webnovel

DEAL?

18/6/2022

Happy Reading

***

"Kenapa tidak diambil tawaran itu?"

Hemmm ….

"Amit-amit!" Laya berseru kesal. 

Orang ini kenapa sih?! Benar-benar menyebalkan. Senang sekali menguji kesabaranku.

"Tapi kau kan sangat cantik, La," kata Jarvis yang mencoba untuk menahan tawanya saat melihat wajah Laya yang bertekuk kesal. "Tubuhmu juga indah. Lumayan kan' untuk tambahan biaya hidupmu. Dalam satu minggu kau bisa mendapat uang 10 juta dengan mudah. Sedang gajimu disini … berapa?"

"Tiga jutaan …," jawab Laya dengan terpaksa. "Ditambah 150 ribu setiap hari."

"Nahh, hanya tiga juta perbulan dan 150 ribu perhari. Perbedaannya sangat jauh. Tidak tertarik, hem?" 

Hishhh!!

Astagaaa!! Ingin rasanya Laya menimpuk kepala Jarvis saat ini!

Sialan, ini orang!

"Aku sama sekali tidak tertarik!!" Laya menjawab dengan pasti. "Meskipun aku butuh uang, aku tidak—"

"Pernah terpikir tidak mau jadi pelacur seperti mereka?" tanya Jarvis dengan cepat memotong ucapan Laya. 

Bohong kalau semisal Laya mengatakan tidak pernah kepikiran untuk menjadi pelacur. Pasti dalam keadaan terdesak, antara sadar atau tidak sadar, setidaknya ada pikiran itu. Mencari jalan pintas untuk mendapatkan uang. Apalagi posisi Laya dengan dalam keadaan sulit seperti ini. 

Laya dengan terpaksa mengangguk, jujur. "Tapi harga diri dan kehormatanku tidak mengizinkan aku untuk melakukan itu." Ia menghembuskan napasnya panjang-panjang. "Kau tahu … ibarat kata, kerja halal daripada haram dan lagi aku tidak mau mengecewakan tunanganku."

"Ohhh." 

Hem, lagi-lagi hanya "OH" Laya menggeleng heran. Seperti tidak punya simpati tapi banyak tanya. Aneh, kan?!

"Lalu jual beli ini?" Jarvis menunjuk lembaran kertas harga sewa para wanita malam itu. "Apa maksudnya?" tanyanya penuh arti. "Kau bisa jelaskan padaku?"

"Ahhh …." Laya tertampar keadaan. "Iyaaa, aku tahu," ucapnya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. 

"Lalu?" 

Laya menunduk. "Tapi setidaknya hanya ada satu pria yang nanti menjamah dan menyentuh tubuhku dalam kurun waktu  sembilan bulan."

"Oh." Ini maksudnya. Jarvis mengangguk paham.

"Kalau di rumah bordil kan' paling tidak aku harus melayani lebih dari satu orang dalam waktu sehari. Terus sudah dipakai berkali-kali dengan orang yang berbeda setiap harinya … eh, uangnya masih dipotong sama mucikarinya. Belum lagi kalau dapet pria yang psikopat, bisa mati gila aku, bos." Laya terkekeh geli. "Dan, tunanganku bukannya sembuh malah bisa ikut-ikutan gila karena memikirkan aku yang jadi pelacur ini. Jadi aku cari aman saja selama sembilan bulan ini."

Laya melihat Jarvis, ia langsung nyengir salah tingkah. "Terlepas dari siapa kau yang aku belum tahu pasti siapa kau sebenarnya … lagi pula yang akan menyentuhku untuk pertama kali itu kau bukan orang lain."

"Kau percaya padaku?" 

Laya mengangguk. "Sejak pertemuan pertama. Walau kau orang yang menyebalkan— pada kenyataannya— Aku punya perasaan baik terhadapmu."

"Jika aku menidurimu malam ini dan aku kabur malam ini juga tanpa memberikan uang itu, apa yang akan kau lakukan?"

"Eummm … apa, ya?" Laya berpikir sejenak. "Diam-diam aku akan memotong burung mu dan menggantungnya di depan pintu masuk. Memberitahu pada semua orang, siapa sebenarnya Jarvis Isamu ini."

Jarvis menggeleng gemas, lalu ia tersenyum penuh arti. 

"Dan aku akan berteriak …."

Jarvis menunggu untuk ini.

"Heii, lihatlah! Ini burung milik Jarvis Isamu!!" Laya berakting, menunjuk-nunjuk ke arah mana saja. Seolah disana ada burung Jarvis yang tergantung mengenaskan berlumuran darah. "Pria yang kalian selalu elu-elukan ini … ughh, tuan Jarvis yang tampan … tuan Jarvis yang baik hati … cuihh!!" 

Jarvis tertawa, giginya yang rapi dan menggemaskan sampai terlihat.

"Nihhh, lihat lah!!Pria yang kalian puja-puja adalah penipu kelas kakap. Dia sudah memperkosa saya dan—"

"Ehh, aku tidak memperkosmu, yaa?!" Protes Jarvis tidak terima. Ia memijat pipinya yang kaku karena banyak menahan tawa.

"Meniduri lalu meninggalkan tanpa kabar dan lepas tanggung jawab begitu saja … itu namanya apa coba?!"

Jarvis menelan ludahnya. Apa iya?!

"Lalu tidak membayar sesuai perjanjian?!"

"Tapi kan' …." Jarvis menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kau yang mau ini, bukan aku. Aku pernah menolak tapi—"

"Tapi kau yang memberiku tugas-tugas ini?" 

"Tapi kau mau melakukannya secara sukarela." Jarvia tidak mau kalah debat.

"Tidak!" Laya menggeleng tegas. "Aku melakukannya karena uang."

Jarvis mau membuka mulutnya tapi—

"Aku melakukan ini karena adanya perjanjian. Jika tidak, mana mau aku menyerahkan tubuhku ini padamu secara sukarela. Sudah kubilang, aku ini bukan pelacur dan aku memilihmu karena aku percaya padamu 100%. Paham?!"

Skakmat!!

Oke, Jarvis kalah.

"Bagaimana?" 

"Ehem." Jarvis berdehem salah tingkah.

Haishh, padahal Jarvis sudah tidak mau lagi berurusan dengan wanita yang bernama Laya Gemina ini. 

Sebenarnya Ia punya rencana sendiri untuk Laya tapi … eh, ini malah … 

Aish, waktu itu … dalam otak tampannya ini, ia sama sekali tidak kepikiran jika gadis itu akan menawarinya keperawananya padanya. Ia pikir gadis itu akan memberikan penawaran benar-benar bermanfaat untuknya.

Misal jadi Asisten Pribadinya yang mengurusi segala macam keperluannya.

Haishh, ternyata gadis ini tidak sepolos yang ia kira dan mungkin saja dalam hal ini salahnya juga sejak awal memberikan pilihan itu sendiri pada Laya. 

Jika ia mengatakan to the point, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.

"Oke, baiklah."

Laya langsung tertawa girang.

"Kau yakin akan meneruskan ini?!" tanya Jarvis menyakinkan sekali lagi. 

"Yakin! Demi uang 350 juta!" Laya mengepalkan kedua tangannya. Memberi semangat pada dirinya sendiri.

"Oke, baiklah. Kita lanjutkan sesuai permintaanmu …."

Laya mengangguk.

"Jadi satu minggunya 10 juta. Dalam waktu satu bulan ada 4 minggu. Jadi sebulan nya, 40 juta, oke." Jarvis bergumam. "Kalau sembilan bulan jadi 360 juta?"

"Yaa," ucap Laya mengangguk semangat.

"Lalu?" Jarvis menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bukannya 350 juta untuk membayar keperawanannya Laya, ya?

"Yaaa, 350 juta akan lunas selama 9 bulan," jawab Laya dengan polosnya.

"Bukan, maksudku … berapa harga untuk keperawananmu?" tanya Jarvis.

"Huh?" 

"Huh?"

Jarvis dan Laya saling berkedip bingung.

"Ahh, iya, sudah terserah kau saja," kata Jarvis yang pada akhirnya memutuskan dengan cepat. "Ini kau yang mau, bukan aku."

Laya mengangguk. 

"Lalu sepuluh jutanya?" 

"Sepuluh jutanya itung-itung bonus untukmu. Jadi total semuanya sembilan bulan lebih satu minggu. Deal?!" Laya mengulurkan tangannya, mengajak Jarvis bersalaman.

Jarvis masih ragu menerima itu. "Laya ini memang polos dari lahir atau bodoh alami, sih? Kalau seperti ini caranya, aku sama saja seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan," gumamnya dalam hatinya.

"Bos?" Panggil Laya dengan perasaan nano-nano. Dilihat dari raut wajah Jarvis, sepertinya dia masih ragu melakukannya.

Eh, tunggu dulu! Laya jadi bingung sendiri, "Kenapa jadi aku yang ngebet?" 

"Ya?" Jarvis menoleh, melihat mata Laya yang penuh harap.

"Deal?"

***

Salam

Busa Lin

Terima kasih ●.●

Busa_Lincreators' thoughts