"Sial, sial, sial! Aku tidak menyangka akan bertemu dengan utusan dari ras Malaikat disini"ucap Astaroth sembari terbang menjauhi tempat itu.
Namun tiba-tiba pria misterius itu muncul tepat dihadapan Astaroth dan mengejutkannya.
"Cukup sampai disini kita bermain kejar-kejarannya, Astaroth" ucap pria misterius itu sembari melayang diudara.
"Untuk apa utusan malaikat sepertimu malah mengejar demon sepertiku? Apakah kau tidak ada tugas lain di surga?!" ucap Astaroth.
"Utusan malaikat? Aku sama sekali tidak ada kaitan dengan ras malaikat" ucap pria misterius itu.
"Kau bohong, tidak mungkin kalau kau bukan utusan dari ras Malaikat. Kau bisa menggunakan atribut Holy Magic" ucap Astaroth tidak percaya.
Pria misterius itupun membuka topengnya dan memperlihatkan wajahnya kepada Astaroth. Astaroth yang melihat wajah dari pria misterius itupun kaget dan tidak percaya.
"Kau… Aku mengenali wajah itu. Kau adalah…" ucap Astaroth.
Belum sempat Astaroth menyelesaikan ucapannya, pria misterius itupun menjentikkan jarinya. Dengan sekali jentikan jari, membuat mulut dari Astaroth robek hingga ketelinga.
"AHHHH!" teriak Astaroth.
Karena tidak kuat menahan sakit, Astaroth pun sampai terjatuh dari langit ketanah.
"Kau tidak pantas untuk mengatakan siapa diriku sebenarnya" ucap pria misterius itu sembari turun dari langit ke tempat Astaroth jatuh.
"Bagaimana bisa kau mempunyai Holy Magic? Apalagi kekuatan dari sihirmu itu bahkan sebanding dengan [mereka]!" ucap Astaroth sembari meringis kesakitan.
"Kau tidak perlu tahu bagaimana aku bisa mendapat kekuatan yang setara dengan ras Malaikat" ucap pria misterius yang melangkah kearah Astaroth.
"Tung-tunggu dulu! Aku bisa menjadi bawahanmu. Aku akan setia padamu, jadi tolong ampuni aku. Aku tidak akan mengatakan ke siapapun tentang identitasmu!" ucap Astaroth ketakutan.
Pria misterius itu pun menghentikan langkahnya dan tertawa.
"Hahaha… Bahkan demon sepertimu bisa memohon belas kasihan seperti ini? Apa yang akan dilakukan [Great Demon Emperor] jika melihatmu seperti ini" ucap pria misterius itu.
Pria misterius itu pun melanjutkan langkahnya menuju Astaroth.
"Sial! [Dark Magic Skill : Total Darkness]."
Astaroth terlihat merapal sebuah skill sihir.
Skill yang dikeluarkan oleh Astaroth dapat membutakan lawan dengan mengeluarkan asap hitam dan juga beracun jika dihirup.
Dengan cepat, Astaroth melarikan diri dari pria misterius itu dengan terbang ke langit. Namun pria misterius itu tidak bergeming, namun dia terlihat menjetikkan jarinya.
"[Ultimate Skill Holy Magic : Heavenly Judgement]" ucap pria misterius itu.
Skill ini adalah skill yang dapat menghancurkan target, baik tubuh dan jiwanya. Namun hanya berefek jika target yang diserang memiliki elemen atribut Dark/kegelapan.
Seketika Astaroth yang tengah terbang di langit di kelilingi oleh lingkaran sihir yang terdiri dari 4 lapisan. Lingkaran sihir itu berada di atas, bawah, kiri dan kanan dari Astaroth.
"Apa ini?!" ucap Astaroth sembari mencoba keluar dari lingkaran sihir yang mengelilinginya,namun tidak berhasil.
Tubuh Astaroth pun terbakar, teriakan Astaroth terdengar sangat keras hingga akhirnya tidak terdengar lagi suara darinya. Tidak ada yang tersisa dari Astaroth.
"Aku sudah membalaskan dendammu, kuharap kau tenang disana. Wahai orang yang sangat kucintai. Dan sekarang adalah giliranmu untuk kuselamatkan… Rose" ucap pria misterius itu dan tiba-tiba menghilang entah kemana.
Di waktu yang berbeda, Kolonel Ryota dan yang lain telah sampai di markas provinsi timur dengan selamat. Seluruh prajurit pun berkumpul menyambut kedatangan dari Kolonel Ryota dengan suka cita.
"Kolonel!" teriak Kapten Saito yang langsung berlari kearah Kolonel Ryota.
"Aku kembali, maaf sudah membuat kalian semua khawatir" ucap Kolonel Ryota
"Selamat datang kembali Kolonel!" ucap Mayor Megumi.
"Ryouichi, kau dan yang lain bisa beristirahat dahulu. Besok aku akan mengadakan rapat, kau dan yang lain harus hadir dalam rapat itu" ucap Kolonel Ryota kepada Ryouichi.
"Baik Kolonel" ucap Ryouichi.
Kolonel Ryota dan yang lainnya pun sepakat untuk beristirahat terlebih dahulu, sebelum mengadakan rapat lagi untuk kesekian kalinya. Pada saat malam, Kolonel Ryota berada di ruangan kerjanya mencoba menebak siapa sosok pria misterius yang membantunya saat melawan Astaroth.
"Siapa pria misterius itu. Dan lagi dia memakai sihir yang belum pernah kulihat sebelumnya."ucap Kolonel Ryota.
"~Ding!" terdengar suara jam yang menunjukkan pukul 00:00.
"Hmm? Tidak terasa sudah jam segini. Aku akan mencari udara segar diluar terlebih dahulu, lalu tidur" ucap Kolonel Ryota sembari bangkit dari duduknya dan pergi keluar menuju halaman.
Namun ketika dia sampai di halaman, Kolonel Ryota melihat ada Kolonel Rose yang sedang duduk sendirian di bangku taman.
"Rose… Lebih baik aku tidak mengganggunya dulu. Aku masih belum bisa berbicara dengannya saat ini" gumam Kolonel Ryota.
Ketika Kolonel Ryota memutuskan untuk kembali keruangannya, tiba-tiba Kolonel Rose memanggil dirinya.
"Kau tidak perlu pergi Kolonel Ryota. Aku sudah mendengar langkah kakimu dan tahu bahwa itu adalah dirimu. Aku memiliki hal yang ingin kubicarakan denganmu" ucap Kolonel Rose.
"Sepertinya aku sudah ketahuan yah…" ucap Kolonel Ryota.
Kolonel Ryota pun berjalan menuju bangku taman dan duduk di sebelah Kolonel Rose. Terasa situasi yang canggung diantara mereka, namun Kolonel Ryota memberanikan diri untuk membuka percakapan.
"Anu… Rose. Aku--" ucap Kolonel Ryota namun dipotong oleh pembicaraan Kolonel Rose.
"Kau tahu? Dulu ketika aku kecil, aku sering bermain dengan kakakku… Daisuke. Kami berdua sering bermain petak umpet dan kadang memanjat pohon. Dan ketika aku terjatuh karena tidak bisa memanjat pohon, kakakku menggendongku dengan lembut dan membawa ku pulang. Dan ada juga ketika kami kelelahan karena terlalu banyak bermain, aku sering tidur di pangkuan kakakku. Sungguh itu merupakan kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan selama bersama dengannya" ucap Kolonel Rose.
"Rose…" ucap Kolonel Ryota.
"Dan bahkan ketika dia mulai memasuki akademi militer, dia masih menyempatkan diri untuk sekedar berbincang denganku. Meski aku tahu dia selalu tampak kelelahan, namun dia tidak pernah memperlihatkan ekspresi lelah nya saat bersamaku. Aku sangat menyayanginya, dia adalah salah satu orang yang tidak akan pernah tergantikan bagiku" ucap Kolonel Rose.
Kolonel Ryota hanya bisa terdiam seribu bahasa setelah mendengar perkataan dari Kolonel Rose. Dia merasa telah merenggut kebahagiaan terbesar dari Kolonel Rose.
"Dan kau tahu? Dulu disetiap kami berbincang, kakakku selalu menyebut tentangmu. Dia selalu mengatakan bahwa kau adalah satu-satunya orang luar yang dia anggap sebagai saudara. Dan harus aku akui bahwa aku iri dengan dirimu Kolonel Ryota, aku dulu selalu ingin bertemu denganmu. Aku ingin melihat sendiri mengapa kakakku selalu menyebut tentang dirimu. Perlu kau ketahui, kaulah alasan kenapa aku sampai bisa masuk akademi militer" ucap Kolonel Rose.
"Aku?... Kau terlalu penasaran denganku sampai kau masuk akademi militer hanya untuk bertemu denganku?" tanya Kolonel Ryota.
"Kau benar dan ketika aku masuk akademi militer, aku selalu melihatmu bercanda tawa dan menghabiskan waktu bersenang-senang dengan kakakku. Dan dari situlah aku mulai menganggapmu sebagai kakak keduaku. Namun kau tahu, semuanya berubah sejak kematian kakakku, aku mulai mengurung diri dalam kamar. Dan aku marah saat aku tahu bahwa hanya kaulah satu-satunya yang masih hidup pada saat insiden itu, aku mendengar rumor bahwa kaulah penyebab kakakku bisa meninggal. Dan bodohnya aku percaya dengan rumor itu dan bertekad menjadi [Guardian] agar bisa setidaknya bertarung denganmu dengan posisi yang setara. Namun ketika aku sudah menjadi [Guardian] aku malah menemukan fakta bahwa bukan kau yang menyebabkan kakakku meninggal dan malah kau yang membalaskan dendam untuk kakakku" ucap Kolonel Rose.
"Aku juga selalu menganggap Daisuke sebagai saudaraku, aku harap kau bisa memaafkanku karena tidak bisa menyelamatkan kakakmu" ucap Kolonel Ryota sembari mengepalkan tangannya dan menangis.
"Kau tidak perlu bersedih seperti itu Kolonel Ryota. Malah justru harusnya akulah yang meminta maaf padamu, karena tidak berada disampingmu ketika kau terpuruk atas kematian kakakku. Dan terima kasih sudah membuat kakakku merasa bahagia semasa hidupnya karena memiliki saudara lain sepertimu" ucap Kolonel Rose sembari tersenyum.
Angin malam yang lembut berhembus kearah mereka berdua, perkataan dari Kolonel Rose membuat Kolonel Ryota kembali menangis. Namun kali ini bukanlah tangisan sedih melainkan tangisan bahagia karena dirinya teringat bahwa dia masih sempat membuat kenangan bahagia dengan Daisuke sebagai saudara.
"Dan bolehkah aku membuat permintaan yang egois kepadamu?" ucap Kolonel Rose.
"Permintaan apa itu? Selama itu masih dalam jangkauanku, aku akan memenuhinya" ucap Kolonel Ryota.
"Jika hanya berdua seperti ini, bolehkah aku memanggilmu dengan panggilan kakak?" ucap Kolonel Rose.
"Ha?! Mengapa tiba-tiba seperti itu? Bukankah tadinya kau membenciku?"ucap Kolonel Ryota.
"A-aku tidak pernah membencimu, dan malah aku tidak bisa membenci dirimu. Karena ketika aku melihatmu, aku selalu melihat bayangan dari kakakku. Dan aku juga yakin bahwa kakakku Daisuke tidak akan keberatan jika aku memanggilmu dengan sebutan Kakak" ucap Kolonel Rose tersipu malu.
"I-itu terlalu berlebihan menurutku…" ucap Kolonel Ryota kebingungan.
"Be-begitukah? Ma-maaf jika aku membuatmu risih" ucap Kolonel Rose lirih sembari tersenyum sedih.
Kolonel Ryota melihat ekspresi kecewa dari Kolonel Rose dan segera merubah perkataannya.
"Kalau hanya berdua seperti ini sepertinya tidak masalah" ucap Kolonel Ryota.
"Jadi?... Aku bisa memanggilmu kakak?" ucap Kolonel Rose.
"Ya, kau bisa" ucap Kolonel Ryota sembari menggaruk kepalanya.
"Terima kasih… Karena memberiku kesempatan untuk menyebutmu dengan panggilan itu…Kakak"ucap Kolonel Rose dengan tersenyum.
"Ryouichi, aku sekarang mengerti mengapa kau sangat menyayangi adikmu dan selalu ingin melindungi senyuman adikmu" ucap Kolonel Ryota dalam hati setelah melihat senyuman Kolonel Rose.
"Baiklah, sudah terlalu larut. Aku akan kembali duluan dan lebih baik kau juga beristirahat, bukankah nanti pagi akan ada rapat?" ucap Kolonel Rose sembari bangkit dari duduknya.
"Kau benar, sebaiknya kau segera beristirahat. Aku akan kembali keruanganku sebentar lagi" ucap Kolonel Ryota.
"Kalau begitu, aku duluan yah… Kakak" ucap Kolonel Rose pergi sembari melambaikan tangan kearah Kolonel Ryota.
Kolonel Ryota tersenyum dan melambaikan tangan kembali kearah Kolonel Rose. Setelah Kolonel Rose pergi, tiba-tiba suara dari Kolonel Ray mengejutkan Kolonel Ryota.
"Uwah… Aepertinya ada yang sangat bahagia karena mendapat adik baru" celetuk Kolonel Ray yang sedang berada di atas pohon.
"Sialan… Bisakah kau menyapa dengan cara normal? Dan kenapa kau berada di atas pohon selarut ini?" ucap Kolonel Ryota terkejut.
"Ayolah… Jangan marah seperti itu. Oh ya, bagaimana kalau aku juga memanggilmu dengan sebutan kakak (Aniki)?" ucap Kolonel Ray
Kolonel Ryota melihat Kolonel Ray dengan tatapan jijik.
"Ka-kak Ryota…" ucap Kolonel Ray dengan nada adik perempuan.
"Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan itu, aku akan menendang bokongmu sekeras mungkin dan mengirimmu sampai kebulan" ucap Kolonel Ryota.
"Hahaha… Ayolah jangan seperti itu, aku hanya bercanda" ucap Kolonel Ray.
"Bercandamu menjijikkan dan membuatku merinding" ucap Kolonel Ryota.
"Baiklah cukup bercandanya, mari kita berbicara serius sebentar. Apa kau mau membicarakan tentang pria misterius itu saat rapat nanti?" ucap Kolonel Ray yang merubah intonasi suaranya menjadi serius.
"Tidak ada pilihan lain selain membicarakan itu dirapat nanti. Bisa jadi kita mendapat petunjuk tentang siapa pria misterius itu dirapat nanti" ucap Kolonel Ryota.
"Aku harap kita tidak menyesal ketika kita mengetahui identitas dari pria misterius itu" ucap Kolonel Ray.
"Kuharap juga seperti itu, baiklah sudah saatnya aku kembali" ucap Kolonel Ryota sembari bangkit dan pergi dari tempat itu dan meninggalkan Kolonel Ray yang masih berada di atas pohon sendirian.
"Baiklah" ucap Kolonel Ray.
"Pria misterius yah? Aku sudah memiliki kecurigaan, namun aku sangat berharap kecurigaanku tentang pria misterius itu salah" gumam Kolonel Ray.
"Baiklah, sudah saatnya aku kembali dan beristirahat" ucap Kolonel Ray sembari turun dari pohon dan kembali keruangannya.
Matahari pun muncul dan menandakan bahwa hari telah berganti menjadi pagi. Diruangan rapat telah hadir Kolonel Ryota, Kolonel Rose, Kolonel Ray, Ryouichi dan juga Letnan Satu Shizu. Dan rapat untuk mencoba menguak identitas dari pria misterius itu pun dimulai.
"A-aku tidak pernah membencimu, dan malah aku tidak bisa membenci dirimu. Karena ketika aku melihatmu, aku selalu melihat bayangan dari kakakku. Dan aku juga yakin bahwa kakakku Daisuke tidak akan keberatan jika aku memanggilmu dengan sebutan Kakak"
~Kolonel Rose to Kolonel Ryota