webnovel

Saudari Kembar IV

Karena itu lah, baik dalam segala hal, mulai dari segi kekuatan, umur, dan bahkan penampilan, semua aspek yang mereka miliki telah te-refine ke tingkat yang lebih tinggi.

Dengan tingkat evolusi yang telah mereka miliki saat ini, bahkan meskipun mereka semua telah berumur lebih dari seratus tahun, mereka semua akan tetap tampil seperti seorang yang masih muda belia di usia remaja karena secara alami umur mereka memang baru seperempat jalan dari rentang usia maksimal yang mereka miliki.

Lalu setelah Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane selesai menjelaskan tentang keberadaan para kultivator, kali ini giliran Vivadhi Ranata lah yang berbicara kepada kedua orang tua tersebut.

Sang lelaki memulai pembicaraan nya dengan bagaimana dia telah bertemu dengan kedua orang gadis kembar tersebut di pagi hari, tentang bagaimana kedua orang gadis kembar tesebut mempunyai temperamen dan perangai yang baik, sehingga mereka berdua sangat cocok untuk mulai berlatih menjadi kultivator.

Vivadhi Ranata kemudian mengutarakan niatnya kepada kedua orang tua tersebut bahwa sang lelaki telah berhasrat untuk mengambil kedua orang gadis kembar tersebut di bawah bimbingan dan naungannya dan melatih mereka berdua untuk menjadi kultivator dan berevolusi ke tingkat yang lebih tinggi seperti dirinya dan kedua orang wanita yang duduk di sisinya saat ini.

Untuk itu, sang lelaki meminta ijin dari kedua orang tua tersebut untuk mengambil kedua anak gadis mereka.

Kedua orang tua Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang hingga sampai saat ini hanya terdiam saja sambil berusaha untuk mencerna segala hal yang telah terjadi dan informasi yang telah mereka terima, kini terhenyak dan terlarut dalam pikiran mereka masing – masing.

Si Bapak, sebagai seorang lelaki yang secara alami memiliki hasrat untuk memburu kekuatan, tentu saja merasa bangga bahwa kedua anaknya telah menarik perhatian para pendekar sakti mandraguna dan bahkan dijanjikan akan dilatih oleh mereka untuk ikut menjadi orang – orang yang sakti.

Namun dirinya masih merasa sedikit ragu dan menyangsikan kekuatan dan kesaktian dari ketiga orang yang sedang duduk di depannya saat ini, bagaimana pun juga dari tadi dia hanya mendengarkan omongan mereka saja dan belum melihat seperti apa kekuatan dan kemampuan yang dimiliki oleh mereka dengan mata kepalanya sendiri.

Sementara itu, si Ibu sebagai seorang wanita merasa sedikit khawatir akan masa depan kedua orang anak gadisnya sebagai sesama perempuan.

Apalagi si Ibu sebagai seorang wanita yang telah dewasa dan memiliki pengalaman hidup yang cukup juga dapat dengan mudah menangkap maksud –maksud yang tersirat dari kata – kata Vivadhi Ranata.

Setelah sang lelaki berhasil melatih kedua anak gadis mereka nanti, lalu apa?

Apakah mereka berdua kemudian akan dilepaskan begitu saja?

Pasti tidak, bukan?

Pasti lah nanti, cepat atau lambat, kedua anak gadis mereka tersebut akan diikat dengan satu atau lain hal, sehingga tidak akan bisa berpisah lagi dari sang lelaki.

Lalu jika hal seperti itu sampai terjadi, bagaimana dengan kehidupan mereka berdua sebagai seorang wanita?

Vivadhi Ranata, bersama dengan Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane yang telah selesai menjelaskan maksud kedatangan mereka kini duduk diam saja sembari mengamat – amati kedua orang tua yang duduk di hadapan mereka, beserta juga si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang matanya terlihat dengan jelas telah berbinar – binar dengan penuh harap agar orang tua mereka setuju untuk mengijinkan mereka berdua untuk bersama dengan Vivadhi Ranata.

Si Bapak, sebagai kepala keluarga, adalah yang paling pertama membuka mulutnya.

Pertama – tama, terlebih dahulu dia menyatakan rasa hormat dan kagum yang dimiliki olehnya kepada para kultivator dan orang – orang sakti yang dijelaskan oleh sang lelaki beserta kedua orang wanita yang bersamanya.

Lalu dengan sangat sopan, dia meminta sang lelaki untuk membuktikan sedikit kekuatannya untuk meyakinkan diri dan keluarganya.

Karena walau pun kedua anaknya telah melihat dengan mata kepala mereka sendiri kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh Vivadhi Ranata beserta Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane, namun dia sendiri beserta kedua istrinya masih belum melihat kekuatan macam apakah yang dimilik oleh mereka bertiga.

Dengan tertawa kecil, Vivadhi Ranata pun mengajak mereka semua untuk pergi mengikuti dirinya menuju halaman belakang rumah mereka.

Dengan indra spiritual mata batin yang dimiliki oleh dirinya, sang lelaki telah melihat dan mengingat denah rumah keluarga Nadhine yang baru pertama kali di datangi oleh dirinya saat ini.

Dengan lancar dia berjalan menyusuri rumah keluarga Nadhine yang cukup luas seolah dia lah yang empunya rumh sebelum kemudian membuka pintu menuju ke halaman belakang rumah mereka.

Dengan telunjuk tangan kanannya, sang lelaki menunjuk sebuah batu dan pohon besar yang ada di perbatasan rumah keluarga tersebut dengan kebun buah – buahan yang dirawat oleh mereka sambil bertanya, apakah tidak apa – apa jika dia menghancurkan kedua benda tersebut.

Kedua orang tua Nadhine kembar yang melihat sebongkah batu besar seukuran mobil box dengan pohon paulownia tua yang sangat lebat yang memiliki batang selebar pelukan tangan orang dewasa dan akar – akar berukuran besar yang menjalar kemana – mana dan sebagian terjalin menjadi satu mengikat batu besar tersebut pun mengangguk - anggukkan kepala mereka pertanda setuju.

Sejak dulu mereka sekeluarga telah berniat untuk memindahkan atau bahkan menghancurkan bongkahan batu dan pohon besar tersebut untuk menambah jumlah lahan yang bisa ditanami oleh pohon buah – buahan di kebun mereka, namun karena ukurannya yang terlalu besar dan lagi mereka semua pun juga tidak mau repot – repot mengurusi hal tersebut hanya untuk menanam satu atau dua batang pohon buah yang baru, sehingga pohon dan batu besar tersebut pun masih terbengkalai dibiarkan saja sampai sekarang.

Dan kini setelah ada orang yang ingin menawarkan dirinya untuk mengurus pohon dan batu besar tesebut, kenapa pula harus mereka tolak?

Vivadhi Ranata yang telah mendapat ijin dari kedua orang tua Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya pun dengan sigap langsung meloncat sejauh sepuluh meter hanya dengan satu langkah saja.

Kedua orang tua Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang melihat hal ini pun langsung kaget melihat gerakan sang lelaki.

Apalagi setelah kemudian mereka sekeluarga melihat sang lelaki menghancurkan batu besar seukuran mobil box tersebut hanya dengan satu pukulan dari telapak tangannya yang dengan penuh tekanan ekstra kuat dari aura kekuatan yang menyelimuti pukulan tersebut melumat batu besar tersebut hingga menjadi bubuk – bubuk putih sehalus bedak yang dengan satu hantaman.

Kemudian tatkala keluarga Nadhine melihat bagaimana Vivadhi Ranata mengeluarkan sebilah Guan Dao entah dari mana dan memotong pohon besar tersebut hingga terbelah menjadi dua hanya dengan sekali ayunan, maka yakin lah kedua orang tua Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya bahwa Vivadhi Ranata itu memang orang yang kuat lagi sakti mandraguna.

[Catatan Penulis: Ilustrasi Penggambaran Guan Dao dan Pohon Paulownia nya saya upload ke kolom Komentar ya. Bisa kalian bandingkan perbandingan ukuran pohonnya dengan ukuran manusia itu sebesar apa kan?]

Chương tiếp theo