Sudah beberapa kali aku mencoba melepaskan diri. Tapi semakin aku mencoba, tubuhku semakin sakit.
"Tenanglah Bagas, ayah tidak akan menyakitimu. Percayalah!" Seperti mengetahui pergerakanku. Ayah mengucapkan kalimat itu.
Aku menghiraukan ucapan Ayah,
"aku harus melepaskan diri!" pikirku. Tak lama kemudian, Ayah berdiri di sampingku dengan membawa sebuah suntikan berisi cairan berwarna merah muda, sangat muda. Kemudian, Ayah menyetil ujung jarum itu sebelum melepaskan cairan itu ke tubuhku.
Aku memalingkan wajahku karena aku takut! Setelah suntikan itu menempel di lenganku. Aku merasakan sebuah cairan memasuki tubuhku dan aku memejamkan mata. Cairan itu bereaksi dengan sangat cepat, kepalaku pusing dibuatnya. Sungguh pusing. Aku tak tahan... Tubuhku kemudian kehilangan kendali, aku selalu menggerakan tubuhku dengan begitu cepat.
"AAAAAAAA!" Teriakku dan tubuhku yang terus bergerak hingga akhirnya aku terlepas dari ikatan besi itu. Tentunya dengan meninggalkan lebam di sekitar pergelangan tangan, kaki, dan leherku.
Aku kemudian berdiri dan menatap Ayahku. Kepalaku masih sangat pusing dibuatnya, hingga aku terjatuh dan ayahku menolongku dengan berucap
"Aku berhasil!! Aku berhasil! Hahahahaha Aku berhasil!" tawanya tanpa memperdulikan rasa sakit di seluruh tubuhku.
Hingga semalam aku mengetahui bahwa formula yang dibuat ayahku belum sempurna. Ayahku tersadar karena hari demi hari tubuhku semakin melemas.
"Apa yang salah dari ramuanku?" ucap Ayah di ruang kerjanya. Setelah diteliti ternyata Kelebihan kandungan Kolin (nutrisi vital yang diperlukan tubuh, dan berperan dalam fungsi otak dan saraf) dengan dosis yang kurang tepat sehingga zat inilah yang perlahan membunuhku.
Kau tahu sebuah suntikan ini berguna untuk menumbuhkan gen baru yang akan menghasilkan sebuah kekuatan besar di dalamnya. Ya, tentu saja suntikan ini dilarang pemerintah karena dulu para peneliti pernah melakukannya dengan sangat keji terhadap pasien yang dijadikan percobaanya.
Dengan jumlah 100 pasien meninggal dalam penelitian tersebut secara bersamaan. Hingga kemarin Ayahku mengetahui bahwa Ayahmu dengan berhasil menciptakan formula itu untuk dirahasiakan.
****
Author POV
"TAPI INILAH SAATNYA AKU MEMBALASKAN DENDAMKU!" Ucap Bagas kini kembali dengan amarahnya.
Tangannya semakin mencengkram leher Alfa. Alfa meringis kesakitan karena power Bagas telah dikeluarkan semua. Tanpa sepengetahuan Bagas Alfa juga mengumpulkan seluruh kekuatanya. Walaupun hati kecilnya mengeluarkan kata-kata Ayah untuk melarangnya. Tapi apa boleh buat, Jika Alfa tidak mengeluarkannya. Justru Ia sudah mati sejak dari tadi.
Tiba-tiba pandangan Bagas mengarah ke Sheila yang masih berada didalam mobil. Alfa mendelikkan matanya dan menatap nanar ke mobilnya. 'Sheila' batin Alfa.
"KARENA ORANG YANG BERADA DI SEKITAR LO JUGA PANTAS MENDERITA. ALFA!" Ucap Bagas kemudian bergerak menuju mobil Alfa dengan kecepatan kilat. Merasa Sheila terancam akhirnya Alfa mengeluarkan kekuatan penuh yang dilarang oleh ayahnya.
"SHEILAAA!" Teriak Alfa dengan berusaha menolong adiknya yang terancam. Alfa menarik perut kiri bagas ke belakang.
BLAAAARR
Sebuah kilat terpancar lebih terang yang membuat jalanan remang tersebut bercahaya 0.5 detik, diikuti percikan api di perut kiri Bagas. Tubuh Bagas terpental ke belakang akibat Tarikan tangan kanan Alfa yang mengenai perutnya.
Alfa sungguh kehilangan kendali!
Hampir saja dirinya membunuh Bagas dengan kekuatan itu. Mata Alfa kini berubah menjadi ungu, dimana seluruh kekuatanya 100% keluar. Tangan kanan Alfa memerah akibat api yang menyebabkan luka bakar pada perut kiri Bagas.
Alfa terduduk lemas kedua lututnya tak mampu menopang penyesalanya.
"Tangan ini... Apa yang gue lakuin?" Ucap Alfa dengan melihat kedua tanganya yang masih merah membara. Matanya kemudian melihat Bagas yang tergeletak dengan keadaan baju perut kirinya yang robek dan memperlihatkan luka bakar. Alfa dengan susah payah menghampiri Bagas yang hampir kehilangan kesadaran
"Maafin gue Gaaas... " Ucap Alfa penuh penyesalan. Air matanya mengalir menimpa Bagas. Kini kepala Bagas ditopang di paha Alfa. Dengan susah payah tangan kanan Bagas terangkat menyentuh bahu Alfa.
"Al... fa Gue beritahu elo sesuatu... akh, Bo-bokap gue...sekarang mengetahui bahwa elo anak dari Alex, teman Bokap angkat gue. Sekarang bokap gue pengen nangkep lu dan menjadikan lu objek penelitian bokap gue!" Jelas Bagas memperingatkan Alfa.
Alfa masih terdiam dalam tangisnya menyesali perbuatanya.
"Fa, maafin gue dan Tolong... Bebasin... Gu-guee..." Ucap Bagas terbata sebelum akhirnya Bagas menutup kedua matanya. Gak banyak berpikir Alfa berusaha menyelamatkan Bagas
"Bertahanlah Gas!" Ucap Alfa kepada Bagas yang sudah memejamkan matanya. Ia membopong tubuh Bagas untuk dilarikan ke rumah sakit. Alfa lagi lagi berjalan menyusuri jalanan dengan kecepatan tinggi. Kali ini tujuan mereka bukan kerumah tetapi menuju rumah sakit.
*****
Keesokan harinya
"Baik anak-anak silahkan istirahat. Jam berikutnya akan saya lanjutkan untuk mengulang materi ini kemudian dilanjutkan seperti agenda hari ini yaitu ulangan!" Ucap Bu Tika
"Baik bu... " Ucap para siswa tanpa semangat.
Jam istirahat baru saja berbunyi. Sejak tadi pandangan Tata mengelilingi segala penjuru dikelasnya. Orang yang sedang dicarinya tidak tertangkap retina dimata Tata. Hal ini benar-benar membuat Tata khawatir.
"Dik, Alfa kemana sih? kok belum masuk?" Tanya Tata penasaran. kedua tangan Tata mengepal dan ingin memberikan tonjokan kepada Alfa jika mengetahui lelaki itu bolos lagi.
"Lah? lo kagak tahu? Sheila adik Alfa masuk rumah sakit. Tapi katanya gak cukup parah dianya." Ucap Dika
"Hah? Kok gue gak tahu?" Tanya Tata lagi, mengingat kejadian semalam yang membuat dirinya tidak bisa tertidur pulas. "Terus Bagas kemana?"
"Kalo Bagas gue kurang tahu. Cabut paling!" jawab Dika dengan entengnya.
"Masa sih Bagas cabut? gak mungkinlah!" batin Tata. Tanpa panjang lebar Tata kembali menelpon Alfa karena semalaman teleponnya tidak diangkat. Tanpa menunggu lama, kini telepon Tata terbalas dengan suara berat milik Alfa.
"Halo Fa?" Suara Tata terdengar khawatir
"Iya Ta. Kenapa?" Jawab Alfa di seberang telepon
"Kenapa-kenapa? Sheila gimana? Apa yang terjadi? Semalaman juga gue telepon elu sama Sheila nggak ada yang ngangkat. Bikin khawatir tau gak! soalnya semalem setelah kalian nganterin gue, gue lihat ada mobil yang ngikutin kalian. Terus Sheila sekarang lagi sakit, kenapa gak ngomong sama gue! Tiba-tiba pada ngilang. Bagas juga gak masuk kelas ini. Atau jangan-jangan semalem lo ketemu sama Bagas ya?" Ucap Tata panjang lebar membuat Alfa terdiam menelan ludahnya sendiri.
"Gila gini amat ya kalo cewe lagi khawatir?" batinya.
"Tenang Ta! Sheila baik-baik aja kok. Bagas juga masuk rumah sakit, ada beberapa hal yang gak bisa gue omongin!" jelas Alfa berusaha supaya tidak membicarakan apapun kepada Tata.
"Hah? Bagas juga? kok bisa?" Tata semakin tidak mengerti dengan keadaan ini. "Kalian tabrakan? atau bagaimana? terus mobil yang ngikutin elu? atau gue salah tuduh?" lanjut Tata dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
"Hm.. Ada hal yang gak bisa gue omongin Ta!" Alfa kembali mengucapkan kata-kata yang serupa.
"Yaudah deh. Ntar pulang sekolah gue ngejenguk Sheila sama Bagas deh. Ntar kirim alamat Rumah sakitnya lewat chat aja. Salam buat Sheila sama Bagas, cepet sembuh!" pinta Tata
"Siap."
"Yaudah Fa, Gue matiin ya?"
"Okay," Obrolan mereka pun selesai. "Ta, jangan lupa bawain gue makanan ya!" pinta Alfa tak tahu malu.
"Dalam kondisi seperti ini bisa-bisanya lu nyari peluang ya Fa!" Tata kesal dengan Alfa yang seenaknya tanpa memperdulikan situasi. Hal ini membuat Tata menutup teleponnya secara sepihak.
*****
Beruntung Sheila tidak mengalami luka yang parah. Sheila sudah sadarkan diri namun perlu banyak istirahat. Sesekali Sheila merasa pusing akibat benturan di kepalanya. Kondisi Bagas Hingga saat ini belum tersadarkan.
Perut Bagas dilapisi perban untuk menutupi luka bakar akibat kejadian semalam. Alfa beberapa menit sekali melihat kondisi Bagas yang ruangan nya berdekatan dengan Sheila. Kali ini Alfa berada di sebelah Sheila dan tengah menyuapinya.
"Sini bang, Sheila gak mau disuapi. Sheila kan udah gede!" Ucap Sheila merengek meminta bubur yang ada di tangan Alfa.
"Gak tahu apa abang khawatir? Sheila. Maafin abang ya, semalem ngebut-ngebut!" Ucap Alfa dengan sedikit mengusap kepala Sheila. Alfa tidak berani mengatakan sejujurnya dengan apa yang terjadi semalam. Hal ini akan lebih membuat Sheila merasa ketakutan.
"Ternyata Bagas mengalami nasib yang sama kek gue. Tapi, gue tahu efek apa yang digunakan dari ramuan itu. Ah gue sadar, Ayah Bagas tidak memiliki takaran untuk setiap bahan yang dicampurkan. Karena Ayah waktu itu tidak memberikan resep penemuanya, yang dirasa akan membahayakan jika formula tersebut beredar. Tapi ayah tidak berpikir saat menjalankan keegoisannya kepadaku waktu itu, alhasil mengakibatkan hal yang bisa separah ini. Lalu bagaimana dengan Bagas? Akankah dirinya meninggal karena tidak tahan dengan formula itu?" Alfa melamun dengan semua pertanyaan yang memenuhi pikirannya.
"Bang! Bang Alfa!" Sheila melambaikan tanganya di depan wajah Alfa membuat Alfa tersadar dari lamunannya.
"Eh Iya shel?" Jawab Alfa sekenanya
"Makanan sheila dimulut udah habis. Bilangin biar Sheila makan sendiri aja! Lagian abang mikirin apa sih? kok sampai ngelamun?" Tanya Sheila.
"Nggak papa kok Shel. Sini A' lagi!" Perintah Alfa dengan mencontohkan membuka mulutnya dan memasukan sesuap nasi kemulut Sheila begitu gadis itu membuka mulut.
"Akan aku selesaikan semuanya. Apapun yang terjadi. Tenanglah ayah, semuanya akan beres dan gue janji Gas, gue akan ngebebasin lo dari ganasnya percobaan bokap lo" Batin Alfa.