webnovel

Elegi Duka

Mentari Chamissya Damayanti tak pernah menyangka kalau pernikahannya bersama Adi Surya Dimitri nyatanya tak berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan selama ini. Surya seakan dengan sengaja membangun tembok pemisah yang akan sulit untuk Mentari robohkan. Mampukah Mentari bertahan dengan sikap dingin nan angkuh sang suami? Apakah Mentari bisa sepenuhnya bertahta di hati lelaki yang telah berikrar sehidup semati dengannya di hadapan penghulu? IG Author: @cerita.alwa

ALWA1196 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
202 Chs

Ungkapan Cinta Surya

Surya tampak hening beberapa saat, sampai pada akhirnya dia mengisi rongga dadanya dengan banyak sekali pasokan oksigen. 

 

"Kamu bisa Surya, ini bukan kali pertamanya kamu berperan untuk menggantikan Gerhana." Satu-satunya hal yang membuat hati seorang Adi Surya Dimitri menjadi gamang saat ini adalah ini sesi tukar peran yang sangat berat menurutnya. 

 

Tidak akan selesai hanya dalam waktu sehari, tapi hal ini akan berlangsung seumur hidup. Karena pernikahan adalah ibadah terpanjang dalam hidup, Hanya akan berakhir ketika salah satu dari kita pergi menghadapnya. 

 

Kiasan tersebut sudah lebih dari cukup untuk menyadarkan Surya kalau selamanya dia harus hidup dalam satu atap yang sama dengan wanita yang sebenarnya tak pernah dia cinta. 

 

"Mentari …." Mentari yang merasa terpanggil oleh seruan lelaki yang dia kira adalah kekasihnya pun mendongak. Pandangan keduanya kini kembali bertemu satu sama lain. 

 

"Iya, Mas," jawab Mentari dengan terbata-bata.

 

"Aku di sini bukan untuk diriku sendiri. Aku di sini karena ketakutanku pada Allah. Seraya menjalankan titah Allah."

 

"Aku di sini bukan untuk diriku sendiri. Hanya berharap tergolong dalam naungan sang Baginda Rasul dengan menjalankan sunnah-Nya."

 

"Aku di sini bukanlah untuk diriku sendiri. Melainkan untuk dirimu, yang suatu saat nanti akan menjadi prioritas dalam hidupku setelah Allah dan Nabi."

 

"Aku ingin kamu menjadi perhiasan terindahku, yang kelak 'kan bersama mengarungi titian menuju surga, menggapai ridho-Nya."

 

"Izinkan aku dengan segala perasaan yang dititipkan Allah ini membuat pengakuan. Sudah sejak lama diri ini menyimpan rasa suka. Bukan aku tak ingin memilikimu."

 

"Aku hanya ingin menjagamu hingga halal bagiku menyentuhmu. Dan malam ini, aku ingin mengatakan dengan segenap kerinduanku. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jadilah pendamping hidupku." 

 

Apa yang diucapkan oleh Surya tadi sungguh berhasil membuat semua orang yang berada di dekatnya lupa caranya berkedip. Apalagi Mentari yang notabenenya adalah objek dari semua kalimat indah yang tadi sempat diucapkan oleh Surya. Rang bawah Badai terjatuh tanpa permisi, dia tak habis apa yang melatar belakangi sang kakak bisa berujar dengan begitu manisnya. Badai saja yang jelas-jelas menaruh rasa cinta yang sangat tulus pada Gita tak bisa berujar dengan sangat romantis seperti itu. 

 

"Kerasukan kali," gumam Badai dengan sangat pelan tapi Aisyah yang berada tepat di sebelah anak bungsunya tersebut masih bisa mendengar jelas apa yang terlontar dari putra bungsunya tersebut. 

 

"Hush … sembarangan kamu, Dek." Aisyah memberikan pelototan tajam pada Badai, anak bungsunya. 

 

Lapang sudah hati Dimitri saat mendengar apa yang diucapkan oleh Surya barusan, tak penting dia mendapatkan gombalan tersebut dari mana yang jelas saat ini kata-kata tersebut membuatnya benar-benar bangga. 

 

"Kalau kamu Badai tidak ada yang ingin kamu tanyakan pada Gita?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Rangga membuat semua orang lantas menoleh kepadanya. Rangga pun melakukan ini bukan tanpa alasan. 

 

Setiap kata yang terlontar dari mulut Rangga sungguh membuat orang tercengang tak percaya terlebih lagi Badai. 

 

Rangga tahu, dari sorot mata Surya saja dia bisa melihat kalau di hatinya saat ini belum cinta untuk Mentari. Dia harap dengan pernikahan Badai dan Gita juga hatinya bisa sedikit lebih terhibur. 

 

GLEK~~~

 

Badai memang telah merancangkan lamaran untuk Gita tapi bukan sekarang. Badai bukanlah Gita yang memiliki otak di atas rata-rata penduduk  bumi. Gita bisa meraih gelar spesialisnya di usia yang terbilang muda. Lulus S1 saja di usia 20 tahun. Sedangkan Badai saat ini dia masih berjuang sekuat tenaga untuk meraih gelar Sarjana Hukumnya. Setelah itu dia juga harus menempuh PKPA (Pendidikan Khusus Profesi Advokat). 

 

PKPA adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi advokat bekerja sama dengan institutsi pendidikan tinggi yang merupakan salah satu tahapan wajib agar seseorang yang berlatar belakang pendidikan hukum dapat menjadi advokat.

 

Setelah itu Badai harus lagi mengikuti yang namanya UPA (Ujian Profesi Advokat). Ujian tersebut merupakan syarat bagi setiap sarjana hukum yang ingin menjadi pengacara. Pendidikan ini diselenggarakan oleh berbagai organisasi advokat dan perguruan tinggi. Setelah mengikuti pendidikan khusus profesi advokat tersebut, seorang sarjana hukum dapat mendaftar untuk mengikuti ujian profesi advokat.

 

Selesai sampai di situ, masih ada satu tahap untuk Badai benar-benar bisa dikatakan sebagai pengacara yaitu magang di Firma Hukum selama dua tahun, setelah Badai baru bisa melakukan yang namanya sumpah profesi. Proses yang akan dilakukan oleh Badai terlebih dahulu sudah di lalui oleh Mentari calon kakak iparnya. 

 

Gita menatap Badai penuh selidik, apakah hari ini dia juga akan dibuat terkesima oleh lelaki yang dia cintai tersebut? Entahlah. 

 

"A--"

 

"Sagita Ariyani …," panggil Badai setelah melalui perang batin. Kini dia siap untuk meminang wanita yang telah dia pacari sejak lima tahun yang lalu. Mungkin  ini adalah saat yang tepat untuk dia meminang Gita. Motor saja kreditnya cuma dua tahun, masa iya pacaran Badai dan Gita lebih lama dibanding masa kredit tersebut. 

 

Gita menggeleng, dia tahu kalau saat ini Badai hanya melakukan itu karena rasa tak enak hati pada Rangga, tapi Gita sepertinya lupa kalau sang putra adalah orang yang sangat sulit untuk diprovokasi. Sekali saja dia berkata A maka selamanya akan selama A. Tidak mungkin berubah menjadi B apalagi sampai Z.

 

Badai seperti tak menaruh sedikit saja rasa peduli atas gelengan yang diberikan oleh Gita. Niatnya untuk meminang Gita sudah terpatri kuat dalam sanubarinya. 

 

Bersambung ….