webnovel

Mari Tidur Bersama

Alfo membantu Lucian dalam belajar seperti biasa. Sebenarnya pria tua itu mengagumi Lucian karena kemampuan belajarnya sangat hebat. Dia memiliki pemahaman yang tinggi, yang mana dia bisa menghafal semua keluarga bangsawan dan sejarah keluarga Rissingshire.

Tapi Alfo tidak mau mengakuinya, dia malah sering menambahkan tugas untuk Lucian agar suasana hatinya tenang. Dia akan tertawa ketika berhasil membuat Lucian mengerjakan pekerjaan yang banyak.

Niles meletakan teh dan camilan di depan Lucian dengan sangat tenang.

"Tuan Lucian silakan di nikmati tehnya." 

"Terima kasih," ucap Lucian. 

Niles mundur dari sana, dia ada di bagian yang tidak jauh dari Lucian, bersiap jika dibutuhkan. 

Lucian memiliki ruangannya sendiri, diberikan oleh Alexandra karena dia akan memiliki tanggung jawab ketika menikah dengan Alexandra. Disiapkan dengan sangat cepat dan seperti biasa Alfo sangat cerewet.

Lucian menghelakan napasnya, dia mengambil cangkir teh berwarna putih yang ada di depannya, meminum teh tersebut untuk membuat otot dan sarafnya merasa lebih nyaman. Wangi dan rasa teh berhasil membuatnya menjadi lebih nyaman. 

Dia adalah kesatria bayaran yang sering menghabiskan waktunya di luar ruangan, berdiri, dan berjalan untuk menjalankan misinya. Tapi di sini, dia lebih sering duduk untuk belajar. Hanya sampai dia paham saja kata Alfo dia akan begini, dan Lucian tahu itu mungkin akan menghabiskan beberapa hari yang lama. 

Mata tua Alfo itu selalu terlihat bersemangat saat ingin membuatnya menjadi lebih sibuk. 

Tap! 

Lucian meletakan cangkir tehnya, dia melihat Alfo yang berdiri di depannya. 

"Apa ada sesuatu, Tuan Alfo?" Lucian menatapnya sambil tersenyum manis. Dia memperlakukan Alfo dengan sikap hormat dan sopan

Alfo tidak terbiasa dengan senyuman semanis ini, bahkan orang tercantik di matanya saja tidak tersenyum seperti ini. 

"Saya hanya ingin mengatakan pada Anda, kalau Anda harus tahu pihak kekaisaran tidak menyukai Rissingshire, mereka takut tersaingi dan berusaha mengikat Alexandra yang tidak pernah bersumpah pada satu pun dari mereka. Jadi, kemungkinan besar mereka akan menggunakan Anda." 

Alfo mengatakan apa yang dia khawatirkan. Kalau ini adalah pilihan Alexandra dan demi keturunan, maka dia harus berusaha keras agar Lucian paham dengan posisinya dan setia pada Alexandra. 

"hm ... begitu..." Lucian menatap ke bawah. Alfo tidak paham dengan apa yang dia pikirkan. Saat jari telunjuknya menyentuh pipi kirinya, sekilas Lucian terlihat sangat berkarisma. 

Ada apa ini? Apa dia jadi menyukai pria di depannya ini? 

Alfo menggelengkan kepalanya, itu pasti karena rasa khawatirnya pada Rissingshire. Dia tidak boleh lengah dan sungguh itu sangat berbahaya untukknya nanti.

"Aku akan mengingatnya dengan baik, Tuan Alfo," ucap Lucian dengan senyum lebar di wajahnya. 

Dia menatap Alfo dengan sangat ramah, memperhatikan gerak gerik Alfo.

Drap! Drap!

Drap! 

Seorang kesatria masuk dengan terburu-buru, dia melihat ke arah Alfo, dan Lucian. Kemudian mengabaikan Lucian seolah dia tidak ada. 

"Duchess Alexandra Rissingshire sudah memasuki pintu gerbang mansion." 

Mendengar itu wajah Alfo terlihat sangat senang, Lucian telah berdiri dari tempatnya. Yang tidak dia sangka kalau  Alfo akan menunggunya saat berjalan.  Mereka berjalan bersama dengan langkah kaki yang lebar dan cepat. 

"Biasanya Duchess ketika pulang dari tugas tiba-tiba seperti ini akan memasang wajah yang ditekuk, karena pihak kaisar memperlakukannya dengan seenaknya." 

Alfo yang berjalan di sebelah Lucian dan kesatria bicara pada Lucian tanpa menoleh. Lucian melihat kegelisahan di wajah Alfo.  

"Semoga saja itu tidak terlalu buruk sehingga Duchess berubah lagi." 

Alfo menghelakan napasnya, kali ini dia melihat ke arah Lucian. Tidak percaya kalau dia akan mengharapkan Lucian jika Duchess berubah menjadi naga kembali untuk mengendalikan situasi menjadi lebih baik.

Saat mereka tiba di pintu masuk, pelayan membukakan pintu dan para kesatria telah bersiap di depannya untuk menyambut tuan mereka. 

Aleandra muncul tidak lama kemudian, dengan menggunakan kuda berwarna hitam dan terlihat sangat luar biasa. Lucian melihat Alexandra yang bermandikan dengan sinar matahari pagi. Baju zirahnya yang berwarna perak memantulkan sinar matahari yang membuat mata sakit. Rambutnya yang diikat ekor kuda bergerak ke kanan ke kiri dengan cepat, membuat kemunculannya terkesan begitu kuat. 

Dia juga cantik

Suara langkah kaki kuda berganti, tepat di hadapan para orang yang menyambutnya. Alexandra turun dan menatap Lucian yang sejak tadi menatapnya. 

"Aku pulang, Lucian." 

Alexandra sedikit membuat senyum di wajahnya, membuat semua yang ada di sana terkejut. Kebiasaan yang sangat baru terjadi. 

Mereka akan mengalami kecerahan di rissingshire, berita tentang itu memang sudah tersebar. Dan semua yang ada di sana meyakini kalau berita itu benar.

**

Setelah Alexandra membersihkan dirinya dan berdandan dengan cantik, kali ini dia ada di satu meja yang sama lagi dengan Lucian. 

Dia memberikan tatapan yang tenang walaupun dia masih merasa lelah.

"Lexa, bagaimana kabarmu?" Lucia bertanya lebih dulu, dia melihat sedikit kantung mata pada Alexandra. 

Untuk tiba ke mansion utama Rissingshire dengan cepat, Alexandra sengaja tidak beristirahat semalam pun di perjalanan. Seharusnya ketika dia sampai Alexandra akan terbaring di kasurnya seperti para kesatria yang mengikutinya tadi. 

Tapi tidak dengannya, dia langsung bersiap untuk bertemu dengan Lucian. Dia begitu merindukannya, tadi hampir saja dia melompat dan langsung memeluk Lucian saat dia melihat Lucian menyambutnya. 

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan." Alexandra menyesap wine dari gelasnya, matanya yang berwarna keemasan terus memandang ke arah Lucian. 

"Bagaimana denganmu? Apa Alfo membuatmu kesulitan?" 

Alfo yang berdiri tegap di sebelah Alexandra  menelan salivanya. 

"Tuan Alfo adalah guru yang sangat hebat." Lucian melihat ke arah Alfo lalu ke Alexandra dengan senyum lebar polosnya yang mirip anak anjing. 

"Baguslah. Kalau dia melakukan kesalahan, aku akan menggantungnya," ucap Alexandra rendah. 

Mereka menyelesaikan makan siang mereka dan mereka berjalan keluar bersama dari ruang makan. 

"Kau terlihat lelah, Lexa. Kau harus istirahat agar terlihat segar kembali." 

Alexandra berhenti berjalan, dia memperhatikan Lucian yang menatapnya khawatir. Dia ingin tahu mengenai Lucian lebih jauh lagi.

"Aku punya satu permintaan." Alexandra menunduk, dia sedang menimbang sejak tadi untuk mengatakannya atau tidak. 

"Apa permintaanmu itu, Lexa?" tanya Lucian dengan manis.

"Tidurlah bersamaku, agar aku bisa istirahat dengan nyenyak." 

Mata Alexandra melihat ke arah lain, dia tidak bisa menatap Lucian dengan kurus. 

Di dekat mereka mulut Alfo terbuka, dia sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Alexandra. Hampir saja dia pingsang di sana