webnovel

Chapter 6: Hutan terbakar! Cepatlah melarikan diri!

Tunggu!

Tunggu tunggu tunggu tunggu tunggu!!

Serius, apa yang sebenarnya terjadi di sini?!

Kenapa hutan ini tiba-tiba terbakar?!

"Oi, Kami-sama! Bangunlah! Cepat bangunlah!!" Melihat seluruh keadaan yang tidak masuk akal ini, aku segera berlari masuk ke dalam gua dan menggoyangkan tubuh dewi itu untuk membangunkannya.

Tapi—

"Uuh, lima menit lagi."

"Ini bukan waktunya untuk bercanda! Cepat bangunlah!"

"Iya iya, aku bangun. Apaan sih, pagi pagi gini udah berisik…" Masih dengan wajah melasnya yang mengantuk, dewi itu akhirnya terbangun.

Meskipun aku ingin memarahinya kalau ini sudah siang, tapi sekarang kami tidak memiliki waktu untuk melakukan hal itu.

"Bagus, cepat bangun dan lihatlah keluar!" pintaku dengan keras. Kemudian, sambil mengosok-gosok matanya, dewi itu mulai berjalan keluar gua, dan begitu dia membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi diluar—

"A-A-Apa ini?!!"

—Matanya langsung terbelalak kaget.

Ya ampun, dia benar-benar terlambat.

"Kita tidak memiliki waktu untuk terus di sini, kita harus segera pergi dari sini sebelum kita juga ikut terbakar hidup-hidup!" tegasku, dan tanpa protes sedikitpun, dewi itu segera mengangguk dan mulai bersiap-siap.

Untungnya semua persediaan kami bisa kami bawa di dalam [Inventory]ku, jadi kami bisa berlari tanpa memiliki beban apapun.

Meskipun ini sangat berbahaya untuk berlari di tengah hutan yang terbakar, tetapi untungnya dewi itu memiliki sihir pendukung yang dapat membuat kami bisa bertahan melawan panas.

Aku juga memintanya untuk memberikan sihir pendukung lainnya supaya kami dapat pergi dari sini dengan lebih cepat.

"Riku, lewat situ!" teriak dewi itu yang menuntun jalan untuk menuju ke arah kota.

Tapi, setelah kami hanya berlari beberapa menit, sekarang kami telah mendapatkan masalah baru.

"Kau! Bagaimana bisa kau hanya sanggup berlari selama beberapa menit meskipun kau sudah mendapatkan sihir pendukung sebanyak itu!!"

"Jangan banyak protes! Lari lebih cepat lagi!" teriak dewi itu yang saat ini sedang kugendong di belakangku sembari aku berlari.

Sial, dewi ini benar-benar menyusahkan.

Tidak bisakah dia kumasukkan ke dalam [Inventory]ku saja?

"Riku, cepatlah! Api itu semakin menyebar!"

"Diamlah, aku tau itu! Jika kau ingin cepat, berlarilah menggunakan kakimu sendiri!"

Ini benar-benar sangat gawat, aku tidak percaya semua akan berakhir seperti ini.

Saat ini aku hanya bisa berlari dan terus berlari secepat mungkin sembari menghindari api yang mulai menyebar luas mengejar kami, dan yang jauh lebih buruk lagi, aku juga harus terus berlari sambil menggendong dewi ini.

Sialan, apa yang sebenarnya terjadi di sini?

Siapa yang membuat kebakaran ini?

Selagi aku memikirkan hal itu, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari jauh.

"Kyaaaahh!!"

Mendengar itu, aku segera menghentikan langkah kakiku.

"—Kyaa! Kenapa kau tiba-tiba berhenti?!"

"Huh, dasar bodoh! Apa kau tidak dengar suara teriakan itu?! Ada orang lain juga selain kita yang terjebak di dalam hutan ini! Apa kau bermaksud meninggalkannya begitu saja?!"

"Ya ampun, kau benar-benar merepotkan."

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu!!"

Mengabaikan dewi itu yang mengatakan sesuatu yang bodoh di saat seperti ini, aku mulai mencari sumber dari suara teriakan itu. Tapi itu benar-benar sulit karena pandanganku dikaburkan oleh asap yang mulai mengepul.

Sial, di mana suara teriakan itu berasal?!

Saat itu, sang dewi tiba-tiba berteriak sambil menunjuk ke arah sebelah kananku.

"Riku, di sebelah sana, aku melihat bayangan dari sana!!"

"Yosh, pegangan yang kuat! Kita akan menerjangnya!!" teriakku, dan langsung berlari dengan kecepatan penuh melewati api yang semakin membara dengan ganas.

"Hwaaah!! Panas panas panas panas!!"

"Riku, di sebelah situ!" teriak dewi itu dari belakangku sembari menunjuk ke arah seseorang yang saat ini tengah di serang oleh seekor monster.

Melihat bentuk monster itu yang mirip seperti seekor singa raksasa yang berbuluh hitam dengan tanduk mengerikan di kepalanya, wajahku langsung berubah menjadi pucat.

"O-Oi, gimana ini?! A-Apa kau bisa mengalahkannya?!"

"Da-Dasar bodoh, apa kau lupa kalau kekuatanku sudah melemah?! Untukku yang sekarang ini hanya bisa menggunakan sihir penyembuh, sihir pendukung, dan sihir untuk memusnahkan monster tipe iblis atau undead saja!!"

"Sial, terus apa yang harus kita lakukan?!"

Bahkan sekarang, selagi aku memikirkan hal itu, monster itu mulai mendekati sosok tersebut dan berniat untuk menerkamnya. Itu hanya membuat kami menjadi semakin panik.

Aku heran, kenapa monster itu tidak takut dengan semua api ini?

Bukankah itu sudah menjadi sifat alami untuk para hewan takut dengan api?

"Huh? Tunggu dulu, api?"

Memikirkan hal itu, sebuah ide tiba-tiba muncul di dalam benakku.

—Itu benar, aku bisa menggunakan cara itu!

Seringai lebar mulai terlukis di bibirku, dan aku mulai merasakan gejolak semangat di dadaku.

"Kami-sama, bisakah kau memberikanku sihir penambah kekuatan yang banyak."

"Huh, apa yang ingin kau lakukan?!"

"Sudah jangan banyak tanya, cepatlah lakukan!"

"Ya ampun, baiklah! [Powered] [Powered] [Powered]—!!"

Setelah sang dewi memberikan sihir pendukung secara beruntun, aku merasakan kekuatan yang melimpah di dalam tubuhku, dan kemudian, dengan satu tarikan nafas yang panjang, aku mulai meraung.

"Oooohhhhh—!!"

"Kyaaah!! O-Oi, apa yang ingin kau lakukan?! Tunggu! Serius, tunggu sebentar! Apa yang ingin kau lakukan tiba-tiba?! Sebelum kau melakukan itu, turunkan aku dulu!! Kyaaahhh!!"

Mengabaikan dewi itu yang mulai mengatakan sesuatu yang tidak jelas, aku langsung berlari sekencang-kencangnya, mengerahkan seluruh kekuatan yang ada, aku menabrakkan tubuhku ke sebuah pohon terbakar yang ada di dekat monster itu dan mendorongnya dengan sekuat tenaga.

"Kyaaaahhhhhh—!!"

"Oooooohhhhhh—!!" teriakku, yang menyatu dengan suara jeritan histeris sang dewi.

Kemudian—

'Bum!!'

Dengan bunyi ledakan yang keras, pohon itu mulai retak dan mulai tumbang.

Karena itu sudah terbakar, itu menjadi lebih mudah untuk tumbang, dan jika bukan karena sihir pendukung dari sang dewi, aku mungkin tidak akan sanggup untuk menjatuhkannya.

Tapi, dengan ini—

"Oi, kau! Cepat pergi dari sana!!"

Sepertinya, menyadari niatku, sosok itu segera menjauh dari pohon yang tumbang. Sedangkan monster itu, yang tidak paham dengan situasi yang baru saja terjadi, tidak sempat untuk menghindar dan pada akhirnya tertimpa oleh batang pohon besar itu, lalu mati dengan tubuhnya yang hancur.

Melihat itu, aku menghela nafas dengan lega, namun—

"Kau, dasar bodoh! Apa yang telah kau lakukan?! Apa kau mau membunuhku?! Apa yang terjadi jika kau gagal?! Aku pasti akan mengutukmu!!" Dewi itu mencekikku dan mulai protes dengan apa yang baru saja kulakukan.

"A-Apa boleh buat, kan? ! Hanya ini cara yang bisa kupikirkan!!"

Selagi kami berdua bertengkar, sosok yang baru saja kuselamatkan itu berjalan mendekati kami dan berkata dengan suaranya yang rendah.

"U-Umm, te-terima kasih telah menyelamatkanku."

Kerika itu juga, aku dan dewi itu berhenti bertengkar dan melihat sosok itu dengan mata yang terkejut. Suara kami saling tumpang tindih begitu melihat wujud asli dari sosok tersebut.

Bagaimanapun, dia adalah—

"—Elf…"