webnovel

Paman, Apakah Makhluk Itu Memakan Manusia?

Biên tập viên: Wave Literature

Gadis itu menggertakkan giginya sambil mengangguk: "Selama kamu membiarkanku pergi, aku tidak akan melawanmu."

Setelah mendengar hal itu, Feng Jiu memberi kode pada si lelaki muda untuk segera memberikan kepingan emas.

Lelaki muda itu melirik ke arah gadis itu sebelum mendatangi Feng Jiu, lalu dia memberikan kepingan emas yang ada di tangannya. Feng Jiu menerimanya dan segera memasukkannya ke dalam jubahnya, dia pun menjauhkan belati yang dia pegang, dan melemparkannya ke arah lelaki itu.

Dia agak menjauh agar bisa menangkap belati itu, dan di saat yang sama, si gadis berbalik arah dan segera menendang Feng Jiu. "Dasar bajingan kecil! Beraninya menyentuhku!"

Feng JIu tidak menurunkan pertahanannya. Setelah menerima kepingan emas tadi, dia segera mundur dan tendangan gadis itu sia-sia.

Saat gadis itu ingin melangkah ke depan, tiba-tiba suara pria baruh baya terdengar cukup dalam sambil berkata: "Ying Rou, kembalilah."

"Paman Kedua!" Sang gadis menginjakkan kakinya, merasa tidak rela membiarkan masalah itu begitu saja. Tapi, saat dia melihat tatapan Paman Keduanya yang penuh peringatan, dan sinyal yang diberikan kedua mata kakak lelakinya, dia menggigit bibirnya dan kembali dengan tenang.

Di sisi lain, Feng Jiu merasa enam keping emas yang ada di dadanya terasa berat, dia takut akan menghancurkan tanaman obat yang dia simpan di sana, dia pun mengeluarkan kepingan emas itu dan menunjukkannya pada Ling Mo Han, "Paman! Lihat berapa uang yang ku punya! Bagaimana kalau nanti aku mentraktirmu minum anggur?'

Ling Mo Han melirik ke arahnya lalu pergi dengan langkah cepat, Feng Jiu mengikutinya dari belakang dan berteriak: "Hei Paman! Bisakah kamu berjalan sedikit pelan?!"

Melihat dua orang itu pergi, kedua mata lelaki muda tadi dipenuhi hasrat ingin membunuh, dan dia bertanya: "Paman Kedua, kenapa kita tidak membunuh si brengsek itu?"

"Pria berjubah hitam itu bukan orang biasa. Bahkan aku tidak bisa mendeteksi level bela dirinya, dan anak kecil itu juga aneh. Jelas sekali dia tidak berlatih bela diri apapun, tapi dia memiliki kemampuan yang seperti itu. Kurasa dia bukan hanya pemulung biasa."

Suaranya berhenti sesaat, sebelum akhirnya dia kembali berbicara: "Kita punya hal yang lebih penting untuk perjalanan ini. Jangan buat masalah yang tak perlu. Dan masalah ini juga sudah selesai, tolong jangan membahasnya lagi."

"Baik!" walaupun sedikit tidak puas, mereka hanya bisa menyetujuinya. Bagaimanapun, dibandingkan misi mereka pada perjalanan ini, masalah dengan anak kecil itu sangat tidak penting.

Ketika gadis itu mengingat misi mereka, dia akhirnya melupakan amarahnya lalu bertanya dengan hati-hati: "Paman Kedua, apakah benar ada binatang mistis yang lahir di Hutan Sembilan Jebakan?"

"Mm, aku percaya bahwa keluarga lain akan mendapat kabar angin tentang hal ini, dan akan datang ke Hutan Sembilan Jebakan. Atau bahkan mereka sudah ada di sekitar sini. Jadi, kita harus bergegas agar tidak ketinggalan kesempatan ini." Pria paruh baya itu mengangguk sambil menatap ke dalam Hutan Sembilan Jebakan, kedua matanya penuh dengan tekad yang kuat.

Mendengar kalimat Paman Kedua, lelaki muda tadi berpikir sesaat sebelum bertanya: "Apa mungkin kedua orang tadi juga mencari binatang mistis? Aku lihat mereka pergi ke kedalaman hutan, kurasa mereka memiliki target yang sama dengan kita."

Tiba-tiba kedua mata pria paruh baya itu penuh dengan rasa gusar lalu berbicara dengan nada yang dalam: "Kalau memang tujuan kita sama, kita harus mencari kesempatan untuk membunuh mereka!"

...

Di depan sana, Ling Mo Han yang belum berjalan jauh tiba-tiba menghentikan langkahnya, pandangannya yang semula dalam langsung berubah menjadi tajam dan melihat sekelilingnya dengan hati-hati.

Feng Jiu melihat dia berhenti, dan mengambil kesempatan untuk melepas jubahnya, dia memutarnya menjadi buntelan dengan cepat. Kemudian dia memasukkan seluruh tanaman obat yang dia kumpulkan pada buntelan jubah itu. Lalu dia juga memasukkan kepingan emas ke dalamnya, dan mengikat buntelan tersebut erat-erat ke tubuhnya.

Walaupun dia menggunakan baju compang-camping seperti pemulung, dia memakai beberapa lapisan kain, sehingga melepas satu atau dua lapisan pakaian tidak masalah baginya.

Namun, ketika dia sudah mengikat buntelan tadi dan mengangkat kepalanya, dia tertegun. Di antara pepohonan yang mengelilingi mereka, dia melihat binatang bertaring yang tidak dia kenali, tubuhnya sebesar sapi jantan, melangkah keluar dengan hati-hati. Dia mengedipkan matanya sambil bertanya: "Paman, apakah makhluk itu memakan manusia?"