"Hah ...."
Su Jing menghela nafas sembari menarik koper yang dia bawa. Sudah satu tahun sejak Su Jing menjadi pengangguran karena telah menyinggung supervisor nya di kantor Su Jing bekerja. Banyak pekerjaan lain yang sudah Su Jing lakukan tetapi Su Jing merasa tidak puas dengan pekerjaan tersebut. Itulah alasan mengapa Su Jing saat ini membawa kopernya ke kampung halamannya. Setiba di kampung halamannya, Su Jing menyapa tetangga tetangga nya yang satu persatu. Untungnya Kampung keluarga Su ini tidak memiliki banyak warga jadi dalam waktu 30 menit saja, Su Jing sudah selesai menyapa semua tetangganya.
"A'jing, akhirnya pulang juga kau ini." Sapa lelaki yang membawa keranjang berisi ikan.
"A'liang, denger-denger udah punya anak ya kamu." Jawab Su Jing tersenyum. Lelaki ini bernama Su Liang, teman main Su Jing saat kecil. Su Jing mendengar bahwa Su Liang sudah menikah tahun lalu dan sudah memiliki anak perempuan.
"Haha ..., iya nih. Kalo kau gimana A'jing, udah dapet pacar belum? Cewe kota? Kenapa gak sekalian diajak aja kemari?" Tanya Su Liang tertawa.
"Masih single aku."
"Cocok tuh, kau masih ingat Shi Qing? Aku dengar dia juga masih single, gimana kalo kau coba ketemu sama dia. Mungkin saja dia selama ini menunggu kamu."
"Ngaco kamu ...." Bantah Su Jing sambil mengingat wajah Shi Qing. Shi Qing dan Su Jing adalah teman semasa kecil (Osananajimi), dari SD sampai SMA selalu masuk sekolah yang sama. Dia berwajah cantik nan imut berkulit putih bagaikan mutiara (Joke), banyak yang bilang dia itu cewe tercantik di kota dan Su Jing juga merasa dari semua wanita yang pernah dia lihat, Shi Qing adalah yang nomor satu.
Nilai ujian masuk perguruan tinggi Shi Qing sebenarnya lebih tinggi daripada Su Jing, tetapi ayahnya jatuh sakit dan memerlukan biaya yang cukup besar yang akhirnya memaksa Shi Qing untuk tidak masuk perguruna tinggi dan memilih untuk menggunakan uang tersebut untuk keperluan ayahnya berobat.
Su Jing sesekali membantunya sebelum perkuliahan dimulai dan selalu chatting dengannya saat sudah masuk perkuliahan. Namun, perlahan-lahan hubungan mereka mulai renggang sampai pada tahap mereka tidak pernah lagi berbincang satu sama lain.
Kabar terakhir darinya Su Jing dengar kalau dia sudah melunasi hutang ayahnya. Ayahnya pun sudah sehat dan bisa bekerja kembali dengan normal.
"Jangan tunggu-tunggu lagi, kau nanti nyesel deh kalo nanti tiba tiba dateng undangan nikahnya Shi Qing. Gimana kalo nanti kau kerumah ku saja, sekalian kau nengok anakku?"
"Aduh ... nanti lagi deh, masih cape aku dari kota kesini, pengen langsung rebahan dulu di rumah, besok lagi deh ya kita omonginnya." ucapnya lirih.
"Oke dah, awas jangan lupa kau mampir kerumahku. Aku buru buru ya ini ikan harus cepet di keringin, bye." Su Liang membawa kerangjang ikan dan pergi dengan langkah yang cepat.
"Bye." Setelah berpamitan Su Jing meneruskan langkah ke rumahnya. Setiba rumahnya, terlihat rumah tua yang tidak terawat. Terbayang oleh Su Jing jika datang angin puting beliung atau gempa kecil sepertinya rumah ini akan runtuh dengan mudah. Su Jing tertawa sinis akan pikiran konyol nya.
Orang tua Su Jing keduanya seorang guru di sebuah sekolah. Saat Su Jing masuk SMP, dia pindah ke kota. Setiap tahun baru Su Jing dan orang tuanya selalu pulang ke rumah ini dan mereparasi bagian yang bisa di service. Namun, hal tersebut semakin malas dilakukan saat dia tumbuh dewasa.
"Hah ...."
Su Jing mengoreh saku dan mengambil kunci rumah, membawanya ke lubang kunci, tetapi entah karena karat dan debu yang menumpuk. Kunci tidak berfungsi sesuai fungsinya. Dia mencoba memaksakan kunci tersebut untuk masuk ke lubang kuncinya. Namun, hal itu malah memperparah kerusakan nya. Di tangannya sekarang terdapat kunci dan juga lubang kunci berserta gagang pintunya. Dia membuang keduanya ke tempat sampah lalu masuk ke dalam rumah.
Debu yang terkumpul entah selama beribu tahun membuat hidung Su Jing gatal. Dia melihat rumahnya yang penuh kenangan ini tertutup debu di semua bagian dan semua sudut ruangan. Melihat situasi ini, ingin menangis rasanya saat memikirkan berapa lama waktu yang harus digunakan untuk membereskan semua ini. terutama atap yang bolong dan membuat air hujan masuk, terlihat dengan jelas genangan air yang terletak di tengah ruangan. Su Jing kembali kesini ingin bersantai menjauhkan pikirannya dari hal hal buruk yang terjadi, tapi malah mendapati rumahnya seperti ini.
"Uwaaaaah." teriakl Su Jing memegang kepalanya dengan kedua tangan.
Su Jing berhenti mengeluh dan segera pergi ke halaman belakang rumahnya. Halaman belakang rumah ini langsung mengarah ke laut, jadi dia selalu rebahan sembari melihat laut biru yang indah. Nikmat rasanya menghirup udara segar pedesaan sambil rebahan ditemani kopi hangat dan membaca buku dengan pemandangan laut yang sekitarnya pepohonan hijau.
Sesampainya Su Jing di halaman belakang, wajahnya langsung mengerut. Dia sama sekali tidak dapat melihat laut, pemandangannya tertutup rumput tebal yang menjulang tinggi dan pepohonan yang menutupi pandangannya.
"Harus di beresin dulu ini mah, kalo gak bisa mati aku stress."
Su Jing mendapati hampir semua bagian rumahnya bocor. Namun, setidaknya kamar dia tidak bocor dan hanya perlu membuang semua debu yang menumpuk saja. Kamar mandi juga tidak bocor, air nya lancar, hanya saja lantainya berdebu dan bathtube nya tidak bisa dipakai. Dia bertekad untuk membereskan ruang yang fungsi nya vital untuk kehidupannya saja seperti kamar mandi, dapur, dan kamarnya.
Su Jing membuka HP nya dan melihat waktu sudah masuk tengah malam. Karena sudah sangat cape. Dia segera mandi, lalu memakan snack yang tersisa di perjalanan sebelum akhirnya tidur dengan lelap.
Beberapa jam setelah Su Jing tertidur, hujan besar disertai petir turun di desa. Setiap bagian rumah bergetar karena angin yang besar. Hujan yang turun membuat sebagian rumah bocor. Pusaran hitam terlihat di halaman belakang rumah. Dari pusaran tersebut keluar benda benda asing yang memiliki bentuk aneh. Tidak lama setelah pusaran tersebut mengeluarkan semua benda asing tersebut. Pusaran itu lalu hilang tanpa ada jejak. Saat semua kejadian berlangsung, Su Jing dengan lelapnya tertidur tanpa terganggu dengan semua itu.
Sesaat setelah pusaran tersebut menghilang, hujan pun terhenti, angin serentak diam. Suasana di desa kembali normal seperti hal tersebut tidak pernah terjadi.
* * *
Dalam pesawat antar galaktik raksasa terdapat seseorang yang sedang menyampaikan pesan.
"Kapten, wormhole test number 69 telah berhasil. Penduduk dunia itu hanyalah manusia rendahan yang tidak memiliki kekuatan sama sekali. Laporan dari ilmuwan kita mengatakan bahwa aman untuk kita membuang sampah multiverse ke dunia tersebut. Ini menjadi keberhasilan ke 10 kita dan menjadi tempat terakhir."
"Umu ... kerja baik, kunci koordinat dari ke-10 dunia itu. Kedepannya semua sampah multiverse yang masuk ke cargo kita akan dibuang ke 10 dunia itu."
"Baik, kapten!"
"Putar balik dan kembali ke stasiun."
"YES SIR!"