webnovel

Go To Isekai Bareng Ayang

Ke Isekai seorang diri itu sudah biasa Tapi bagaimana ceritanya kalau sepasang kekasih tiba-tiba di teleportasi kan secara bersamaan ke sebuah dunia fantasi Evelyn dan kekasihnya, Zionathan yang sering disapa Zion, mendapati diri mereka di dunia novel yang baru saja selesai mereka baca. "Zion, bilang ke gue kalau ini bukan mimpi!!" Evelyn mencengkeram kerah baju yang dikenakan Zion, sedikit banyak menikmati wajah kekasihnya yang makin tampan. Zion menggeleng pelan, "bukan mimpi, Lyn, soalnya kaki gue sakit lo injak pakai heels." Memandang ke bawah, Evelyn baru sadar kalau dia tengah menginjak kaki Zion. "Hehe, maaf." Petualangan mereka di dunia baru pun di mulai... _______________________ !!update tidak menentu!! alur kadang cepat kadang lambat disesuaikan dengan mood saya:v

Bubble_BubbleNN · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
11 Chs

Pergi ke Istana & Ulat

Berhari-hari telah berlalu sejak pesta penyambutan Pangeran Leander, Evelyn di balkon kamarnya tengah memandang hamparan taman bunga yang ada dibawahnya. Bertumpu pada pagar pembatas balkon, netra Evelyn memandang jauh ke sebuah istana yang samar dipenglihatan nya. Di sanalah istana kerajaan Radiant Valoria, jarak antara kediaman Count Montclaire dengan istana kerajaan memang adalah yang terdekat diantara bangsawan lain.

Beruntungnya bagi Evelyn karena kamarnya menghadap langsung ke istana kerajaan, jadinya Evelyn bisa sedikit-sedikit menghilangkan rindunya pada kekasihnya. Dulu Evelyn dan Zion setiap paginya akan berangkat sekolah bersama, makan siang bersama, bermain bersama, meski tidak pernah tidur dalam satu kamar, kadang-kadang mereka akan tinggal bersama.

Berjauhan dengan kekasihnya seperti ini adalah hal baru bagi Evelyn, meski sekarang mereka tetap menjadi tetangga juga, jaraknya masih terlalu jauh.

"Apa ada cara ya buat gue ngirim pesan ke Zizi?" gumam Evelyn, bertanya pada dedaunan yang gugur dari pohon di sebelah balkon kamarnya. "Di sini gak ada hp lagi!! Gue kan gak bisa chat-an sama Zizi!" gerutu Evelyn. Minimnya alat komunikasi juga membuat bentang jarak antara dia dan Zion semakin jauh.

"Bukan kah sebentar lagi Hari Kebangkitan? Kenapa belum ada pemberitahuan dari Tuan Count?"

"Ah iya, kau benar, seharusnya Tuan Count hari ini akan ke istana untuk membicarakan persiapan dan perencanaannya."

Pembicaraan dua pelayan di kediaman Montclaire itu tak luput dari pendengaran Evelyn. Jarak antara balkon kamarnya dan dua pelayan wanita di sana lumayan dekat, jadi Evelyn bisa dengan jelas mendengar suara keduanya. Evelyn pun memasang telinga saat mendengar ayahnya akan pergi ke istana untuk sesuatu yang berhubungan dengan 'Hari Kebangkitan' yang dua pelayan itu bicarakan.

"Harusnya tahun ini sama seperti tahun lalu, Count Montclaire yang akan mempersiapkan Hari Kebangkitan untuk Sang Pedang Suci."

"Aku harus bersiap-siap kalau begitu.."

"Hah? Untuk apa?"

"Siapa tau kan kalau aku dipilih ikut ke istana untuk mempersiapkan Hari Kebangkitan."

"Ya-ya.. berharap saja. Hanya pekerja senior yang akan ikut, mungkin Lady Felicia juga."

"!!!!"

Oh, begitu rupanya, sepertinya ayahnya hanya akan mengajak Felicia, tentunya hal itu tidak bisa Evelyn biarkan. Kalau misalnya ayahnya akan berangkat hari ini, pastinya beliau akan membicarakannya dulu di ruang pribadi.

'BRAK!' Evelyn menendang pintu kamarnya untuk membukanya, membuat pelayan yang sedang lalu lalang disekitar sana terlonjak kaget.

"L-lady..?" panggil salah satu pelayan wanita dengan terbata-bata karena melihat imaginer berapi-api disekitar Nona Mudanya itu.

Tidak menghiraukannya, Evelyn langsung pergi menuju ruang pribadi ayahnya.

Tanpa aba-aba, Evelyn masuk ke dalam ruang pribadi ayahnya, "Ayah!" panggilnya. Mendapati sang ayah, ibu, dan tentunya kakaknya di sana.

"Aku mendengar sesuatu tentang Hari Kebangkitan dan keluarga kita lah yang akan mempersiapkannya. Jadi kenapa tidak ada aku di antara pembicaraan ini?" tanya Evelyn dengan suara yang agak rendah dan terdengar agak menakutkan. Menatap keluarganya dengan tatapan permusuhan yang sebenarnya hanya main-main.

Tapi sepertinya keluarganya tidak menganggapnya main-main, terlihat dari ekspresi mereka yang terkejut dan seketika merubah suasana menjadi tegang.

"T-tapi Evelyn, tahun-tahun sebelumnya kamu tidak pernah ingin terlibat di Hari Kebangkitan," ucap Felicia. Dia sama sekali tidak menyangka kalau tahun Evelyn akan menyinggung karena tidak diajak. Karena beberapa tahun belakangan Evelyn akan tetap berada di kamarnya bahkan saat seluruh orang meninggalkan kediaman Montclaire.

Evelyn mengangkat sebelah alisnya yang untungnya bisa dia lakukan, "jadi? Karena tahun sebelumnya aku tidak terlibat, tahun ini kalian bisa mengabaikan kehadiran ku yang juga sebagai anggota keluarga Montclaire?" Evelyn memandang satu-persatu wajah keluarganya yang makin menegang. Evelyn sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi sedikit membuat drama akan membuat hiburan tersendiri baginya.

"Bukan begitu, Evelyn.." Misha berdiri dari duduknya dan menghampiri Evelyn dengan perlahan.

"Oh, benarkah? Lalu, kenapa saat pesta penyambutan Pangeran Leander kalian tidak mengajak ku? Saat ini kalian bahkan berdiskusi tanpa aku!"

"Bukan begitu, Nak.." ucap Arthur, tiba-tiba saja sudah berada di samping Evelyn, dia mengelus pelan kepala Evelyn. "Kami selalu ingin kamu terlibat, tapi beberapa tahun yang lalu kamu mengamuk dan bilang untuk tidak lagi melibatkan mu di setiap kegiatan."

Ah! Bagaimana Evelyn bisa tau itu, kalau Evelyn Montclaire sempat mengamuk. Pantas saja keluarganya tidak lagi mengajaknya, karena Evelyn Montclaire sudah melakukan hal itu.

Evelyn mengerucutkan bibirnya, kesal sekaligus bertanya-tanya kenapa Evelyn Montclaire sangat menutup diri bahkan pada keluarganya sendiri. Setau Evelyn, keluarga Montclaire adalah satu dari sedikitnya keluarga bangsawan yang waras dan tidak terlalu banyak menuntut anak-anaknya.

"Jadi karena aku sudah mengatakan itu aku tidak boleh ikut terlibat?" Evelyn menatap Arthur dengan wajah yang seketika berubah sedih. Ah~ Evelyn bersyukur mengikuti les akting karena keinginan absurd nya untuk bisa ikut casting di film yang dimainkan aktor favoritnya. Wajahnya jadi lebih leluasa untuk membuat ekspresi yang diinginkannya.

"Bukan begitu juga, kamu tetap bisa ikut, aku akan senang kalau tahun ini adikku terlibat persiapan Hari Kebangkitan." Felicia yang sudah berada dihadapan Evelyn, mengelus pipi adiknya itu. Dia benar-benar mensyukuri perubahan adiknya ini, meski agak terasa aneh baginya, tapi sebagai seorang kakak, Felicia merasakan kalau adiknya ini masihlah adiknya.

"Baiklah, kalau kamu ingin ikut sebaiknya kamu bersiap-siap dulu, kita akan berangkat sebentar lagi."

Evelyn memekik senang mendengar ucapan Arthur, "kalau begitu, tunggu aku," Evelyn pun dengan riangnya berjalan menuju kamarnya. Hatinya berbunga-bunga karena mungkin ini kesempatannya untuk bertemu Zion lagi.

"Bagaimana bisa eskpresi nya berubah secepat itu," ucap Misha, terkekeh geli melihat Evelyn.

Arthur menggeleng pelan, "sepertinya kita harus mulai mengenal putri baru kita dari awal," ucapnya sambil merangkul Misha.

Felicia mengangguk, "tapi setidaknya sekarang dia tidak mengurung diri lagi," ucapnya sambil melihat Evelyn yang sudah mulai menjauh.

/°°/

"AAAAAHHHHHHH!!"

Suara teriakan yang berasal dari taman utama istana membuat pekerja kebun yang berada di sana langsung berbondong-bondong menuju arah teriakan.

"Pangeran ke Sebelas, ada apa?" tanya seorang pria paruh baya pekerja kebun yang datang lebih dahulu di sana. Melihat Zion yang berjongkok di atas kursi yang ada.

Zion yang mendengarnya tidak bergeming, dia diam, berjongkok di kursi sambil menutup matanya dengan telapak tangannya. Zion sendiri sebenarnya hanya ingin menikmati pagi di taman utama istana sambil meminum teh dan cemilan, tapi siapa yang sangka kalau di sana dia akan bertemu sesuatu yang sangat dibenci dan ditakutinya.

"Pangeran ke Sebelas?" panggil pekerja kebun yang lain, tapi Zion tidak menanggapinya dan hanya diam.

"Ada apa ini?" Seraphina datang dengan terburu-buru, raut wajahnya khawatir mendengar teriakan dari taman istana.

Para pekerja kebun yang berkumpul di sana saling pandang, tidak tau juga apa yang terjadi, jadi mereka kompak menggelengkan kepala.

Melihatnya, Seraphina menghampiri Zion yang sepertinya adalah orang yang berteriak. "Zion, ada apa?" tanya Seraphina, mencoba melepaskan tangan Zion yang menutupi matanya.

Mendengar suara dari seseorang yang selalu dekat dengannya beberapa hari terakhir, Zion perlahan menurunkan telapak tangannya yang menutupi matanya. Zion takut-takut melirik samping kanan dan bawahnya dimana terdapat semak raspberry.

Seraphina mengikuti arah pandang Zion, tapi dia tidak mendapati apapun yang aneh di sana. "Ada apa?" tanyanya lagi.

Melihat tidak ada lagi sesuatu yang tadi dilihatnya, Zion menggeleng pelan, menurunkan kakinya dan kursi dan duduk dengan normal.

"Eee.. Pangeran," panggil pria paruh baya yang pertama tadi, setelah dia mendapat perhatian dari Zion dan Seraphina, dia menunjuk lengan kanannya, "ada sesuatu di lengan Anda."

Zion pun melihat ke lengan kanannya, sayangnya sesuatu yang dia lihat di lengan kanannya itu adalah sesuatu yang benar-benar tidak ingin dia lihat lagi. Mata Zion melebar dengan pupil yang mengecil menatap ngeri sesuatu yang ada di lengan kanannya.

"AAAHH!!" dengan panik Zion berdiri dan mencoba menyingkirkan sesuatu yang ada di lengannya itu. Saat sesuatu yang ada di lengannya sudah tidak ada lagi, dia terduduk di atas rerumputan, masih merasa ngeri dengan apa yang baru saja berada di lengannya.

"Zi——

——AKU BENCI ULAT!!"

|•BERSAMBUNG•|