webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
91 Chs

Bab 58

Putri yang dari sejak kuliah sudah menaruh hati pada Ardan kakak tingkatnya di Fak Ekonomi, yang kebetulan waktu itu tempat kost ardan di depan kostan sahabatnya lusi. Putri tidak pernah tahu kalo cintanya akan bertepuk sebelah tangan. Waktu itu bukannya Lusi sama kak Janggan dari Fak tehnik kenapa jadi sama kak Ardan dasar perempuan ndak tahu malu playgirl juga nyatanya sok jadi anak polos, nyatanya ndak bisa lihat laki laki ganteng dan bening sedikit diembat juga sama dia. Bukankan waktu itu dia tahu kalo sahabatnya yang cantik ini naksir yang namanya ardan. "Kak Ardan kok tega nglakuin ini ke aku, aku akan lakukan apa saja asal kau mau bersamaku, bahkan mungkin jika aku jadi yang kedua" tangisan putri di kamarnya semakin kerad, kamar yang sudah jadi kapal pecah karna barang yang dekat sama dia diporak porandakan enyah jadi berapa bagian. Putri memang tinggal sendirian di salah satu perumahan elite di Semarang Selatan karna memang belum berkeluarga, selain sebagai dosen di universitas negeri dia juga dosen di sekolah tinggi swasta di kota ini.

Gadis cantik dari keluarga berada yang juga pinter namun sayang sedikit jutek dan angkuh untuk laki laki yang ingin mendekati akan mikir dua tiga sampai tujuh kali sebelum dilakukan sudah terbayang ditolak duluan. Nah gimana coba apalagi di hatinya yang dipikir cuma ada abang ardan doang, wah bisa pusing dan sakit hati sampai ke ujung kaki saat ditinggal nikah sama sahabat sendiri kebayang ndak gimana perasaan hati putri, yang merasa sudah menjaga hatinya biar ndak ditambatkan ke lain hati, siapa suruh jatuh hati sendirian mpok, la kenapa ndak pernah diomongin ke orangnya kemana aja put selama ini. Atau karna sibuk dengan karir ndak sempet mikir tuh cowok bisa diembat yang lain. hik hik hik tangisan hati yang menyayat pilu, mau gimana lagi, masak lho mau rebut dari sahabatmu sendiri, tapi kalo tuh cowok maunya sama sahabatmu makanya dia jadiin istri, jadi orang mbok yao mikir, ojo dumeh.

Dasar memang perempuan, ndak mungkin nyatakan isi hatinya duluan, bisanya cuma nunggu, ternyata ndak bisa begitu kalo urusan hati ndak masalah diperjuangkan to ? hayo ngikut paham yang mana kalo kasusnya kayak putri. Dia malu nyatain cintanya ke kakak ardan tapi malah lepas to cinta kak ardan buat shobatnya. Bantal guling sudah entah berada dimana karna terlempar tangan yang penuh amarah. si empunya terduduk lemas di bawah ranjam ukir jepara dengan bunyi sisa tangis sesenggukan dan wajah yang berantakan, malu rasanya gimana seorang dosen yang terkenal galak dalam memberikan tugas tugas materi kalo sampe tertangkap basah mahasiswa nya dalam kondisi patah hati akut yang ndak bisa tertolong lagi, apa kata mereka bisa buat senjata pergunjingan seluruh kampus, kalo bu putri patah hati sama pak ardan, alangkah malunya.

Flashback on

"lus, cakep juga ya kak ardan," cakap putri saat berada di ruang kuliah bahasa inggris, mata kuliah umum dimana mahasiswa FEB semua jurusan diharuskan ngambil mata kuliah ini.

"Mana ada kak ardan, dia kan udah semester diatas kita, ngapain ambil mata kuliah samaan kita," lusi celingukan mencari obyek yang dimaksud, " itu di belakang dua kursi dari tempat kita," kata putri, dan menyebabkan lusi menolehkan kepalanya ke belakang." oh, iya sih, boleh juga, jadi daftar antrian setelah kak Janggan," ucap lusi tanpa sadar sedikit keras dan semua mahasiswa menoleh ke arah suara mereka, bikin malu mereka berdua, yang digunjingkan tersenyum ke arah dua mahasiswi yang asyik ngobrol karna ndak tahu obyek taruhan adalah dirinya, jantung putri mau copot lihat senyuman cowok yang diincarnya, oh GOD kenapa senyumnya begitu menawan, ingin rasanya selalu dekatnya.

"Yang pingin arisan silahkan di luar" sahut dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris. Dan akhirnya tercipta suasana hening di ruangan.

Putri melihat jam tangannya, kurang lima menit lagi matakuliah berakhir. "selamat siang, dan kita ketemu lagi minggu depan, jangan lupa tugas kalian mesti di kerjakan, " kata pak dosen mengakhiri kuliahnya. "baik pak," seluruh mahasiswa serempak jawab, dan bubar dari ruangan.

"ayo lus cepetan, kita biar ndak kehilangan kak ardan," putri menarik sahabatnya yang lelet jalannya. "nanti di deket kostan juga ketemu, emang napa sih put, mbok kamu ngomong aja kalo naksir, sama tetangga kost ku, nanti aku comblangin deh, asal sebutin berapa honornya, lumayan kerjaan baru," lusi nerocos sampe ndak sadar kalo sahabatnya ndak lagi ngegandeng tangannya, lusi pun noleh ke belakang, dan terjadilah tragedi.

BRAK

"aduh, maaf," lusi mendongak dari pandangan matanya karna dia menabrak sosok yang tinggi dan tepatnya adalah obyek yang dari tadi jadi bahan obrolannya sama putri.

"maaf kak," ucap lusi sekali lagi sambil meringis, dan tanpa sadar tubuh lusi masih menempel di dada bidang ardan, mereka berdua melongo, lusi mendengar detak jantung lelaki itu begitu keras, aduh apa dia punya sakit jantung bawaan ya, kasihan kak ardan kalo iya.

Putri langsung menarik tangan lusi dengan keras menjauhkan dengan tubuh atletis yang membuatnya cemburu, kenapa bukan aku sih yang tertabrak dan berdekatan dengannya.

"maaf kak ardan, nih cewek memang ceroboh," putri melihat ardan yang masih memandang lusi tanpa berkedip.

"kamu ndak papa lus," kak ardan memegang pundak lusi sambil meneliti seakan takut ada yang lecet dengan tubuh wanita cantik di depannya.

"ya sakit kak, gimana endak orang tertabrak tubuh tinggi besar yang ganteng, hatiku yang mau copot kak," sial sial lusi menggoda ardan sambil melirik putri sengaja pingin lihat ekspresi sahabatnya dan apa yang dilakukannya.

"lusi, kamu ndak tahu malu ya, " putri kembali menarik tangan shohibnya dengan paksa, "maaf kak ardan, lebay banget sih kamu lus," putri ngomel bisa bisanya lusi ngomong yang memalukan diri sendiri. "bercanda hoi, put, kak ardan juga tahu, kalo hatiku sudah ada yang melukis," lusi terbahak bahak melihat tingkah putri yang terbengong di depan ardan.

"kalo masih ada ruang kosong boleh kok kak ardan ngisi," lusi kembali menggoda melihat wajah ardan yang memerah, padahal yang dimaksud ruang kosong tentu buat sahabatnya sedang lusi sendiri masih bersama Janggan. Lusi ndak nyadar kalo sudah buat hati ardan mencelos karna omongannya yang menurut lusi hanya iseng, dasar bocah ndak peka. "kak ardan, jangan dengerin omongan anak ini tadi salah minum obat," ujar putri semakin bingung dengan candaan sahabatnya. "ndak apa put, saya kenal lusi kok, dan siap berbagi dengannya," perkataan ardan membuat putri melongo sebenarnya ada apa sih dengan mereka berdua ngomong pada ndak nyambung.

flashback off

Oh jadi sebenarnya dari dulu mereka ada hati, dan berarti mengkianati kak Janggan dong. wah nih mereka ndak bisa didiamin.