webnovel

Getsu : Standing In The Gates Of Fate

Rai Atlas secara misterius dikabarkan hilang. Dugaan mengatakan bahwa ia diculik. Namun, bukti terkait hal tersebut tidak kunjung ditemukan. Kenyataannya Ia berpindah ke sebuah dunia paralel yang bernama Eucratia. Di dunia paralel ini, ia dilabeli sebagai keturunan iblis perusak oleh para penguasa. Ini semua terjadi karena adanya legenda tentang ras manusia dengan kemampuan berpindah-pindah dunia bernama "Singular" yang ditulis pada tablet legenda Eucratia. Situasi memburuk ketika laskar khusus pembasmi Singular bernama "Resister" kembali dibangkitkan untuk memburu dirinya. Hal ini pun memaksanya untuk berlatih keras dalam membela dirinya sendiri. Namun, itu berarti ia akan terpaksa untuk membunuh para prajurit Resister. Akankah Rai bisa selamat dan kembali ke dunia asalnya? Atau apakah ia akan terpaksa menjadi iblis seperti Singular terdahulu? Mungkinkah ada jalan lain yang bisa ia tempuh? Illust by: Pipit & White_Rover

White_Rover · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
10 Chs

Prolog

Dunia. Dunia bukan tempat yang begitu indah bagi beberapa manusia. Banyak pertengkaran, dan ketidakadilan. Banyak oknum-oknum yang berkuasa dengan rakus menciptakan banyak orang benci melihat keadaan dunia. Namun bagaimana lagi? Mereka sudah terlanjur lahir ke dunia ini. Penyesalan pun tidak berguna karena mereka terlanjur terjun ke dalam jurang. Ini adalah kisah tentang pemuda yang bernama Rai . Tidak seperti kita, Ia bukanlah orang yang beruntung, karena dirinya lahir di keluarga sebagai anak tunggal, yang kerap diberikan berbagai pengalaman traumatis.

Sejak kecil, Rai sering mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya. Ia tidak begitu mengerti mengapa mereka saling beradu mulut namun, bayi manapun pasti bisa merasakan sedih ketika melihat aksi keduanya. Tidak lama setelah masuk ke sekolah dasar, Ibu Rai sering memukul Rai karena dirinya tidak mendapat nilai sesuai ekspektasinya.

Kemudian, entah bisa dibilang karma atau tidak, Ayahnya, yang menjadi pemabuk sejak mendapat pangkat tinggi di perusahaan, sering memukul dan menindas istrinya itu sendiri. Tidak jarang Rai sulit tertidur karena ulah ayahnya.

Beranjak ke usia remaja, ia memahami bahwa ia hanya bisa berdiam diri. Ia tahu, apapun yang ia lakukan tak akan pernah bisa merubah sikap ayah dan ibunya. Anehnya, hal itu tidak membuatnya menjadi seorang berandal. Ia malah menjadi anak yang sangat santun dan lemah lembut. Ia adalah pemuda yang selalu menahan beban berat dibalik senyum manisnya. Meski begitu, ia tidak dekat dengan siapapun. Ia adalah tipe orang yang tidak ingin terlibat.

Pada umur 16 tahun, hari senin, Rai tidak kunjung kembali pulang ke rumahnya. Naasnya Orang Tua Rai pun bahkan tidak sadar dirinya hilang. Rai baru dilaporkan hilang oleh wali kelasnya hari rabu. Dikarenakan Rai tidak dekat kepada siapapun di sekolah, kasus kehilangannya sangat misterius dan sulit dipecahkan.

Setelah beberapa hari, polisi menemukan sebuah mayat. Muka mayat itu telah hancur, seperti terlindas dan dan dicakar berulang-ulang kali. Membuatnya tidak bisa dikenali. Saat penyelidikan berlangsung, kepolisian digemparkan ketika mengetahui tidak ada sidik jari yang terdeteksi pada mayat ini. Hal supernatural ini lantas membuat pemerintah bingung atas apa yang terjadi.

Ahli forensik dunia pun dikerahkan untuk meneliti jasad ini. Namun, saat sebelum mereka sampai, jasad yang hendak diteliti ini hilang entah kemana. Para pihak peneliti sempat menduga terjadi pencurian. Namun, saat kepolisian mengecek cctv muncul keanehan lagi. Rekaman menunjukan bahwa jasad ini hilang begitu saja. Tepatnya pada jam 22:00 malam, jasad ini tiba-tiba melepuh, serpihannya terbang ke udara dan dalam beberapa detik jasad tersebut habis.

Terbangnya serpihan tersebut sangat cepat, jasad itu terdisintegrasi dalam waktu 30 detik saja. Kasus Rai dan jasad yang ditemukan ini pun, akhirnya tidak terselesaikan. Membuat dunia dilanda misteri berkepanjangan. Namun, demi kenyamanan bersama, hal ini dirahasiakan oleh pemerintah agar tidak memicu keributan.

.

"Kematian adalah hal yang pasti dihadapi semuanya…"

"Entah kau kuat ataupun lemah…"

"Entah kaya ataupun miskin…"

"Entah kau baik maupun jahat…"

"Kau terlahir ke dunia berdasarkan takdir…"

"Takdir yang tidak bisa kau ubah dan hanya bisa kau terima…"

"Menyiksa bukan?"

.

"Sejak Kau lahir…"

"Kau hidup mengharapkan kematian…"

"Tanpa pernah terpikirkan olehmu untuk menikmati hidup.."

"Kau menolak segala interaksi sesama dengan alibi…"

"Aku hanya ingin mereka bahagia dan tidak mengkhawatirkan diriku."

"Kau sungguh menderita…."

"dan atas penderitaanmu.."

"Kau berhak diberi kesempatan baru…"

"Kau berhak untuk memiliki takdir yang baru…"

"Kau berhak untuk senang.."

"Kau berhak untuk bahagia…"

"Kau akan diberikan kekuatan untuk melawan takdir.."

"Tapi apakah kau bersedia untuk hidup kembali?"

"Untuk menjalani hidup, yang hari demi harinya dipenuhi misteri?"

"Yang mungkin bisa membuat jiwa mu lebih sengsara?"

.

"Kau akan diberikan sisa umurmu…"

"Lakukan apa yang menurutmu benar…"

"Carilah alasan untuk hidup."

"Lalu berikanlah jawaban itu pada diriku."

.

.

.

[The Fool Has Entered Eucratia]

.

.

.

"Dimana Ini?" ucap Ku.

Lantai catur, aurora,dan pintu raksasa.

Lantai yang dipenuhi darah berwarna warna merah gelap.

Di sekitarnya nampak serpihan daging bertebaran.

Aurora di langit yang memikat mata, membuatku lupa akan seramnya suasana lantai. Gerbang raksasa berpola aneh, menciptakan sejuta tanya tentang fungsinya.

Penasaran. Itu lah sensasi yang aku rasakan. Rasa ingin tahu, akan apa maksud semua ini. Naluri itu membuatku melangkah, sedikit demi sedikit. Namun, tidak sekali dua kali aku kembali mundur karena takut menginjak darah dan serpihan daging. Aku pun mengarahkan pandangan ke langit, melihat aurora cantik untuk mengembalikan rasa tenang. Kemudian perlahan-lahan aku terus berjalan melewati ribuan serpihan daging dan darah. Melewati jutaan sel makhluk hidup demi memuaskan rasa penasaran.

Akhirnya aku telah sampai. Sampai di depan gerbang. Gerbang dengan pola yang sangat absurd. Sama seperti konsep dan elemen-elemen ruangan ini. Namun, aku tiba tiba berpikir. Ini mungkin bukanlah sekadar ruangan. Mungkin ini adalah perumpamaan ego manusia. Siapapun yang ingin mencapai sesuatu harus bisa menginjak berjuta hal lainnya dan tetap berusaha tenang sambil melakukan itu.

"Untuk menggunakan kekuatan yang dahsyat, dibutuhkan keberanian menginjak segala yang menghalangi" ucapku.

Aneh. Meski aku barusan mengucapkan hal tersebut, aku tidak merasa ungkapan itu benar. Apa yang aku ucapkan nampak seperti kata-kata mutiara dari seorang yang gila kekuatan. Pandanganku kemudian kembali terarah kepada gerbang raksasa.

Gerbang berpola aneh itu, memikat kedua mata ku, seakan menyuruh diriku untuk menyentuhnya. Aku berjalan sedikit demi sedikit. Tanganku meraih dan menyentuh gerbang itu. Aku mencoba mendorongnya, namun gerbang itu tidak bergerak.

Tanpa kusadari, langit mulai bertingkah aneh. Aurora yang semula ku lihat berwarna ungu kebiruan kini berubah-ubah warna. Ia tampak terdistorsi. Serpihan daging di lantai tadi, bergerak kesana kemari. Layaknya terjadi sebuah gempa di lantai itu. Badanku tidak merasakan apa-apa, dan hanya bisa terdiam melihat suasana itu. Namun di saat itulah, Gerbang bergesek. Membunyikan semacam suara yang nyaring. Suara itu menyakiti telingaku. Aku berusaha tidak menyumbat telinga ku. Namun, itu semua sia-sia aku tetap merasa kesakitan. Aku merintih dan meringis.

"AAAAAA" teriakku.

Aku pun terjatuh dan pingsan.

Setelah entah berapa lama, suara nyaring sebelumnya tidak lagi terdengar olehku. Melainkan ada suara lain yang membuatku penasaran.

Suara ini?

Aku yakin bahwa sekarang aku mendengar kicauan burung hantu.

Hal itu membuatku berusaha membuka mataku.

Namun, aku tidak mampu.

Mataku terasa sangat berat.

Badanku pun terasa begitu lemah.

Apakah aku sebaiknya berhenti di sini saja?

Di saat diriku mengucapkan itu. Suara asing seperti berbicara di kepala ku.

"Kau yakin ingin selesai di sini?"

Aku tidak mengenali suara itu. Tapi entah kenapa ucapannya benar. Aku tidak ingin semua berakhir di sini.

Kemudian entah mengapa, aku bisa merasakan kembalinya stamina ku. Badanku tidak lagi lemah dan mataku tidak lagi berat. Aku pun membuka mataku kembali.

Aku terbangun di ladang rumput yang suasananya terasa sejuk, mengundang rasa kantuk.

Sambil memandang suasana malam di ladang rumput yang luas ini aku bertanya pada diriku sendiri "Sebenarnya apa yang aku lakukan disini?"

Apakah gerbang tadi membawa diriku ke sini? Atau mungkinkah aku hilang ingatan?

Asumsi memenuhi benakku. Namun, naluri secara tidak sadar membuat mataku tertuju pada langit.

Kepala ku hadapkan ke atas.

Di sana nampak sepasang bulan serta ribuan bintang yang menghiasi malam. Pemandangan yang sungguh indah, membuat rasa sepi malam seakan hilang. Hati ku yang semula gundah seakan kembali tenang dan damai.

Aku bangun dari posisi tiduran ke duduk sila di ladang tersebut.

Dan entah darimana aku bisa mendengar hentakan kaki seseorang.

Tap Tap Tap

Hentakannya mungkin pelan tapi aku yakin adanya.

Dari arah utara aku melihat sesosok bayangan. Nampak seperti manusia yang bergerak ke arahku. Entah mengapa rasa takut dan kengerian memenuhi hatiku. Aku merasakan ada mara bahaya yang datang.