webnovel

4. Boneka Beruang

Sekitar satu tahun yang lalu ….

Tom dan Archie datang ke dalam sebuah pesta yang diadakan oleh salah satu anggota keluarga mereka. Tujuan Tom mengajak Archie untuk ikut ke dalam pesta itu agar dia bisa melupakan sejenak kematian ibunya yang belum lama terjadi. Saat menaiki anak tangga, Archie terlihat lesu saat menaikinya. Bahkan, gandengan tangan Tom tidak bisa membuatnya ikut melangkahkan kaki seirama dengan ayahnya. Melihat kondisi itu, Tom merasa sedih. Dia merasa bimbang apakah melakukan hal semacam ini bisa membuat Archie melupakan sejenak kematian ibunya atau malah membuatnya terus mengingat kejadian itu. Dengan sabar, Tom mencoba menjelaskan kepada Archie.

Tom duduk bersimpu, memegang kedua pipi Archie dengan tanganya dan menatap mata Archie yang terlihat sangat murung.

“Dengar, Arch. Aku sangat sedih melihatmu terus seperti ini. Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu, bahkan aku lebih tersakiti dibandingkan dirimu. Tapi, kita berdua harus tetap maju. Kalau tidak, ibumu pasti akan sedih melihat kita nanti.”

Archie menatap sejenak Tom dengan sedikit tersenyum. Dia menganggukkan kepalanya, menuruti apa yang dikatakan oleh Tom. Mereka berdua pun masuk ke dalam gedung tempat acara berlangsung. Di sana, banyak pasang mata yang menatap ke arah keduanya. Mulut setiap orang yang melihat mereka, terus bergerak entah mengatakan hal apa. Keadaan itu membuat Archie bingung. Dia terus menatap ke sekelilingnya, berusaha mencari tahu apa yang sedang orang-orang bicarakan.

\

Tom juga hanya bisa tersenyum menatap ke arah mereka semua, meskipun sebenarnya dia merasa kesal mendengarkan orang-orang membicarakannya dan juga Archie. Namun, dia berusaha terus menahan emosinya, karena tidak mau Archie melihatnya marah-marah atau meluapkan emosinya di tempat ini. Tom terus berjalan menggenggam tangan Archie dengan erat. Langkahnya memecah kerumunan-kerumunan orang yang sedang membicarakan keduanya. Akhirnya, setelah berhasil menerobos kerumunan itu, Tom pun bertemu dengan sepupunya yang telah membuat acara ini.

“Apa kabar, Tom?”

“Aku baik-baik saja, Pete. Bagaimana denganmu?”

“Aku juga baik-baik saja. Aku turut berduka soal istrimu.”

Tom memberikan isyarat kepada Pete untuk tidak membicarakan hal itu lagi karena ada Archie di sisinya. Pete menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, mengerti isyarat yang diberikan oleh Tom.

“Temuilah Lisa, Tom. Sepertinya, dia masih merasa menyesal dengan apa yang terjadi.”

Pete melirik ke arah Lisa berdiri, mengisyaratkan kepada Tom di mana Lisa berada. Tom pun menolehkan pandangannya, menatap ke arah Lisa yang sedang sendirian dan merenung.

“Banyak yang mengatakan berbagai macam hal negatif padanya. Aku jadi tidak enak. Padahal, tujuanku mengundang semua keluarga agar mereka semua bisa merasakan kegembiraan yang sedang aku rasakan ini.”

Tom menatap Pete lagi dan sedikit tersenyum karena perkataan Pete yang menurutnya seperti sebuah impian yang tidak akan pernah terjadi.

“Terima kasih atas undangannya, Pete. Aku sangat senang bisa datang ke sini.”

“Sama-sama, Tom. Nikmatilah pestanya, ‘sepupu’.”

Tom dan Pete sedikit tertawa menertawakan gurauan yang dilontarkan oleh Pete. Pete mengangkat gelas di tangannya, Tom menganggukkan kepalanya, lalu pergi menghampiri Lisa bersama dengan Archie. Archie merasakan genggeman tangan ayahnya yang semakin kuat. Dia juga melihat raut wajah ayahnya yang datar, namun tatapannya yang tajam. Membuatnya bertanya-tanya apa yang membuat ayahnya menahan emosi sampai seperti ini.

“Ayah.”

Tom sama sekali tidak mengindahkan panggilan Archie dan tetap menatap lurus ke depan dengan tatapan tajamnya.

“Ayah.”

Kali ini, Archie memanggil ayahnya lagi dan menghentikan langkahnya. Hal itu pun membuat Tom menghentikan langkahnya karena genggaman tangan Archie menahan tangannya. Di saat itu juga, Tom tersadar. Genggaman tangannya yang sangat kuat menggenggam tangan Archie, telah dia lepaskan. Tom pun berbalik badan, menghadap ke arah Archie dan mengusap lembut kepala Archie dengan perlahan.

“Terima kasih, Archie. Berkatmu, aku bisa menahan emosiku lagi. Maaf, kau pasti khawatir. Ayo, kita hampiri Tante Lisa lagi.”

Archie menganggukkan kepalanya dengan sedikit tersenyum. Dia bersyukur ayahnya sudah bisa kembali seperti semula lagi. Tom dan Archie pun bergandengan tangan lagi dan berjalan menghampiri Lisa. Ketika sudah di hadapan Lisa, Tom melihat Lisa dari ujung kaki sampai kepala. Dia sudah berdiri sedekat ini, namun Lisa masih belum juga menyadari keberadaannya. Saat dia ingin memanggil Lisa, Archie menarik-narik tangannya dan menggelengkan kepala ketika menatapnya.

Archie pun melepaskan genggaman tangannya, lalu berdiri di hadapan Tante Lisa. Dia menarik-narik dengan pelan bagian tengah rok yang dikenakan oleh Tante Lisa.

“Tante Lisa, Tante Lisa.”

Tindakan Archie ini berhasil membuat Lisa tersadar dari lamunannya. Dia terkejut begitu melihat Archie sudah berada di depannya, bahkan dia lebih terkejut lagi ketika melihat Tom ada bersama dengan Archie.

“Archie … Tom … apa kabar?”

“Kami berdua baik-baik saja.”

Tom menjawab pertanyaan Lisa dengan tersenyum. Dia juga langsung menyela Archie dengan mengelus-ngelus kepala Archie sebelum dia menjawab pertanya dari Lisa. Alasannya melakukan hal itu, karena tahu Archie pasti akan mengatakan dirinya tidak baik-baik saja karena sudah meluapkan emosinya tadi.

Archie menatap sinis Tom karena kesal kepalanya dielus hanya karena dirinya dipaksa untuk tutup mulut. Namun, dia tidak benar-benar marah padanya. Dia tahu kalau Tom hanya mencoba menutupi apa yang sudah terjadi, dengan cara bercanda.

“Di mana Rachel? Apa dia tidak ikut ke sini?”

“Dia ikut. Tapi, aku menyuruhnya untuk bermain dengan yang lain. Aku belum bertemu dengannya lagi.”

Tom menatap ke arah Archie dan mengedipkan matanya satu kali dengan tersenyum. Archie sudah tahu, ayahnya melakukan hal itu pasti ada sesuatu yang akan dia katakan dan akan membuat Archie kerepotan.

“Bagaimana kalau Archie saja yang mencarinya? Biar Archie juga bisa ikut bertemu dengan sepupunya yang lain.”

“Boleh saja.”

Tom kembali menatap Archie dengan tersenyum. Raut wajah Archie terlihat jengkel sekali, wajahnya mengisyaratkan seakan dia mengatakan, “Sudah kuduga” di dialam hatinya. Archie pun pergi mencari Rachel, meninggalkan Tom bersama dengan Lisa. Mengelilingi tempat ini, sebenarnya adalah sesuatu yang tidak nyaman untuk dilakukan oleh Archie. Pandangan-pandangan mata orang-orang di sekitarnya, masih saja terlihat seperti sedang mengamatinya dan juga membicarakannya. Tapi, hal itu sama sekali tidak dihiraukan olehnya.

Setelah berkeliling di sekitar aula, Archie sama sekali tak menemukan adanya anak kecil. Hanya ada orang-orang dewasa yang sedang berkumpul. Karena kelelahan, dia pun memutuskan untuk mengambil segelas air dan mencari udara di balkon. Baru sampai di depan pagar pembatas balkon dan menenggak minumnya, Archie langsung menemukan keberadaan Rachel. Rachel ada di taman bersama dengan tiga anak lainnya. Namun, Rachel terlihat seperti sedang dijahili. Archie pun bergegas menuju ke taman untuk melerai keempatnya.

“Kami juga ingin bermain dengan bonekamu.”

“Pinjam sebentar saja, tidak boleh?”

“Cepat berikan.”

“Tidak! Sampai kapanpun tidak akan aku berikan!”

Di taman, Rachel terus memeluk erat bonekanya dan terus menjauhkan bonekanya dari genggaman tangan ketiga anak itu yang mencoba dengan paksa mengambil bonekanya. Archie pun datang dan langsung berdiri di depan Rachel. Dia menatap dengan sinis ketiga anak perempuan yang sedang mengganggu Rachel.

“Pergilah. Kalau dia bilang tidak mau, ya tidak mau.”

“Ikut campur saja. Ayo kita pergi.”

Dengan tatapan sinisnya, ketiga anak perempuan itu pun pergi meninggalkan Archie dan juga Rachel.

“Terima kasih.…”

Rachel gemetaran dan terlihat ketakutan. Air matanya masih menempel di matanya dan hampir jatuh membasahi pipinya. Namun, Archie langsung menghapusnya dengan ibu jari tangannya.

“Sama-sama. Sekarang, mereka tidak akan mengganggumu lagi.”

Rachel menganggukkan kepalanya setelah Archie selesai menghapus air matanya yang hampir jatuh. Archie melihat ke arah boneka beruang yang ada dalam pelukan Rachel. Boneka beruang yang sudah lusuh dan terlihat sudah kotor.

“Kenapa kau menyimpan, bahkan menjaga boneka beruang yang sudah jelek seperti itu?”

Rachel melepaskan pelukannya dari boneka beruangnya, lalu menatap boneka itu dan tersenyum bahagia ketika melihatnya.

“Hanya inilah satu-satunya pemberian yang pernah ayahku berikan sebelum dia pergi.”

Archie melihat dengan jelas ekspresi Rachel yang terlihat senang, namun seperti ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

“Apa kau menyayangi ayahmu?”

“Aku sangat menyanginya.”

“Meskipun dia adalah seorang pembunuh?”

“Ayahku bukan seorang pembunuh!”

Ekspresi wajah Rachel berubah drastis. Dia yang semula terlihat ketakutan dan gemetar, kini berdiri tegak mengepal tangannya dan menatap tajam Archie.

Archie mendengar dari beberapa orang yang berada di aula tentang ayah Rachel. Banyak dari mereka mengatakan, ayah Rachel adalah seorang psikopat yang telah membunuh banyak orang. Tapi, dia sendiri juga belum mengetahui secara pasti mengenai hal itu. Itu sebabnya, dia tidak bisa berkomentar apa-apa setelah melihat keyakinan yang dimiliki Rachel tentang ayahnya. Archie pun mengajak Rachel untuk kembali ke dalam menemui orang tua mereka. Archie dan ayahnya berpamitan pulang, sementara Rachel dan ibunya masih mengikuti acara pesta.

Dalam perjalanan pulang menuju ke stasiun sampai berada di dalam kerta, Archie dan Tom sama sekali tidak saling bicara. Archie tahu saat ini ayahnya sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya sangat kesal dan kesulitan menahannya. Hanya saja, dia tidak mengetahui apa alasan sebenarnya kekesalan ayahnya itu. Tiba-tiba saja, keadaan hening di antara keduanya seketika pecah saat Tom merangkul Archie dan memegang kepalanya, lalu saling bersandar satu sama lain.

“Sulit menjelaskan padamu apa yang sedang aku rasakan. Merasakan emosi yang meluap dalam diri, tapi tak bisa melampiaskannya. Suatu hari, kau pasti akan mengerti, Archie.”

“Emm.”

“Jangan pernah tinggalkan aku, Archie. Hanya kaulah sato-satunya alasanku bisa menahan emosiku yang bergejolak.”

“Emm.”

Mendengar jawaban singkat Archie, membuat Tom agak kesal juga dengan anaknya yang tidak tahu situasi ini. Padahal, situasi ayah anak semacam ini jarang sekali terjadi di antara keduanya. Tom pun melepaskan rangkulannya, dan menatap Archie agak kesal.

“Singkat sekali jawabanmu.”

“Memangnya kau mengharapkan aku untuk mengatakan apa?”

“Paling tidak, katakanlah ‘Aku juga menyayangimu, ayah’ atau kata-kata manis lainnya.”

“Aku tidak mungkin mengatakan hal semacam itu.”

Tom pun merangkul kembali Archie dan mengusap-ngusap kepalanya sambil tertawa. Archie juga berusaha melepaskan rangkulan ayahnya, tapi tak bisa. Bercandaan di antara keduanya membuat suasana hening yang sebelumnya terjadi, berubah menjadi penuh canda.

***

Archie pergi ke sekolah sambil terus menatap sobekan kertas kecil yang berisi pesan yang diterima oleh Ron. Dia terus mencari tahu maksud dari setiap kata yang tercantum dalam setiap kalimat yang ada, agar dia bisa memahami apa maksudnya.

“Apa yang sedang kau baca itu?”

Archie terkejut begitu Killan sudah berjalan di sampingnya. Menyembunyikan kertas itu sudah tidak mungkin lagi dilakukannya karena Killian pasti akan curiga. Dia pun memberikan kertas itu kepada Killian agar dia bisa membacanya.

“’Selesaikan lah apa yang harus kau selesaikan. Kumpulkan setiap kepingan, lalu susun menjadi satu. Barulah, kau bisa pulang.’ Apa maksudnya ini, Archie?”

“Kalau aku tahu, aku pasti sudah bisa membantunya menyelesaikan ini semua.”

Jawaban Archie membuat Killian semakin bingung dan tidak mengerti. Melihat sahabatnya kebingungan, Archie akhirnya menceritakan juga mengenai pertemuannya dengan Ron dan apa yang sedang dialami olehnya. Killian sebenarnya percaya tidak percaya mendengarkan cerita Archie mengenai Ron. Tapi, karena Archie adalah sahabatnya, Killian pun mencoba untuk mempercayainya.

“Kemarin, seharian penuh aku mencoba mengartikan kata-kata ini. Tapi, aku masih tidak mengerti juga. Hari mingguku dikorbankan tanpa mendapatkan hasil apapun.”

“Menurutku, mungkin Ron punya sesuatu yang harus dilakukannya sebelum dia meninggal. Kepingan itu bisa berarti apapun. Bisa jadi orang, atau benda. Sulit mencari tahu maknanya kalau tidak ada bukti ataupun sumber yang pasti.”

“Benar, itu dia jawabannya. Aku tahu apa yang harus dilakukan oleh Ron.”

“Heh?”

Killian hanya bisa bingung dan tidak mengerti apa ide yang baru saja didapatkan oleh Archie. Sementara Archie, terlihat sangat antusias sekali ingin segera mencoba idenya.