webnovel

Tinggal Bersama

Setelah menempuh perjalanan mereka sekitar 2 jam lamanya akhirnya mereka sampai di perumahan Bougenvil. Mereka berhenti pada halaman rumah yang cukup luas, hijau dan sangat asri sekali. Rumah cukup luas dengan cat berwarna abu-abu hitam tampak sangat elegan diadukan dengan rerumputan hijau.

"Sudah sampai."

"Ini rumah kamu?"

"Iya, jadi rumah siapa kalau bukan rumahku."

Leandra mengangguk-anggukkan kepalanya seraya menatap rumah tersebut. Tepat sekali dengan warna hitam kesukaannya, apalagi melihat taman hijaunya yang begitu bersih nan asri.

Mereka mulai membawa barang-barangnya ke dalam rumah tersebut. Semula Leandra benar-benar kagum dari luar bahkan dalamnya rumah tersebut. Bersih, rapi dan wangi.

"Dibawa ke mana koperku?"

"Taruh di kamar saja."

"Yang mana banyak kamarnya."

Rigel berjalan dan diikuti oleh Leandra yang menyeret kopernya. Tibalah di salah satu kamar yang berada di sebelah kanan rumah tersebut. Kamar yang cukup luas dan betapa kagetnya Leandra karena kamar tersebut tampak sangat nyaman sekali apalagi ada jendela yang menghadap ke taman hijau di samping rumah tersebut mengingatkan kamarnya.

"Taruh di sini bajumu, ada 2 pintu ini yang masih kosong kalau kurang nanti bilang saja."

"Wait, jadi kita sekamar?"

"Kalau kamu mau tetapi harus mau."

"Wajib?"

"Iya, karena di kamar ini banyak barang berharga dan aku sering pergi jadi aku titipkan semuanya sama kamu."

"Jadi aku hanya untuk menjaga barang-barang dan rumahmu di sini?"

"Tepat sekali," ucap Rigel dengan sedikit senyumannya.

Leandra membelalakan matannya karena melihat sneyum Rigel begitu manis di hadapannya apalagi ia sangat tampan.

'Gila manis banget sih manusia ini,' ucapnya dalam hati.

"Kamu kenapa, Lea?"

"Oh enggak kok, okay aku tidur di sini tetapi dengan syarat kamu tetap tidak boleh menyentuhku."

"Ini 'kan kamaku jadi kamu harus mengikuti peraturan di sini."

"Loh apa-apaan enggak adil dong," ucapnya mengikuti Rigel yang keluar kamar.

"Apanya yang tidak adil, ini di rumahku."

"Jangan sombong ya, tetapi tetap saja kamu enggak boleh seenaknya, Rigel."

"Shutt," ucap Rigel yang membalikkan badannya dan jari telunjuknya tepat di bibir Leandra.

Deg!

Leandra mematung seketika.

"Apaan sih! Kamu mau mau macam-macam ya?"

"Maaf enggak sengaja, lagian kamu berisik banget."

Leandra mendengus kesal dan kembali ke kamar.

Rigel yang melihat tingkahnya hanya menggelengkan kepala saja. Tidak lama dari itu ia mengambil beberapa barang-barang Leandra untuk ia bawa ke kamar. Ia membantu Leandra membereskan semuanya.

"Enggak usah dibantuin, aku juga bisa sendiri kok," dengan cuek Lea menjawab.

"Kamu marah?"

"Enggak, ngapain aku marah ini 'kan rumah kamu. Aku enggak berhak ngapa-ngapain."

Rigel mengehela napasnya, ia memang harus benar-benar bersabar menghadapi anak SMA yang baru lulus itu.

Leandra selesai merapikan bajunya dan kini menaruh beberapa kotak penyimpanan di atas lemari menggunakan kursi rias yang kini tidak stabil hingga Leandra hampir terjatuh beruntungnya ada Rigel dengan sigap menangkapnya.

Setelahnya Leandra turun dari dekapan Rigel yang membuat jantungnya tidak karuan.

"Lain kali minta tolong, apa susahnya minta bantuan."

"Ya maaf, lagian kamu juga enggak akan bantu 'kan?"

"Kalau kamu butuh, aku ada."

Rigel menurunkan kotak penyimpanan tersebut dan menyusunnya di samping lemari.

"Enggak usah di atas naruhnya, nanti susah kalau kamu mau ambilnya."

"Ada kursi kok, jadi bisa."

"Kalau aku enggak ada dan kamu jatuh bagaimana?"

"Iya maaf, aku salah lagi salah saja terus."

"Bukan begitu Lea, kamu itu tanggung jawabku. Apapun yang kamu alami aku yang akan menanggung semuanya, Ayahmu sudah berpesan buat jaga kamu."

Leandra benar-benar terkejut mendengarkan kalimat itu dengan lancar diucapkan oleh Rigel yang baru beberapa hari dikenalnya, sangat berbeda dengan Adrian.

"Terima kasih," ucap Lea dengan menunduk.

"Ada lagi yang mau aku bantu?"

"Meja kosong itu untuk apa?" seraya menunjuk meja yang memang ada satu kosong.

"Oh itu pakai saja, taruh barang-barangmu di sana. Sebelahnya itu punyaku."

Leandra membawa beberapa bukunya dan merapikannya di meja tersebut. Sebenarnya ia senang mendapatkan meja tersebut. Selain karena memang kosong juga dekat dengan jendela kamar, belum lagi pada dindingnya ada rak gantung untuk mengantungkan memo dan sebagainya. Entah itu sudah ada sejak dulu atau karena akan ada Lea tinggal di rumah tersebut.

Setelah semuanya selesai, Leandra merebahkan dirinya di atas ranjang yang luas itu. Ia masih menerka-nerka bagaimana nasibnya ke depan, bagaimana sikap Rigel. hal yang paling ia takutkan adalah sikap Rigel yang akan berbuat seenaknya karena tidak ada orang tuanya.

"Kamu mau makan apa?" tanya Rigel di ambang pintu.

"Aku mau masak saja deh, ada bahan makanan?"

"Enggak ada, rumah ini 'kan aku tinggalkan satu minggu."

Leandra menganggukkan kepalanya dan memikirkan ingin makan apa.

"Kamu bersiaplah, kita beli bahan masakan saja kalau begitu."

Ada senyuman yang tersembunyi di hati Leandra.

Mereka berbelanja di tempat perbelanjaan yang jaraknya mungkin hanya 10 menit saja dari perumahan Rigel.

"Beli apa saja yang kamu butuhkan."

"Aku beli sedikit, jadi aku beli seadanya saja."

"Aku yang bayar semuanya."

"Serius?" tanya Leandra kegirangan.

"Iya, kalau kamu mau beli yang lain silakan."

"Ah enggak usah nanti kamu minta apa-apa sama aku."

"Hah? Maksud kamu?"

"Iya kata Ibu enggak boleh menerima pemberian laki-laki, takutnya bakalan diminta balas budi dengan cara apapun."

Rigel kembali menghela napasnya dan melihat Leandra yang asik memilih bahan masakan.

"Aku itu suami kamu Lea, sudah sewajarnya kalau aku membayar semuanya."

"Iya tetapi nanti diminta balas budi, kalau diungkit-ungkit lalu minta hak kamu."

Rigel tertawa mendengar kepolosan istrinya itu.

"Enggak akan, silakan saja beli apapun yang kamu mau. Aku enggak akan macam-macam sama kamu."

Leandra hanya diam saja dan membeli beberapa makanan kesukaannya. Setelah itu Rigel membayar semuanya. Kini mereka memasuki mobil untuk kembali ke rumah.

"Ada lagi yang mau kamu beli?"

"Enggak."

"Kamu kalau mau beli sesuatu bilang, aku enggak tahu apa saja yang kamu inginkan ya, aku bukan dukun."

"Iya, eh kenapa kamu mirip Leonal sih?"

"Apanya, adikmu masih belasan tahun berbeda denganku."

"Enggak, bukan itu. Sikapnya maksudku."

"Ya mungkin karena laki-laki."

Mereka kembali terdiam satu sama lain hingga sampai di rumah. Rigel membantu Lea membawa belanjaan yang tadi mereka beli.

"Yang mengurus rumah ini siapa?"

"Aku sendiri kalau memang ada dinas luar kota baru aku suruh bibi di dekat sini rumahnya."

"Ke luar kota juga?"

"Iya, kenapa?"

"Enggak. Eh iya aku ke kampus bagaimana dong?"

"Kita pergi dengan arah yang sama jadi bersama saja."

Leandra mulai memasak untuk dirinya dan Rigel. sebelumnya ia menyimpan semua belanjaan dalam lemari pendingin itu dibantu oleh Rigel. Namun, sekarang ia pergi ke ruangan kerjanya.