Semoga kalian suka...
***
Unedited
Bagi Cassidy, kata 'sebelumnya' yang diucapkan Xavier terdengar begitu menggelikan dan ironis.
Sebelumnya, ha?
Sayang sekali kata tersebut takkan membuat luka yang diberikan pria yang ada di depannya ini hilang begitu saja.
Ia membenci Xavier. Pria itu sudah membuatnya kecewa dan terluka. Terlebih lagi sebagai sahabatnya, bagaimana bisa selama sembilan tahun ini pria itu sama sekali tak pernah mencari atau bahkan menghubunginya? Cassidy merasa seperti tidak dianggap. Tiba-tiba ia merasa ingin memaki dan mencekik Xavier.
Sementara Cassidy dilema dengan pikirannya yang berkecamuk, lelaki yang menjadi objek kekesalannya hanya bisa diam saja menatapnya.
Jika melihat matanya sekarang, penyesalan, kesedihan, kerinduan dan cinta, pasti akan terlihat jelas dari sorot mata Xavier. Namun sayangnya, wanita itu begitu sibuk dengan pikirannya sendiri dan tak memperhatikan pria yang ada di depannya itu.
Ada banyak hal yang ingin dibicarakan Xavier dengan Cass. Tapi ia tak tahu dari mana harus memulainya.
"Cassidy," ujar Xavier mencoba menarik perhatian wanita itu.
Cass mengepalkan tangannya begitu mendengar namanya dipanggil oleh suara yang belakangan ini sering ia dengar lewat mimpinya. Dirinya tak bisa berbohong. Sejujurnya Cass merindukan suara Xavier.
Mendengar suara pria itu lagi, tiba-tiba kenangan mereka satu persatu mulai bermunculan dalam ingatan Cassidy.
'Di, aku suka kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?'
'Gak ah. Aku takut kalo kita putus, kita gak akan temenan lagi.'
'Siapa bilang kita bakalan putus? Kita berdua akan selalu bersama. Kemana pun kami pergi, aku akan selalu ada di samping kamu.'
Pertemuan mereka ini membuat luka Cassidy perlahan-lahan mulai terbuka lagi. Dan itu begitu sakit. Dada Cass terasa sesak, ia seperti tak bisa bernapas. Cassidy berbalik lantas meninggalkan Xavier begitu saja tanpa pamit.
Ekspresi Cassidy sebelum meninggalkannya membuat Xavier merasa khawatir dan ikut menyusulnya.
"Ad, anterin aku pulang please..." ucap Cassidy begitu melihat Adrian.
"Kamu kenapa? Muka kamu kok?" tanya Adrian khawatir.
"Badan aku rasanya gak enak..."
Dengan cepat Adrian melepaskan jas yang ia kenakan lalu mengenakannya pada Cassidy. Ia merangkul pinggang Cass dan menuntunnya keluar dari hotel tersebut.
Tanpa mereka sadari, seorang pria sedang memandangi kepergian mereka dengan sorot mata penuh kesedihan. Xavier melihat semuanya. Xavier yang semula berniat menyusul gadis itu, terpaksa harus menghentikan langkahnya begitu ia mendapati sepupunya menghampiri Cassidy. Ia mengepalkan tangannya ketika Adrian merangkul pinggang Cassidy. Xavier menundukkan kepala lemah dan mendesah.
Sebelum mengantar pulang Cassidy ke apartemennya, untuk berjaga-jaga Adrian singgah terlebih dulu ke apotek. Adrian tak yakin gadis itu memiliki obat di apartemennya. Dengan sifat dan karakter Cassidy, Adrian percaya bahwa begitu tiba di apartemennya, gadis itu pasti akan langsung masuk ke dalam kamarnya dan tidur tanpa meminum obat. Dan itu membuat Adrian khawatir.
Sementara Cassidy sedang tertidur di dalam mobilnya, Adrian turun dari mobil dan pergi membeli obat untuknya.
"Obat yang bagus buat orang gak enak badan apa ya?" tanyanya ragu pada seorang apoteker.
"Obatnya untuk siapa mas, anak-anak atau orang dewasa?"
"Perempuan, orang dewasa." Jelas Adrian bahkan menyebutkan jenis kelamin Cassidy.
Mendengar jawaban Adrian, sang apotek pun pergi mengambil obat yang diinginkan Adrian. Sang apoteker yang merupakan seorang wanita, begitu mendengar Adrian dan melihat kegelisahan yang terpancar dari wajah tampannya, tiba-tiba merasa iri dengan wanita yang disebutkan Adrian.
Setelah berhasil membeli obat untuk Cassidy, Adrian kembali ke mobilnya. Begitu masuk ke dalam mobil, suara pintu yang dibuka Adrian menyebabkan Cassidy yang semula terlelap, terbangun.
"Sudah sampai, Ad?" tanya Cass setengah sadar.
"Belom, kamu tidur lagi aja. Entar aku bangunin kamu kalo udah sampai."
"Hmmm..." gumam Cass kembali memejamkan matanya.
Sepuluh menit kemudian, mereka pun tiba di apartemen Cassidy. Adrian mengantar Cass sampai ke dalam apartemennya.
"Thanks banget, Ad..."
Adrian tersenyum lantas mengelus rambut Cassidy dan berucap, "Kamu istirahat, gih. Ganti baju. Aku bikinin teh anget dulu. Abis itu kamu minum obat."
"Hmm..."
Cassidy merasa berterima kasih pada Adrian. Bagi dirinya, Adrian merupakan seorang teman yang bisa ia andalkan. Jika ia membutuhkan sesuatu, selain Karina sahabatnya, Adrianlah yang akan ia cari. Sejengkel-jengkelnya Cassidy pada Adrian, namun dalam hatinya ia tahu bahwa sosok Adrian sangat berarti untuk dirinya.
Adrian meninggalkan apartemen Cassidy setelah memastikan wanita itu meminum obatnya. Ia lantas kembali lagi ke hotel karena welcoming party Xavier masih berlangsung.
"Teman elo kemana, Ad?" Selidik Xavier pada Adrian, masih khawatir pada Cassidy yang pergi tiba-tiba.
"Pulang"
"Pulang?"
"Hm, dia gak enak badan."
"Dia mantan pacar elo?" tanya Xavier dengan ekspresi datar yang dibuat-buat sembari memainkan gelas yang berisi wine yang dipegangnya.
Adrian yang sama sekali tak tahu bahwa sepupunya sekarang sedang menyelidikinya, dengan polosnya menjawab, "Hmmm..."
"Dia yang waktu itu elo ceritain?"
Adrian mengangguk. Kali ini ia merasa bahwa Xavier tampaknya begitu penasaran dengan hubungannya dan Cassidy.
"Elo kenapa nanya-nanya? Jangan bilang elo tertarik sama Cassidy?" Adrian setengah bercanda.
Sontak sorot mata Xavier langsung berubah serius begitu mendengar pertanyaan Adrian. Namun hanya beberapa detik saja. Kemudian ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman.
"Kalo iya kenapa? Lagian kalian berdua udah putus, kan?"
"Tetep elo gak bisa deketin dia. Dan dia juga udah punya pacar. Gue gak tau apa yang dia liat dari si Devon itu." Adrian mengucapkan kalimatnya yang terakhir dengan nada tidak suka. Dan hal itu sama sekali tak lewat dari pendengaran Xavier.
Rasa cemas sudah tumbuh di hati Xavier semenjak ia melihat kedekatan Cassidy dan Adrian. Apalagi begitu tahu bahwa Cassidy adalah mantan pacar Adrian yang dulunya sempat membuat Xavier penasaran dan bertanya-tanya dengan perempuan yang berhasil membuat Adrian berubah.
"Elo masih cinta sama dia, Ad?" tanpa disadari Xavier, pertanyaan itu pun keluar dari mulutnya.
Tak menyangka dengan pertanyaan Xavier, Adrian menatap Xavier sekilas lantas tersenyum lemah.
"Yep, gue masih cinta sama dia, Xav."
Seketika itu juga Xavier merasa ingin menonjok wajah Adrian. Rahangnya mengatup. Tangannya mengepal. Tetapi ditahannya.
"Heh? Tapi kayaknya dia gak setuju sama elo, Ad." ejek Xavier kesal dan cemburu.
Ia cemburu karena Adrian bisa dengan lantangnya mengatakan ia mencintai Cassidy. Sedangkan dirinya harus menutupi perasaannya pada wanita itu.
"Maksud elo apa, Xav? Elo ngejek gue?"
"Elo barusan bilang kan, kalo kalian berdua udah putus dan dia udah punya pacar sekarang."
Adrian mendengus. "Gue yakin mereka berdua bakalan putus."
"Putus? Kenapa lo yakin mereka bakalan putus?"
"Karena gue tau Cassidy gak cocok sama si Devon keparat itu."
***
Harap maklumi kalo ada kesalahan dalam penulisan.