Melihat apa yang ada di depan mereka, semuanya tidak mampu berkedip. Alfo yang tadinya sangat keras kepala pun tidak bisa berkedip. Sesuatu telah masuk ke tenggorokannya dan membuatnya kesulitan bernapas.
Seharusnya ini sebagai pertunjukan untuk mempermalukan Lucian, tapi yang terjadi malah sebaliknya, Lucian menerima pengakuan yang mengejutkan. Dengan mulut mereka yang terbuka.
Lucian mengalahkan wakil pemimpin ksatria Rissingshire.
Tunggu! Lucian yang hanya ksatria bayaran itu bisa mengalahkan wakil pemimpin ksatria Rissingshire.
Karena itulah mata mereka tidak bisa beralih dari Lucian yang terlihat lembut. Dia bukan pria yang hanya mengandalkan wajah! Dia bukan pria yang hanya bisa berdandan saja! Dia memiliki kekuatan yang hebat.
Dari tempatnya berdiri, Alexandra tersenyum melihat hasilnya. Luar biasa, pilihannya memang tepat sekali. Lucian memiliki nilai yang sangat tinggi dibandingkan yang ada di sini. Dan sekarang itu menjadi lebih tinggi yang membuat Alexandra membusungkan dadanya.
Sekarang, tatapan mata Alexandra menukik tajam pada Alfo yang ada di sebelahnya. Dengan sengaja dia menarik sudut bibirnya dan menyeringai.
[Kau lihat itu landak tua?]
Melihat seringai Alexandra membuat tubuh Alfo merinding, dia pasti akan menerima bayarannya. Dia akan memastikannya.
<Dua puluh menit sebelumnya>
"Kau serius mau melakukannya?" Alexandra bertanya pada Lucian yang berjalan di sebelahnya. Suaranya dalam dan kuat seperti biasanya. "Kau tidak perlu memikirkan tentang Alfo. Dia memang sangat cerewet, mungkin aku harus membelah lidahnya itu."
Alexandra mengatakannya dengan berapi-rapi. Mereka melewati lorong-lorong panjang yang terlihat sangat terurus untuk menuju tempat latihan.
"Tidak apa, Lexa. Aku tidak bisa diam saja ketika mereka meragukan aku bisa memegang pedang atau tidak."
Lucian tersenyum, Alexandra bisa melihat keteguhan di mata Lucian yang hijau. Tenang dan membuatnya terhipnotis. Sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya yang membuat Lucian bertanya-tanya kenapa dia melakukan hal seperti itu.
"baiklah kalau itu sudah keputusanmu."
Seolah-olah dia sudah rela kalau Lucian terluka, Alexandra menunggu di bagian pinggir tempat latihan, tapi dia masih sangat gelisah. Lima menit kemudian Alfo datang dan di sebelahnya ada Garit—Wakil komandan kesatria Rissingshire.
Mata Alexandra menajam menatap Alfo, dan Alfo dengan segera membuang mukanya. Mengalihkan perhatiannya pada Garit kalau tidak seperti itu, dia tidak bisa menghadapi amarah dari Alexandra.
[Dasar sialan! Dia sengaja membawa kesatria terkuat di sini.]
Kalau saja komandan kesatria tidak sedang menjalankan misi dari Alexandra, mungkin Alfo akan menyuruhnya untuk menghadapi Lucian agar Lucian menjadi sangat malu.
Kalau Lucian dipermalukan di depan duchessnya, maka Alexandra akan berpikir kalau pria ini tidak sesuai untuk dijadikan suami.
"Garit, ingat seperti apa yang kukatakan tadi." Alfo berbisik di telinga Garit yang membuatnya mengangguk memahami.
Tentu saja ini demi Rissingshire. Dia telah disumpah dan ingin membuat sumpahnya itu berguna untuk Rissingshire.
Dengan menggunakan baju tanpa armor, keduanya sudah masuk ke dalam lapangan latihan. Alfo mendekati Alexandra dengan menunduk hormat.
"Kau sengaja sekali melakukannya, Count Wisewint."
Ada kebiasaan yang sering dilakukan oleh Alexandra ketika dia sangat marah dengan Alfo, dia enggan memanggil nama Alfo, tapi dia memanggil gelar dan nama keluarganya. Membuat hubungan mereka jauh, sebagai tanda kalau Alfo telah membuatnya marah.
Alfo hanya bisa tersenyum karena itu. Yang dia lakukan juga demi kebaikan Rissingshire, suatu hari nanti Alexandra akan berterima kasih padanya.
Mata mereka berdua yang penuh keseriusan menatap di depan, kemudian duel di mulai. Dari mata sang pengamat—Alfo, dia menertawakan Lucian yang memiliki kuda-kuda lucu, seperti kuda-kuda yang tidak seimbang yang akan membuatnya jatuh.
Garit menyerang dari sisi kanannya, membuat sejajar dengan wajah Lucian secara cepat dan mengejutkan.
Mata lucian mengedip seperti terkejut lalu dia menjatuhkan pedang di tangan kanannya, Lucian langsung menunduk untuk menangkap pedangnya yang terjatuh menggunakan tangan kirinya. Membuat serangan tajam dari Garit melewatinya begitu saja.
"Lihat, dia bisa melewati serangan dari wakil komandan."
Orang-orang yang menyaksikan hal itu terkejut, mereka merespons dengan suara yang besar.
"sudah tentu itu adalah keberuntungan," ucap yang lainnya enggan memuji Lucian. Mereka mengabaikan itu walaupun tahu kebenaran kalau itu serangan yang kuat dan memang harus memiliki kemampuan yang tinggi.
Tangan kiri Lucian yang menangkap pedang tadi bergerak, kemudian naik ke atas dengan cukup cepat, membuat Garit memundurkan tubuhnya. Nyaris saja pedang itu membuat dagunya terluka.
"Aduh, aku ceroboh sekali menjatuhkan pedangku." Lucian tersenyum melihat Garit yang memegang dagunya dengan mata yang melebar.
"Lihatlah, dia itu hanya beruntung!" Orang-orang bersorak menunjuk Lucian sebagai orang yang memalukan. Mereka tidak sabar untuk melihat Lucian berada di tanah.
"Wakil komandan Garit, cepat kalahkan dia!" mereka berteriak dengan penuh semangat, membuat tubuh Garit terbakar semangat. Dia langsung menyerang Lucian cepat, dari sisi kiri ke sisi kanan, tajam dan menakutkan. Gerakannya sangat cepat dan itu membuat tangan Garit terasa begitu sakit.
Tapi Lucian menghindarinya semua. Dari tangan kanan ke tangan kiri, dia melemparkan pedangnya. Saat Garit lengah, dia seolah akan menghunuskan pedangnya, membuat Garit terkejut dan terjatuh.
Tapi Lucian tidak menggantungkan pedangnya, membuat Garit merasa terhina.
"Berhenti bermain-main, sekarang aku akan serius."
Lucian mundur, dan dia melihat keseriusan Garit dari matanya. Garit berdiri dan langsung menyerang Lucian.
Hunusannya tajam dan tenaganya kuat.
Mata Alexandra bergetar, dia tahu akan ada luka fatal sangat berbahaya yang terjadi kalau pedang itu mengenai Lucian.
Dia berusaha menghentikan latihan itu, tapi belum lagi suaranya keluar, dia menyaksikan hal yang membuatnya terkejut.
Ketika Garit menghunuskan pedangnya, pedang Lucian yang beradu dengan Garit saling bergesekan memercikkan api ,kemudian pedang itu seolah kehilangan dayanya, meluncur di sisi pedang Garit dan masuk ke pegangan pedang Garit, dan pedang Garit terlepas dari tangannya, terbang dan menghunus ke tanah.
Sekarang pedang Lucian telah ada di leher Garit, membuat Garit mengangkat kedua tangannya.
"Aku menyerah."
Lucian tersenyum cerah seperti matahari yang menyinari tempat latihan itu atas kemenangannya.
Alexandra langsung datang ke tengah tempat latihan dan mengangkat tangan Lucian.
"Pemenangnya Lucian Hutch."
Tidak ada yang bersorak untuk Lucian, tapi ketika Alexandra bertepuk tangan, semuanya ikut bertepuk tangan. Mereka tidak mau dianggap tidak sopan
Alexandra melihat Alfo yang wajahnya terkejut dan sangat kecewa. Lucu sekali melihat orang tua sialan itu kecewa dengan pilihannya sendiri.
Dengan begini dia tidak akan mengganggu Lucian lagi, dan tidak ada lagi pembicaraan tentang tidak pantasnya Lucian memegang pedang.
Jabatan sebagai wakil komandan, bukanlah jabatan yang bisa di dapatkan oleh siapa pun, dan mereka tahu mengalahkan wakil komandan juga bukanlah hal yang mudah.
Mereka tidak bisa mengancam Lucian kalau seperti ini.