webnovel

First Touch

Hanna diminta oleh Iyan untuk langsung pulang saja karena jam kerja dia sudah selesai. Dia berjalan dengan gontai ke pintu keluar lalu pergi ke loker. Di sana banyak perempuan yang tengah berganti baju. Ada yang memang mau pulang dan ada juga untuk berganti shift. Hanna melihat para gadis itu hanya diam dan lewat saja menghelakan napas.

"Aku di sini untuk bekerja, bukan untuk mencari teman," gumam Hanna.

Hanna langsung pergi keluar untuk mencari kendaraan pulang ke apartemen setelah berganti pakaian. Dia melambaikan tangannya ke taksi yang melewatinya.

"Aku sangat beruntung hari ini cepat dapat kendaraan," gumam Hanna.

Selama di perjalanan perempuan itu berpikir untuk langsung istirahat setelah sampai rumah.

***

Beberapa menit telah berlalu, Hanna akhirnya sampai di depan gedung apartemen. Dia membayar taksi lalu menaiki lift yang akan membawa dia ke unit apartemennya.

Grap

"Sayang, aku merindukan kamu," kata seorang pria yang mendadak memeluk Hanna dengan erat saat perempuan itu sudah sampai di lantai tujuannya.

"Edgar kenapa bikin aku kaget sih?" tanya Hanna melepaskan pelukan pria di hadapannya lalu menutup pintu.

"Maaf, Sayang. Bagaimana harimu?" tanya Edgar.

Hanna menatap penampilan Edgar yang seperti baru habis pulang kerja. Dia melihat Edgar memakai kemeja yang kancingnya terbuka, tapi mendadak dia menatap ke bawah dan mendapati pria itu hanya menggunakan celana pendek saja menjadi heran.

"Kamu kenapa cuma pakai celana pendek aja?" tanya Hanna gugup.

"Oh iya, tadi celanaku basah karena kena hujan," jawab Edgar.

"Aku tidak dengar ada suara hujan, memang tadi hujan?" tanya Hanna.

Hanna berjalan menuju ruang makan. Dia mengambil gelas yang berisi air putih lalu meminumnya.

"Hanna, apa hari pertama kamu kerja ada yang bikin kamu susah?" tanya Edgar sambil menggigit kecil daun telinga Hanna dengan lembut.

"Sayang, kamu kenapa sih mendadak jadi agresif gini?" tanya Hanna sambil menaruh gelasnya.

"Kamu tidak suka aku datang ke sini, ya?" tanya Edgar dengan tatapan memelas dan melepaskan pelukannya.

Hanna mendadak tidak enak pada pria itu, apalagi Edgar sudah banyak membantu keluarganya.

"Bukan gitu. Jangan ngambek, Sayang," kata Hanna memeluk Edgar.

Edgar membalas pelukan Hanna. Dia membelai lembut pinggang gadis di hadapannya. Dia menangkup wajah Hanna hingga perempuan itu dapat melihat ketulusan di dalam mata Edgar.

"Ayolah, Hanna. Masa kamu tidak bisa memberikan yang seharusnya kamu berikan. Aku ini kekasih kamu atau bukan sih," lirih Edgar.

Hanna memeluk tubuh Edgar lalu menatap lekat mata Edgar yang begitu indah di matanya. Air mata perempuan itu tanpa sadar turun.

"Edgar, maafkan aku," lirih Hanna.

Edgar mengajak Hanna duduk di sofa. Dia mengusap lembut pipi perempuan itu dengan lembut.

"Aku tidak memaksa kalau kamu memang tidak mau, Sayang. Aku hanya ingin menyempurnakan hubungan kita," tutur Edgar.

Tring

Tiba-tiba ponsel Edgar berdering. Dia melihat siapa yang menelepon berjalan menuju balkon.

"Ada apa, Frank?" tanya Edgar.

"Gue cuma mau tanya apa Hanna sudah sampai di tempat lu?" tanya Frank balik.

"Hei, dia sudah sampai dan lu tidak perlu bertanya hal tidak penting. Gue pasti akan mengejar lu kalau memang dia belum sampai sini tepat waktu," tutur Edgar.

"Bro, gue tahu Hanna itu cuma mainan lu aja, jadi bebas dong kalau gue bertanya soal dia," ejek Frank terkikik.

Tut

Edgar langsung mematikan panggilan itu. Entah mengapa tiba-tiba ada rasa tidak suka saat mendengar ucapan Frank. Dia merasa Hanna tidak boleh dimiliki siapa pun selain dia. Dia mencintai Hanna? Tidak mungkin. Bagi Edgar perempuan itu hanyalah penyemangat untuk hari-harinya yang tidak pernah berwarna, tapi untuk melepaskannya dia belum tahu kapan.

"Argh, aku tidak boleh mencintai dia. Hanna hanyalah pionku agar bisa mendapatkan keuntungan," gumam Edgar.

Grap

Tiba-tiba sepasang tangan mengingkari tubuhnya. Dia melihat siapa pelakunya tersenyum manis.

"Oh, ternyata kekasihku datang lagi. Ada apa?" tanya Edgar tersenyum.

Hanna tersenyum pada Edgar. Dia menggenggam tangan laki-laki itu lalu mengajaknya ke kamar.

"Ada apa, Sayang?" tanya Edgar.

Hanna menatap manik mata Edgar. "Edgar, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu karena sudah membantu keluargaku, tapi maafkan aku tidak bisa memberikan apa pun saat ini," lirih Hanna.

"Tidak apa-apa, Sayang. Kamu tidak bisa memberikannya sekarang, tapi kamu bisa memberikannya lain waktu," balas Edgar.

Ting tong

"Aku saja yang buka," kata Edgar begitu melihat Hanna hendak keluar dari kamar.

Edgar melangkahkan kaki menuju pintu apartemen. Dia membuka pintu lalu melihat siapa yang datang langsung mendorong tubuh perempuan itu hingga menjauh.

"Untuk apa kamu datang sekarang? Saya tidak merasa memanggilmu saat ini," kata Edgar ketus.

Perempuan itu mendekati Edgar lalu tersenyum manis. "Tentu saja memberikan layanan khusus. Saya tahu Tuan Edgar pasti tidak akan pernah puas dengan kekasihmu itu yang sangat tidak tahu diri itu," kata perempuan itu.

"Betty, cukup. Kamu jangan pernah menggangu hubungan saya dengan Hanna. Kamu hanyalah orang yang perlu hadir saat saya membutuhkan," balas Edgar mencengkram leher Betty dengan kuat.

"Edgar, itu siapa?" tanya Hanna.

Edgar melepaskan cengkramannya lalu langsung masuk ke dalam apartemen. "Bukan siapa pun, Sayang. Hanya orang nyasar," jawab Edgar tersenyum manis.

Edgar mengajak Hanna ke kamar lalu merangkulnya. "Bagaimana pekerjaan hari pertamamu?" tanya Edgar.

"Sangat baik. Aku dapat beradaptasi dengan mudah," jawab Hanna. Dia tidak mau berkata jujur pada Edgar tentang tingkah para tamu, dia tidak ingin pria itu bertengkar dengan temannya.

Tangan Edgar mengusap lembut pipi Hanna lalu dia menatap perempuan itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Hanna, bolehkah aku memilikimu?" tanya Edgar dengan tatapan sedihnya.

"Maaf," lirih Hanna.

"Kenapa kamu tidak bisa mengerti aku? Aku sangat mencintai kamu dan pasti tidak akan pernah meninggalkan kamu," tutur Edgar.

Edgar yang sudah mulai kesal bangkit berdiri lalu hendak ke kamar, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat merasakan genggaman tangan Hanna.

"Aku bisa, tapi aku tidak mau lebih. Aku hanya ingin memberikan milikku yang berharga hanya untuk suamiku," tutur Hanna.

Edgar langsung menggendong Hanna ke kamar lalu membaringkannya di atas ranjang.

"Kamu benaran mengatakan boleh?" tanya Edgar. Dia masih belum percaya dengan perkataan Hanna.

"Iya, tapi aku tidak mau lebih," jawab Hanna.

"Baiklah," balas Edgar.

Edgar menatap Hanna dari atas sampai bawah. Dia bersyukur Hanna mengizinkannya walaupun tidak boleh lebih, tapi lain kali dia akan pastikan bahwa perempuan itu akan memohonnya.

"Edgar," panggil Hanna sambil memejamkan mata saat melihat apa yang dilakukan Edgar.

Hanna hanya diam saja menikmati apa yang diberikan Edgar saat ini.