webnovel

Princess

Menjelang pagi, cahaya mulai menyusup dari jendela kamar apartemen. Perlahan mata Hanna mulai membuka.

"Argh!" teriak Hanna.

"Sayang, kenapa berteriak?" tanya Edgar.

"Kamu mengagetkan aku aja. Jangan-jangan kamu tidak tidur gara-gara sibuk memperhatikan wajah aku," jawab Hanna.

"Sayang, aku ingin kita tinggal di apartemen ini bersama," kata Edgar mengambil tangan Henna lalu mengecup lembut telapak tangannya.

Hanna menarik tangannya lalu menatap Edgar dengan perasaan takut.

"Aku harus pulang sekarang, pasti orang tuaku sudah menunggu," kata Hanna.

"Hanna, kenapa kamu harus berbohong? Aku tahu orang tua kamu lagi pergi kerja, sedangkan adik kamu sedang kuliah," balas Edgar.

Tubuh Hanna mendadak kaku karena ketakutan pada Edgar. Dia tidak menyangka pria itu akan tahu apa pun tentang dia. 

"Aku mau pulang," pinta Hanna.

"Iya, tapi nanti. Sekarang kita pergi melihat sekitar apartemen ini dulu yuk. Kamu mau berenang juga bisa," balas Edgar.

"Aku tidak bawa apa pun, jadi lebih baik aku pulang," kata Hanna.

"Semua pakaian kamu sudah ada, Hanna, tinggal kamu mau pakai atau tidak," balas Edgar.

"Apa kamu akan mengantar aku pulang setelah berkeliling?" tanya Hanna menatap manik mata Edgar.

"Iya, tapi sebelum ke melihat-lihat kita sarapan dulu," kata Edgar.

"Oke," balas Hanna dengan pelan.

"Kamu bersih-bersih dulu saja. Oh iya, kamu bisa pilih pakaian yang kamu mau di sana. Sudah aku siapkan," kata Edgar lembut sambil menunjuk ke arah walking closet.

Hanna menganggukkan kepala. Dia mengambil pakaian yang dia suka lalu pergi ke kamar mandi.

"Kamu manis sekali," kata Edgar.

Edgar melihat Hanna sudah tidak terlihat menelepon seseorang untuk mengantarkan breakfast mereka ke kamar saja. 

Tring tring tring.

Mendadak ponsel Edgar berdering. Dia seketika mendengus kesal saat mengetahui siapa yang meneleponnya.

"Kakak ada di mana? Papa tadi nyariin Kakak," kata Max.

"Iya nanti aku yang akan menghubungi papa, kamu tidak perlu mencari aku seperti aku masih kecil saja," balas Edgar.

"Dari tadi mama nyariin juga tahu," kata Max.

"Bilang mama kalau aku baik-baik saja. Kamu sudah di mana?" tanya Edgar.

"Sudah di jalan menuju kantor," jawab Max.

"Oke," kata Edgar.

"Iya nanti baru aku kabarin lagi, Kak," balas Max.

"Iya," kata Edgar singkat.

***

Max melihat panggilan itu sudah terputus menghelakan napas.

"Max aku yang ganteng," goda seorang perempuan.

"Adel, apakah teman kamu itu tahu kita bertemu?" tanya Max.

"Enggak ada yang tahu kok, termasuk Hanna," jawab Adel memeluk Max.

"Oke," balas Max.

Max melepaskan pelukan Adel membuat Adel mencebikkan bibirnya. 

"Kenapa?" rengek Adel.

"Jangan merengek. Kamu menyukai aku atau uang aku?" tanya Max dengan senyum kecilnya.

"Apakah aku boleh suka keduanya?" tanya Adel menyentuh rahang pria di depannya.

Max menahan tangan Adel lalu menatap perempuan itu dengan tatapan sulit diartikan.

"Kamu tidak mengenal aku, Adel. Berhati-hatilah," kata Max.

"Aku tidak peduli hal itu, Max. Aku suka sama kamu makanya aku mau ketemu kamu kayak sekarang," balas Adel.

"Cukup, Adel. Aku harus pergi, nanti kalau aku butuh kamu aku kabarin," kata Max mengenakan jas dan celananya kembali.

Adel merengut kesal. Dia memakai pakaiannya kembali.

"Huft, lalu kapan kita ketemu lagi?" tanya Adel.

"Kita ketemu kalau aku butuh," jawab Max santai.

"Okelah," balas Adel.

"Kamu mau aku antar ke tempat kerja?" tanya Max.

"Tidak perlu. Aku bisa naik taksi kok, sepertinya kamu sibuk," jawab Adel.

"Ya lumayan, tapi tidak apa-apa aku antar kamu dulu," balas Max membelai lembut pipi Adel.

"Aku harap aku bisa bertemu kamu lagi," kata Adel sambil mengecup tangan Max.

"belajar lebih untuk bisa aku temui setiap saat," balas Max menepuk-nepuk pipi Adel.

"Aku akan belajar. Oh iya, untuk Hanna apa dia baik-baik saja saat bersama kakak kamu?" tanya Adel.

"Itu bukan urusan kita dan aku harap kamu tidak ikut campur urusan mereka, mengerti," jawab Max menatap manik mata Adel.

"Iya aku mengerti, tapi kamu harus janji kita akan bertemu lagi nanyi," kata Adel.

"Iya," balas Max singkat.

Mereka keluar dari kamar hotel menuju parkiran. Max menyetir sendiri hari ini, dia ingin mengantar Adel untuk pergi bekerja. 

"Aku harus bisa mendapatkan Max bagaimanapun caranya," gumam Adel.

Selama di perjalanan, Adel terus tersenyum-senyum. Dia merasa sangat bahagia karena dia bisa dekat dengan Max. 

"Adel, apa yang kamu pikirkan?" tanya Max.

"Hehehe, enggak kok. Lagi mikirin Hanna aja. Dia sudah tidak kerja, jadi temanku kurang satu," jawab Adel.

"Nanti juga dia dapat pekerjaan, tenang saja," balas Max.

"Hmm, apa kamu ada pekerjaan buat temanku itu?" tanya Adel.

"Kakak aku bisa memberikan dia pekerjaan oke, jadi tidak usah mikirin hal yang tidak penting itu," jawab Max.

"Oke," balas Adel terdiam kembali.

Saat mereka sudah sampai di tempat Adel bekerja, Adel memberikan kecupan kepada Max. Dia melambaikan tangan sebelum masuk ke tempat kerjanya.

***

Di sebuah gedung apartemen, Hanna berjalan menuju taman sambil bergandengan tangan dengan Edgar.

"Kamu suka taman ini?" tanya Edgar.

"Suka. Di sini sangat tenang dan asri," jawab Hanna.

"Lihat, ada bunga mawar di sana," kata Edgar.

"Cantik banget," puji Hanna.

Hanna melangkah mendekat ke mawar itu lalu menyentuhnya perlahan. 

"Sayangku, Jangan dicabut," kata Edgar.

"Bagus banget pemandangannya. Apa di sana ada kolam berenang juga?" tanya Hanna.

"Iya di sana ada. Apa kamu mau berenang?" tanya Edgar.

"Tidak, lain kali saja. Aku jadi kangen sama Adel," jawab Hanna.

"Kalau mau ajak dja ke sini, juga boleh kok," kata Edgar.

"Ya lain kali," balas Hanna.

Edgar menemani Hanna melihat-lihat taman itu. Sesekali dia menatap Hanna yang sangat manis saat menggunakan dress santai pemberian dia.

"Sayang, kamu seperti anak kecil saja," kata Edgar saat melihat Hanna duduk di ayunan yang ada di taman. 

"Kamu dorongin dong. Aku dari kecil ngebayangin main ayunan didorong sama pangeran," kataHanna.

Edgar terkikik saat mendengar ucapan Hanna.

"Aku pangeran kamu dong kalau begitu?" tanya Edgar mendorong ayunan yang diduduki oleh Hanna.

"Anggap aja begitu," jawab Hanna.

Mereka saling berbicara dan tertawa bersama hingga ada yang datang.

"Maaf, Tuan. Sarapan sudah siap di kamar," kata Gustav.

"Iya terima kasih, Gustav. Apa si Max sudah datang ke kantor?" tanya Edgar.

"Sudah, Tuan," jawab Gustav.

"Oke," balas Edgar.

Gustav pergi dari sana setelah berpamitan pada Edgar. 

"Edgar, kenapa kita arus makan di kamar?" tanya Hanna.

"Oh, kamu mau makan di luar? Kamu tidak bilang tadi, ya sudah kita makan di tempat lain saja," jawab Edgar.

"Bukan begitu maksud aku. Kalau sudah ada makanannya, kita makan di kamar aja, Sayang," kata Hanna tidak enak. 

"Sayang, apa pun yang kamu mau pasti aku akan kasih," balas Edgar.

"Tidak perlu berlebihan," kata Hanna.

"Apa kamu masih mau melihat-lihat atau mau sarapan dulu?" tanya Edgar.

"Sarapan dulu aja, sudah disiapin ini," jawab Hanna.

"Oke. Ayo kita ke kamar dan menikmati sarapan di balkon," kata Edgar.

"Wah, seru tuh!" teriak Hanna.

"Seru kalau kita bersama," balas Edgar dengan senyum manisnya. 

Mereka berjalan menuju unit apartemen mereka sambil bergandengan tangan.