Teman-teman Edgar yang sudah selesai makan malam di kediaman Odilio berpamitan pada keluarga Odilio.
"Kalian hati-hati di jalan," kata Agatha.
"Siap, Aunty," balas Leo dan Frank.
Mereka menaiki mobil mereka masing-masing untuk pulang ke kediaman mereka sendiri.
"Apa besok aplikasi itu sudah bisa digunakan?" tanya Edgar pada Max.
"Sudah, Kak. Apa ada fitur-fitur tambahan lagi yang mau dimasukkan?" tanya Max.
"Tidak perlu, itu dulu aja. Besok kita luncurkan," jawab Edgar.
"Jangan lupa dipromosikan, Kak," kata Max.
"Itu pasti. Kakak juga sudah bilang sama orang marketing," balas Edgar.
"Oke, Kak," kata Max.
***
Di apartemen keluarga Silvan, Hanna sudah memasak untuk makan malam dia karena mama dan papanya belum pulang, otomatis dia makan sendiri. Hanna yang sudah selesai memasak menaruh makanan itu di meja, lalu dia mengangkat video call dari Victor.
"Hallo, Victor," sapa Hanna melambaikan tangan ke layar ponsel.
"Hallo, Hanna. Kamu lagi apa?" tanya Victor.
"Lagi mau makan nih," jawab Hanna.
"Oh, oke. Hanna, setelah kamu makan jangan lupa istirahat. Jangan tidur malam-malam mulu," kata Victor.
"Oke, Victor," balas Hanna melambaikan tangan ke video.
Setelah Hanna selesai makan, dia mencuci piring lalu pergi ke kamarnya. Dia mau nonton drakor dulu sebelum tidur sambil melihat ponselnya. Dia menatap contact victor yang mendadak fotonya menghilang mengirim pesan pada pria itu.
"Kamu sudah tidur belum?" tanya Hanna.
Hanna mengernyitkan dahi saat pesan dia tidak terkirim.
"Kenapa mendadak aku tidak bisa mengirim pesan ke dia?" tanya Hanna.
Hanna mencoba menelepon ponsel Victor, tapi hanya terdengar suara operator yang berbicara. Dia menggeleng-gelengkan kepala, dia jadi overthinking saat ini.
"Semoga besok Victor sudah aktif kembali ponselnya," gumam Hannya.
Hanna mematikan ponselnya. Dia memilih untuk istirahat saja.
***
Orang tua dan adiknya Hanna tidak lama pulang ke apartemen. Mereka melihat tidak ada Hanna di ruang tamu menduga perempuan itu sudah istirahat duluan.
"Kakak kamu pasti sudah tidur," kata Elsa.
"Mama kayak tidak tahu aja kalau kakak pulang kerja pasti makan dulu, terus bersih-bersih dan sibuk drakor serta kerjanya chattingan sama orang tidak dikenal," balas Niko.
"Kamu nasihati kakak kamu kalau cari pacar atau teman tidak gitu juga caranya," kata Elsa geleng-geleng kepala.
"Ya nanti dia kapok sendiri kalau sudah dighosting mah," balas Niko.
"Ya jangan sampai kakak kamu patah hati sama orang yang tidak pernah dia lihat," kata Elsa.
"Sudah, kalian itu membicarakan Hanna melulu dan tidak ada habisnya," tegur Louis.
"Maaf, Papa. Mau Mama buatin apa?" tanya Elsa.
"Tadi kan kita sudah makan, tolong siapin Papa air hangat. Papa mau mandi," jawab Louis.
"Oke, Pa," balas Elsa.
Niko pamit menuju kamarnya. Sudah larut malam dan semua anggota keluarga Silvan memutuskan beristirahat agar besok bisa beraktivitas kembali.
***
menjelang pagi, Hanna langsung menatap ponselnya. Bahu dia langsung turun saat merasa dia sedang dighosting.
"Apa karena aku cuma pelayan di kafe. Kalau memang iya, kenapa Victor mendekati aku dari awal. Begitu aku mulai nyaman, dia malah yang menjauhi aku," gumam Hanna lesuh.
Hanna pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, dia melangkahkan kaki ke ruang makan buat sarapan bersama keluarganya.
***
Di sebuah mansion mewah yang digunakan untuk mengerjakan projek baru berupa usaha keluarga Odilio, Edgar dan teman rekan kerja dia bersama adiknya sudah sampai di mansion itu yang sengaja dibeli Edgar buat tempat pengerjaan proyek baru mereka. Mansion itu diberi nama Couple Mansion karena usaha mereka mengurus para orang single buat mendapat pasangannya.
"Kak, hari ini diluncurkan jam berapa? Langsung atau bagaimana?" tanya Max.
"Langsung saja setelah jadi. Kakak juga sudah menyuruh orang iklan mempromosikan aplikasi ini," jawab Edgar.
Jacob yang baru saja datang tersenyum saat mendengarkan pembicaraan mereka.
"Aplikasi Cimi kita sudah dipromosikan di televisi," kata Jacob.
"Wah, mantap kalau begitu," balas Max.
Max melihat komputernya yang mulai banyak orang mendownload dan melihat sistem keamanan aplikasi itu merasa puas.
"Kalau misalnya kita membuat aplikasi ini, tapi pakai foto orang lain bisa tidak?" tanya Edgar.
"Kenapa? Memang Kakak mau coba? Harusnya sih jangan sampai bisa bukan pakai foto mereka biar orang percaya sama aplikasi kita," jawab Max.
"Semua orang juga percaya, Max. Santai aja," kata Edgar.
"Itu mah pasti, apalagi yang membuat orang-orang kayak kita," balas Jacob sambil duduk di sofa dan menyilangkan kaki.
"Kakak mau coba, tapi kamu buat wajah Kakak tidak terlihat di sana. Bisakan aksesnya hanya aku saja yang pegang buat memantau kinerja aplikasi kita juga?" tanya Edgar.
"Oke," jawab Max.
Frank beserta Gisel yang merupakan kekasih sekaligus asisten dia juga hadir di sana.
"Benar-benar jomblo ngenes banget kalau sampai ikut bermain aplikasi ini. Kalau orangnya benaran, kalau sampai tukang bohong pusing deh," kata Gisel.
"Ya kamu jangan ikutan, Sayang. Kamu kan pacar aku," balas Frank.
"Cukup. Lu sudah bagus diizinkan bawa pacar ke sini, malah kalian di sini bikin pusing," kata Max mendelikkan mata.
"Dasar bocah. Yaiyalah bawa pacar, masa iya gue bawa tetangga," balas Frank.
"Sudah, kalian ini mau ngomongin bisnis atau mau berdebat hal yang tidak penting sih," tegur Edgar.
"Tuh, kakak kamu marah," kata Frank.
Max hanya diam dan kembali bekerja, sedangkan Edgar pergi ke ruangan kerja. Dia juga harus mengurusi usaha yang lain.
***
Hanna yang masih berada di rumah mendengar suara pesan masuk dan ada nama Victor terpampang di ponsel dia mengangkat sebelah alisnya, tapi dia enggan membuka pesan itu karena sudah terlanjur kesal saat mengingat Victor semalam memblokir nomor dia.
Tring
Pesan lain masuk lagi selain kata sapaan, tapi Hanna tetap mendiamkan pesan itu.
"Hanna, kamu kerja kan hari ini? Kenapa sibuk melihat ponsel?" tanya Elsa.
"Iya sebentar lagi. Oh iya, papa ke mana?" tanya Hanna.
"Papa dan adik kamu sudah duluan. Mereka ada urusan," jawab Elsa.
"Oh, tumben banget," balas Hanna.
"Iya kamu juga hati-hati di jalan. Nanti malam Mama usahakan kita makan bareng, sudah lama keluarga kita jarang berkumpul," kata Elsa.
"Iya, Ma," balas Hanna.
Hanna membantu mamanya mencuci piring. Setelah itu, dia pamit ke Elsa untuk bekerja. Dia menaiki kereta menuju tempat kerjanya.
***
Saat Hanna sudah di stasiun, banyak orang yang sedang membicarakan aplikasi pencari jodoh membuat dia mendengar penasaran dan mencari aplikasi itu di store ponselnya lalu mendowload aplikasi itu.
"Ya bolehlah coba-coba aplikasi lain," gumam Hanna.
Ting
Suara ponsel berdering membuat Hanna tersadar bahwa Victor sudah mengirim banyak pesan ke dia langsung membukanya dan membalas pesan dari Victor.
"Ada apa?" tanya Hanna.
"Hanna, kamu ke mana saja? Kenapa pesan aku dari tadi tidak dijawab?" tanya Victor.
"Bukannya semalam kamu memblokir aku, kenapa sekarang kamu membukanya lagi? Kamu mau ghostingin aku?" tanya Hanna.
"Kamu bicara apa sih, Hanna? Aku telepon ya," jawab Victor dipesan itu.
"Ya sudah kamu maunya apa?" tanya Hanna.
"Menurut kamu kita cocok tidak kalau sebagai pasangan?" tanya Victor.
"Hahaha, kenapa nanya sama aku? Aku tahu aku bukan orang berduit kayak kamu, jadi kamu tidak perlu merasa bingung. Kamu mau pergi, pergi saja," jawab Hanna.
Hanna mematikan ponselnya saat sudah sampai. Dia melangkahkan kaki menuju kafe tempat dia bekerja.
"Hai, Hanna," sapa Adel saat melihat Hanna sudah datang.
Adel melihat Hanna hanya diam dan melewati dia saja dengan raut wajah kesal menjadi heran.