"Anda tidak bisa masuk!" Tegas dokter.
"Tapi saya ingin masuk!" Kekeh Nara.
"Tidak bisa!" Dokter itu mulai kesal.
"Keluarga Collingwood dan keluarga saya, keluarga Holmes adalah komisaris utama rumah sakit ini! Apa kalian ingin kami cabut semua yang telah kami berikan?" Ancam Nara.
Dokter itu menggigit bibirnya kesal.
"Baiklah jika anda memaksa. Anda boleh masuk" dokter itu mengalah.
"Gracias!" Nara langsung meninggalkan ruangan.
*** *** ***
Nara memasuki ruangan Rich. Ia melihat orang yang ia sangat ia sayangi terbaring lemah dengan segala alat medis di tubuhnya. Nara duduk di samping Rich dan menggenggam tangan Rich.
"Kenapa kamu bisa Setega ini denganku? Kalau aku tahu tentang kondisimu yang memburuk kita pasti akan langsung take off dengan jet pribadi kita" Nara mulai berbicara.
"Bangun Rich, kita baru aja bahagia. Apa kamu tega ninggalin aku untuk selama-lamanya? Aku gak mau ceritaku seperti Romeo dan Juliet. Di cerita itu Juliet yang ninggalin Romeo lebih dulu baru Romeo nyusul Juliet. Tapi sekarang kamu yang mau ninggalin aku? Terus kamu mau aku bunuh diri gitu?" Sambung Nara.
"Seperti Adam dan Hawa, Romeo dan Juliet, mereka saling membutuhkan dan sekarang aku membutuhkanmu Rich, aku membutuhkanmu di sampingku. Aku ingin nama kita dapat bersatu" Nara mulai menangis.
Nara mulai menangis di samping Rich. Ia menempatkan tangan Rich di pipinya dan kemudian menangis lagi. Dom dan Brian yang melihat Nara menangis dari balik kaca juga ikut menitikkan air mata.
"Aku udah nganggap dia adik sendiri, ini terlalu berat" Brian menghapus air matanya.
"Aku sangat menyayanginya. Gimana dia bisa pergi meninggalkan kita semua" sambung Dom yang masih menitikkan air mata.
Dom dan Brian sama-sama terisak. Mereka sama-sama sangat menyayangi Rich dan tak pernah sekalipun terbayang bahwa Rich akan meninggalkan mereka.
Kembali ke Nara yang masih menangis di samping Rich. Ia masih menangis dan terus menangis.
"Kamu pergi saat aku mulai mencintaimu. Saat aku kamu juga mulai mencintaiku juga. Disaat kita Mulai bahagia. Itu lebih menyakitkan dari pada saat kamu membenciku" Isak Nara.
"Aku membencimu Rich!!" Nara terisak dan berlari keluar ruangan.
Ia menangis diluar ruangan. Dom dan Brian mendekati Nara dan mencoba menguatnya. Dom memeluk Nara untuk menenangkannya dan Brian mengusap punggung Nara. Mereka sama-sama berharap akan ada keajaiban dan pendonor yang cocok untuk Rich.
*** *** ***
Hasil pemeriksaan Brian baru saja keluar dan dokter menyuruhnya untuk datang ke ruangan sendirian. Brian menuruti perintah dokter dan pergi sendirian ke ruangan.
"Selamat, ginjal anda cocok dengan pasien" kata dokter.
"Kalau gitu segera lakukan operasinya" Brian tersenyum senang.
"Tapi ada kendala yang sulit untuk anda hadapi" jelas dokter.
"Apa?" Tanya Brian.
"Tubuh anda sama seperti pasien. Tidak bisa bekerja dengan satu ginjal" jawab dokter.
Brian terkejut mendengar jawaban dokter. Ia bingung dalam mengambil keputusan. Ia harus maju atau mundur?
"Jadi apa keputusan anda?" Tanya dokter.
"Ya dok. Lakukan operasinya besok pagi" jawab Brian dengan yakin.
*** *** ***
"Gimana? Cocok?" Tanya Nara saat Brian telah kembali dari ruangan dokter.
"Ya, besok aku dan Rich akan di operasi" Brian mencoba untuk tersenyum.
"Benarkah? Gracias Brian!" Nara memeluk Brian karna senangnya.
"Gracias Brian!" Dom memegang bahu Brian dan tersenyum.
*** *** ***
Brian menatap ke langit biru. Ia duduk sendirian di bangku taman rumah sakit.
Matahari sebentar lagi akan tenggelam. Brian masih memikirkan perkataan dokter itu.
"Jika anda di operasi maka kemungkinan besar anda akan meninggal. Kemungkinan anda akan bertahan hanya 20%" dokter memperingatkan.
"Hanya 20% dok?" Tanya Brian.
Dokter itu mengangguk.
"Anda harus berfikir matang-matang sebelum mengambil keputusan ini" saran dokter.
"Keputusan saya sudah bulat dok. Saya akan menjadi pendonor" Brian mengatakan keputusannya dengan yakin.
Itulah percakapan antara dokter dan Brian tadi sebelum ia keluar dari ruangan dokter dan menemui Nara dan Dom. Brian mengambil ponsel di saku celananya. Ia membuka galeri dan melihat-lihat foto Vanessa, wanita yang sangat ia cintai.
Vanessa sedang berada di LA bersama kedua orang tua Brian. Kedua orang tua Brian memang sudah menetap di LA selama tiga tahun terakhir. Tiba tiba saja Brian sangat merindukan Vanessa. Padahal 16 jam yang lalu ia bersama Vanessa di LA. Brian tak mengizinkan Vanessa untuk ikut bersamanya ke Spanyol karna perjalanan yang lama, sekitar enam sampai tujuh jam.
Akhirnya Brian memutuskan untuk menghubungi Vanessa via Video Call.
"Ada apa Brian? Tumben video call?" Tanya Vanessa.
"Gak ada yang spesial. Hanya saja aku merindukanmu" jawab Brian.
"Kenapa kamu romantis banget? Apa ada yang salah?" Tanya Vanessa.
"Aku hanya rindu, itu aja" jawab Brian.
"Aku juga rindu sayang" Vanessa tersenyum hangat.
"Kamu udah makan?" Tanya Brian.
"Udah. Kakinya udah?"
"Aku lagi gak lapar" kata Brian.
"Oh come'n Brian. Pergilah makan malam" rayu Vanessa.
"Nanti" kata Brian.
"Well, how about Rich?" Vanessa mengalihkan pembicaraan.
"Dia masih kritis" jawab Brian dengan nada lesu.
"Yang sabar sayang. Aku yakin dia bisa melewati masa kritisnya" Vanessa mencoba menegarkan Brian dan memberinya semangat.
"Ada yang ingin ku ceritakan" kata Brian.
"Apa?"
Brian lalu menceritakan masalahnya bahwa ia akan mendonorkan ginjalnya tapi itu sangat beresiko. Vanessa sangat terkejut saat Brian mengatakan bahwa kemungkinan dia akan bertahan hanya 20 %.
"Jadi kamu bersedia?" Tanya Vanessa.
"Ya, aku bersedia. Apa yang aku lakukan itu benar?" Tanya Brian.
"Kamu melakukan hal yang benar. Rich itu sudah seperti adikmu sendiri. Jadi kami telah menyelamatkan adikmu sendiri" Vanessa memberikan semangat untuk Brian.
"Tapi aku akan terpisah jauh darimu" kata Brian.
"Hatiku akan selalu jadi milikmu. Walaupun aku nanti jika aku menikah lagi tapi hatiku tetap milikmu" jawab Vanessa.
"Jika nanti kamu menikah lagi, berjanjilah rawat kesayanganku itu dengan baik. Carilah lelaki yang baik" pesan Brian.
"Tapi sepertinya aku gak mau nikah lagi" balas Vanessa.
"Itu terserah padamu. Hari mulai gelap. Aku tutup dulu. Titip salam untuk kesayanganku nanti, bye!" Pamit Brian dengan air mata membasahi pipinya.
"See you again honey. Thank you for everything. I love you and always love you" Vanessa juga menangis mengucapkan selamat tinggal.
"Always love you too" ucap Brian sebelum mengakhiri video call tersebut.
*** *** ***