan nya. Tapi Zafran, dia tidak bersalah. Dia hanya harus menebus kesalahan ayahnya." selama ini Zafira tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. Selama ini dia berfikir bahwa Zafran sudah mengetahui alasan pernikahan mereka. Ternyata Zafran hanyalah pemuda malang yang mencoba bertanggung jawab sebagai putra satu-satunya.

***

Zafira menghabiskan waktu merenungi nasibnya sendiri. Dia berada dalam kondisi yang tidak ia mengerti. Di satu sisi dia membenci Zafran, karena alasan Sonia. Namun sudut hati lainnya mengatakan bahwa semua itu bukan kesalahan suaminya. Lalu muncullah sebuah pertanyaan mengapa Zafran harus mendapatkan hukuman dari kesalahan yang tidak ya perbuat bahkan yang tidak diketahui.

Disaat bersamaan, pintu kamar itu terbuka. Seorang pemuda tampan melangkah masuk ke dalam kamar tersebut dan melihat sang istri sedang berakhir mata. Seketika benda-benda yang ada di tangannya terlepas begitu saja. Zafran berlari kecil mendekati istrinya.

"Kamu kenapa?" tanya sang suami. Zafira merasa canggung karena sang suami melihat air matanya. Dia menggeleng sambil berusaha menutupi wajah dengan kedua tangannya. Zafran yang belum pernah menyentuh sang istri merasa bingung apa yang harus dilakukan. Pria itu ingin menenangkan wanita tersebut. Tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya dan dari mana dia memulai.

"Ada apa? Apa yang membuatmu menangis?" Zafran mencoba mengajukan pertanyaan. Berharap agar wanita itu bisa menjawab pertanyaannya. Tetapi Zafira masih tidak bersuara. Dia terus menangis bahkan tubuhnya mulai berguncang. Zafran memberanikan diri mendekati wanita itu, perlahan dia merangkul tubuh istrinya. Meletakkan kepala Zafira di atas dadanya yang bidang. Wanita itu ingin menolak, namun dia tidak memiliki kemampuan. Hatinya terlalu sedih dan tubuhnya terlalu lemah. Akhirnya diapun menumpahkan air matanya di pundak sang suami untuk pertama kalinya.

Hati Zafira merasa sangat tenang saat berada di sana. Semua luka dan semua kegelisahan yang dia rasakan mulai mereda. Wanita itu merasa heran mengapa dada suaminya begitu ajaib bahkan bisa membuat hatinya damai meski begitu banyak masalah yang dipikirkan. Zafira bertanya di dalam hati apa sebenarnya yang terjadi kepada dirinya.

'Apakah ini cinta?' batinnya bertanya.

Setelah tangisan nya mereda, Zafira mengangkat wajah dan menjauhkan tubuh dari tubuh suaminya. Zafran yang merasakan gerakan sang istri mencoba melepaskan rangkulannya.

"Apakah kamu baik-baik saja?" pertanyaan selanjutnya yang dilontarkan oleh sang suami membuat hatinya berdegup. Mengapa ada seorang pria baik yang memperlakukan nya begitu istimewa.

'Jangan bersikap baik kepadaku? Jangan memperhatikan aku? Aku menikah denganmu karena bales dendam. Aku juga menikah denganmu karena ingin memanfaatkan dirimu,' suara hatinya terdengar. Tetapi sayang suara itu hanya di dengar oleh dirinya sendiri. Sementara seorang pemuda tampan yang sedang duduk di hadapannya tidak mendengar apa-apa. Zafira semakin kesal dengan dirinya. Dia tidak menjawab pertanyaan suaminya, melainkan pergi begitu saja meninggalkan pria itu sendirian.

Zafran hanya bisa melihat punggung istrinya yang berlalu meninggalkan dirinya menuju balkon seperti biasa. Hatinya sakit ketika melihat air mata wanita itu. Zafran tidak tahu bagaimana di harus bersikap agar wanita itu bisa merasa tenang.

***

Sudah satu bulan lamanya pernikahan ini berlalu. Zafran sudah mulai memiliki perasaan kepada Zafira begitu juga sebaliknya. Zafran bekerja di perusahaan atas perintah kakek Azhari. Pria tua itu juga menyekolahkan Zafran. Niat balas dendam yang semula menguasai hatinya mulai berubah. Pria tua itu mulai memiliki kasih sayang kepada cucu menantunya. Ketulusan dan kecerdasan yang dimiliki oleh Zafran salah mengubah pola pikir kakek Azhari secara tidak langsung. Namun semua itu bisa dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Sehingga semua orang berusaha untuk menjauhkan Zafran dari keluarga Azhari.