webnovel

Magician Thief

Malam yang dingin di Kerajaan Falheim. Bintang-bintang menerangi langit malam dan lampu lilin dinyalakan di sekeliling kerajaan membentuk seperti kunang-kunang yang terbang.

Gereja Dewa Langit yang sedang sepi, karena waktu menunjukkan pukul sebelas malam, jemaat gereja yang datang hanya beberapa dan beberapa uskup. Itu dapat terjadi dikarenakan setiap gereja selalu dibuka dua puluh empat jam.

Di tengah keharmonisan malam gereja Dewa Langit, sebuah suara keras terdengar. Suara tabrakan kaca terdengar di seluruh gereja.

Seorang pemuda memakai jas cokelat lusuh dan topeng hitam sebatas mata, melompat keluar dari gereja dan di ikuti oleh seorang pria paruh baya dengan tubuh besar. Mereka melakukan kejar-kejaran, melompat dari atap rumah ke atap rumah lain.

"Berhenti kau pencuri!" uskup itu mengejar dengan kecepatan tinggi sembari berteriak.

Pemuda itu menoleh ke belakang dan melihat uskup telah hampir mencapainya. Dia menggenggam erat sebuah kertas dokumen yang adalah dokumen yang berisi informasi mengenai urutan lingkaran penyihir.

'Uskup itu setidaknya urutan enam, apa yang bisa urutan delapan seperti aku lakukan?' pikiran pemuda itu melaju.

Dia kemudian memusatkan mana miliknya ke arah kakinya. Memakai mana untuk menguatkan kakinya, dia memperoleh kecepatan yang lebih cepat dibandingkan manusia pada umumnya dengan mendadak.

Dia mengelak ke bawah, dan membiarkan uskup itu melesat melewatinya. Dia akhirnya mengeluarkan tongkat sihirnya. Panjangnya hanya sepanjang penggaris dan diameternya hanya 0,5 cm.

Pemuda itu mengangkat tongkat itu, membentuk melingkar sambil berteriak dalam bahasa Arinest kuno, "Cahaya!"

Sebelum cahaya dari sihir itu bekerja, gelombang mana yang besar seakan meledak dari arah gereja. Pemandangan ledakan mana dengan warna hitam pekat, namun mana itu murni tanpa ada korupsi. Uskup yang akan mengejar pemuda pencuri mengalihkan pandangan ke arah ledakan.

Saat pemuda itu menyadarinya, dia memanfaatkan jeda itu untuk kabur dan bersembunyi.

***

Saat ledakan terjadi, empat uskup urutan enam dan seorang kardinal urutan lima memandangi gereja yang hampir hancur. Mereka segera bergerak menuju ruangan yang berpotensi mendapat serangan, ruang relik!

Relik gereja merupakan benda mistis dengan kekuatan tinggi yang diberikan dewa yang terkait dan hanya boleh digunakan oleh penegak hukum dari masing-masing gereja.

Seperti gereja Dewa langit yang memiliki Holy Punisher, gereja Dewa Laut memiliki Wave Officer, gereja Dewi Malam hari Nighteyes, gereja Dewa Matahari memiliki Flaring Team, greja Ibu Surgawi memiliki Heavenly Punisher.

Uskup dan kardinal yang sekaligus anggota Holy Punisher memandang pintu menuju ruang bawah tanah tempat relik tersimpan. Mata mereka terbelalak merasakan adanya gerakan yang cepat melewati mereka. Mereka langsung mengalihkan pandangan dan menyebarkan mana guna mencari jejak pencuri.

Setelah itu seorang uskup berteriak kepada kardinal, "Dia pergi menuju ruang doa lantai dua!"

Kardinal itu mengangguk. Matanya dipenuhi rasa marah. Dia berlari dengan cepat dan membuat jubah yang memiliki simbol merpati yang disulam berkibar. "Tingkatkan penjagaan! Jangan biarkan dia keluar!"

"Baik, Pak!"

Para uskup menyebar, meninggalkan kardinal dengan seorang uskup menuju ruang doa lantai dua.

Mereka menaiki tangga, bergegas dengan kecepatan yang tinggi.

Kemudian mereka sampai. Seorang pria dengan wajah kurus dan tubuh yang ramping. Mengenakan pakaian tuksedo dengan topi tinggi yang tidak sesuai dengan kerajaan. Rambut hitam panjang pria itu berkibar. Menggenggam tongkat bertahtakan perak dan sebuah kunci, pria itu berdiri membelakangi jendela kaca patri.

Pria itu tidak lain adalah Ciel!

Di bawah emblem suci Dewa Langit, Ciel tertawa dengan suara yang serak.

"Halo, Tuan-tuan. Bagaimana pertunjukan hari ini?"

Kardinal segera menggerakkan giginya. Dia mengangkat tongkat sihirnya kemudian merapal mantra.

Lingkaran sihir segera terbentuk di ujung tongkat itu. Warna biru terang memenuhi lingkaran sihir dengan simbol-simbol misterius.

Petir keluar dari tongkat, menyambar ke arah Ciel. Itu sihir lingkaran lima, Thunder strike!

Ciel tetap tersenyum dan diam-diam mengeluarkan sebuah buku yang melayang dari samping tubuhnya. Buku itu menyala berwarna hitam gelap. Mana Ciel disuntikkan ke dalam buku.

Dinding tipis yang seperti kabut yang gelap mengelilingi Ciel. Petir yang menyambar seakan terserap ke dalam penghalang milik Ciel dan hilang begitu saja.

"Itu tadi sihir yang hebat, Kardinal Anderson. Maaf karena membuat sihir itu menjadi terlihat menyedihkan."

Ekspresi para uskup menegang. Sihir kardinal yang kuat ditiadakan begitu saja. Kardinal Anderson bergeming. Wajahnya dipenuhi keringat dingin.

"Apa yang kau curi kali ini, Franchise Lupin."

"Entahlah." Ciel tersenyum saat menjawab dan mencondongkan tubuhnya ke belakang. "Kalau begitu, selamat tinggal."

Ciel terjun menghancurkan jendela kaca dan jatuh. Tubuhnya segera menyatu dengan alam dan menghilangkan jejak.

Kardinal Anderson mengernyit dan segera berbalik. "Kirim telegram ke pusat. Ajukan permintaan pemindahan seluruh relik serta pembangunan ulang gereja."

***

Pria dengan pakaian lusuh menonton aksi dari Franchise Lupin yang bagai pertunjukan sulap. Wajahnya dipenuhi kekaguman.

Pria itu bernama Murdock Mike. Seseorang dari kalangan bawah, dengan ekonomi yang rendah. Dia adalah seorang mantan imam gereja Dewi Malam sebelum dikeluarkan, dia sekarang melakukan berbagai pekerjaan, namun tidak ada yang mampu menopang kehidupan dia dan keluarganya yang tidak sejahtera. Setelah munculnya seorang pencuri bernama Lupin, dia memutuskan untuk mencuri. Tentu saja itu bukan perbuatan yang baik, tapi keadaan memaksanya sampai sejauh itu.

Saat dia sadar dari rasa kagumnya, dia segera meninggalkan tempat kejadian. Sambil menggenggam sebuah dokumen dan sekantung uang, Mike pergi menuju gang kecil. Melepaskan jas lusuhnya.

Dinginnya malam menerjang kulit Mike. Yang bisa dia lakukan hanyalah mencuri. Ini adalah keahliannya.

Saat Mike hendak pergi, dia merasakan bayangan perlahan menuju ke arahnya. Sebuah siluet dengan topi top tinggi dan membawa tongkat tersembunyi dalam bayangan.

'Sial! Apakah bangsawan? Aku harus segera pergi.' Mike jatuh ke dalam dilema dan perasaan takut saat dia menggerutu dalam diam.

Suara terdengar dari bayang-bayang.

"Tenanglah, aku bukan seperti yang kau pikirkan."

Sosok itu keluar dari bayangan. Itu tidak lain adalah Franchise Lupin, atau Ciel Grand.

Ciel menatap pria itu dengan tatapan senang. Menatap sebuah dokumen yang dia curi. "Apakah pertunjukan tadi menarik?"

Jantung Mike berdebar kencang. Dia mungkin akan dibunuh karena menjadi saksi mata!

"Kau ..." Ciel menyesuaikan kacamata berlensa tunggalnya. "Bekerjalah denganku."

"Hah?"