webnovel

Kecupan Pelebur Es

"Maksud Kamu?" Nabila mengajukan pertanyaan kepada asisten pribadinya.

"Anda harus mempelajari semua ini. Semua ini adalah aturan dan anda tidak boleh melanggar satu aturan pun. Jika anda melakukannya, maka kakak anda akan mendapatkan hukuman!" Diana melanjutkan penjelasannya sambil menyerahkan sebuah buku ber sampul merah kemudian memberikannya kepada Nabila yang duduk di belakangnya. Dengan ragu Nabila mengambil buku tersebut kemudian dia mulai membukanya perlahan. Apa demi kata dia baca dan dia pahami, jantungnya berdegup lebih kencang dan hatinya terasa sakit.

Kepalanya ikut berputar saat membaca semua peraturan yang begitu banyak terdapat di sana. Gadis belia itu membayangkan bagaimana bahagianya dia saat berada di sekolah. Saat dia bertemu dengan sahabat-sahabat nya. Saat dia bisa berpelukan dengan mereka dan bercerita tentang banyak hal. Saat dia dengan bangga akan mengatakan bahwa dirinya sudah menjadi seorang putri dari sebuah istana. Semua kebahagiaan itu sudah terekam di dalam pikirannya namun setelah membaca buku bercampur merah pemberian Diana, semua impiannya terbang begitu saja. Dia terduduk lemah, wajahnya yang ceria berubah menjadi pucat. Gadis belia itu akhirnya mengerti mengapa raut wajah ibunya berubah. Akhirnya dia memahami bahwa ternyata dia tidak mendapatkan kehidupan baru yang penuh kemewahan melainkan dia akan ditahan di dalam sangkar emas.

"Apakah anda baik-baik saja Nona?" Diana kembali mengajukan pertanyaan kepada Nabila saat wanita itu melihat tubuh Nabila yang tiba-tiba lemah dan memberikan tubuh tersebut di atas kursi mobil yang lihat kemudikan. Nabila tidak menjawab pertanyaan sang asisten. Dia hanya mengangkat wajah menatap dengan tatapan kosong.

Mobil yang di tumpang i oleh Nabila terus melaju memasuki area sekolah. Tadinya dia pernah bersekolah di sana namun karena dia tidak mampu membayar uang sekolah dia pun dikeluarkan begitu saja. Kini dia kembali namun dengan penampilan yang berbeda. Saat mobil itu memasuki area per sekolahan semua mata menatap kearah yang sama. Mobil itu sangat mewah sehingga membuat orang-orang mulai terpesona. Para siswa yang bersekolah di sana bertanya-tanya siapakah siswa baru yang akan hadir di sekolah mereka. Dari mobil yang mereka lihat semuanya menyimpulkan bahwa siswa itu pasti adalah anak kaya raya.

Mobil berhenti tepat di depan gedung besar itu, Nabila masih terduduk lemas di kursinya. Dia tidak tahu bagaimana cara dia menghadapi teman-temannya. Di sekolah, Nabila dikenal sebagai anak yang ramah dan juga baik hati. Tetapi saat membaca semua peraturan yang diberikan oleh Diana kepada dirinya, gadis belia itu mengerti bahwa dia harus merubah sikapnya. Di dalam peraturan itu juga dinyatakan bahwa Nabilah tidak boleh berbicara sembarangan dengan orang lain. Dia juga dilarang berteman dengan siapapun. Bahkan teman Nabila sendiri harus dipilih kan oleh keluarga kaya itu. Gadis belia itu seakan tidak percaya dengan apa yang baru dia lihat.

"Apakah anda sudah siap Nona?" pertanyaan Diana membangunkan Nabila dari lamunan nya. Wanita tersebut menatap asisten pribadinya. Selanjutnya dengan berat hati dia mengangguk kan kepala. Diana turun dari dalam mobil kemudian membukakan pintu untuk majikan nya. Saat semua mata sedang memandang tiba-tiba Nabila turun dari dalam mobil. Semua orang semakin tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Apa? Bukankah itu Nabila? Kenapa dia ada di sana? Kenapa dia bisa datang dengan mobil mewah seperti itu? Apakah kita salah lihat?" semua orang-orang yang merupakan siswa dari sekolah tersebut mulai bertanya-tanya. Seakan-akan mereka tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat dengan kedua mata mereka sendiri. Tetapi mata mereka tidak salah karena sosok gadis yang baru turun dari dalam mobil mewah tersebut benar-benar Nabilah, seorang siswa yang baru saja dikeluarkan dari sekolah karena tidak mampu membayar uang bulanan. Tetapi hari ini dia justru datang dengan menggunakan mobil mewah. Seakan semuanya tidak masuk akal bagi mereka.

Nabila turun dari dalam mobil, namun kali ini ekspresi wajahnya berubah. Tidak tampak lagi ramah tamah yang selama ini menghiasi wajahnya. Wajahnya kaku dan terus berjalan tanpa melihat ke kanan dan ke kiri.

"Nabila?" salah seorang sahabat Nabila mendekati dirinya. Gadis itu adalah Lia, Lia adalah sahabat baik Nabila, selama ini Lia sering sekali membantu Nabila. Dia membantunya dengan berbagai cara. Bagi Nabila, lia bukan hanya seorang sahabat melainkan lebih daripada itu. Dia sudah menganggap wanita itu sebagai saudara kandungnya sendiri.

Ingin sekali Nabila memeluk sahabat baiknya tersebut tetapi tiba-tiba Diana berdiri di depan Nabila dan menghalangi Lia untuk mendekati wanita itu. Lia yang sedang bersemangat tiba-tiba menghentikan langkahnya. Matanya menatap Nabila yang berdiri di sana, namun gadis itu justru mengalihkan pandangannya. Meski hatinya sakit tetapi dia tidak bisa mengabaikan ancaman yang sudah dikatakan oleh Diana kepada dirinya. Jika Nabila melanggar satu aturan yang sudah dibuat di dalam buku merah, maka orang-orang yang ada di sekitar Nabila akan mendapatkan hukumannya. Diana juga menjelaskan hukuman apa saja yang bisa didapatkan oleh orang-orang tersebut termasuk Lia.

Demi menyelamatkan sang sahabat dari ancaman yang dikatakan oleh Diana, Nabila harus rela bersikap sombong dan angkuh di hadapan temannya itu. Selanjutnya Nabila berjalan meninggalkan Lia yang masih berdiri di sana.

Lia tidak mengerti dengan apa yang terjadi, dia sudah mendapatkan kabar bahwa Nabila udah pindah ke rumah kakaknya yang baru saja menikah. Dan akan kembali ke sekolah, saat itu Lia sangat berbahagia membayangkan hari-hari nya akan kembali dipenuhi keceriaan karena kehadiran Nabila. Tidak sabar rasanya Lia menunggu kehadiran Nabila kembali ke sekolah mereka. Namun ternyata saat sahabatnya tersebut kembali, gadis itu sudah berubah. Hati Lia benar-benar terasa sakit dengan sikap yang ditunjukkan oleh Nabila, tetapi Nabila juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Diana bahkan ikut masuk ke dalam kelas. Duduk di samping Nabila, membuat nabila tidak bisa berbuat apa-apa. Tadinya Nabila ingin menceritakan keadaannya kepada Lia, agar sahabat baiknya itu tidak salah paham dengan sikap yang ditunjukkan. Tetapi ternyata, Diana tidak memberikan sedikit pun kesempatan kepada Nabila untuk melakukan hal itu. Kemanapun Nabila pergi, Diana pasti selalu akan ikut dengan dirinya. Meski ke toilet sekalipun. Sementara Lia masih berusaha mendekati Nabila, dia ingin bertanya apakah kesalahan yang sudah dia berbuat sehingga gadis itu bersikap seperti itu kepada dirinya. Tetapi dia juga sama, dia tidak memiliki kesempatan untuk bisa berbicara dengan Nabila.