webnovel

Diary Cia

Anneke Felicia, seorang gadis remaja dengan berparas cantik dan lucu dengan semurai coklat serta bola mata yang mirip balita dan tubuhnya yang mungil membuat kesan gemas untuk siapapun yang melihatnya. Meskipun ia telah duduk dibangku SMK namun jika dilihat dari fisik, gadis itu nampak seorang gadis yang duduk dibangku SD. Kebahagiaan dan keceriaan merupakan cirikhas untuk gadis itu, namun karena sebuah kejadian gadis cantik tersebut berubah menjadi gadis malang yang mengidap penyakit Self Injury dan Depresi. Kegelapan, sendiri, pisau dan juga darah menjadi saksi bisu atas semua penderitaan yang dialami gadis yang kerap dipanggil Cia. Namun kedatangan seorang pria tampan yang bernama Kenzi Reifansyah membuat pelangi yang telah hilang kembali hadir dalam kehidupan Cia. Kebahagiaan dan keceriaannya kembali, namun tak disangka Kenzi justru malah membuat gadis malang itu semakin menderita karena kisah cinta diantara mereka.

adpdita · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
27 Chs

Pantai

"Hidup itu penuh dengan rasa dan kejutan."

-adpdita-

Drrtt....

Drrtt....

Drrtt....

Dering ponselku berbunyi, aku mengambil ponselku dan ku geser ke atas di tengah layar karena aku pikir itu hanya alarm. Aku menaruh ponselku tepat di depan wajahku dengan posisi tidur miring ke kiri.

"Halo.."

"Assalamualaikum."

"Selamat pagi nona judes."

Aku membuka mataku, aku terkejut mendengar suara itu, dan aku sangat kebingungan pastinya.

"Suara siapakah itu?"

"Berasal dari mana suara itu?" Pertanyaan yang muncul di otakku.

"Hayo baru bangun ya."

Ternyata itu suara dari ponselku, dan ponselku tadi berbunyi bukan karena alarm tetapi itu telfon dari Danil. Aku hanya tersenyum, dan mungkin Danil mengetahui aku tersenyum karena aku tersenyum dengan sedikit bersuara.

Danil.

"Masyaallah nona, ini pangeran udah nungguin dari tadi dan yang ditunggu belum bangun. Itsss."

Cia.

"Danil..."

"Cia masih ngantuk."

Danil.

"Matahari udah di atas hey, bangun! Nanti rezekinya di ambil ayam."

Cia.

"Biarin aja, nanti ayamnya aku makan kan jadi balik lagi rezeki Cia yang diambil ayam."

Danil.

"Ayamnya dimakan hidup-hidup gitu?"

Aku tertawa dan Danilpun ikut tertawa, aku tidak tahu jika ketiga sahabatku sudah bangun dan mereka mendengarkan pembicaraan kami.

"Dunia udah milik berdua aja yah." Ledek Shasa.

"Uuuuw. Slamet menyatukan kita." Ledek Vania.

"Oh jadi kemarin ke slamet tuh cari jodoh ya?" Ledek Kyra yang otaknya agak geser.

Mereka terus meledek ku, aku hanya terdiam dan tersenyum mendengarkan ocehan mereka. Begitupun Danil, ia juga hanya diam mendengarkan ocehan sahabatku.

Cia.

"Danil udah dulu ya."

Danil.

"Yaudah, nanti malam aku telfon lagi."

Aku mengakhiri telfon dari Danil, aku menatap dengan tajam wajah ketiga sahabatku yang masih terus terusan mengejekku.

"Nanti malem aku telfon lagi, uuuu nanti malem udah ada yang nemenin." Ledek Shasa.

"Bagi kontak dong, kan lumayan buat ngasih foto aib Cia kalo lagi tidur." Ledek Kyra.

Tak ku hiraukan ocehan mereka, aku berjalan mengambilkan handuk dan pakaian kemudian pergi mandi. Vania juga ikut pergi untuk mandi karena rumahku mempunyai 2 kamar mandi, sementara Kyra dan Shasa menonton Drakor di laptopku. Mereka memang sudah merencanakan untuk tinggal beberapa hari di rumahku.

*****

Pukul 15.00 W.I.B

Aku sedang duduk di kursi kesayanganku dan melanjutkannya novel yang belum selesai ku baca. Vania duduk di meja belajarku, ia sedangkan asik bermain dengan ponselnya, sementara Kyra dan Shasa masih fokus menonton Drakor.

"Ke pantai yuk, lihat sunset biar ada foto keren dikit gitu." Ajakku.

"Eh tumben otaknya berfungsi." Ledek Kyra.

"Penguasa dunia bebas dong." Ledek Shasa.

Sementara Vania hanya mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa ia setuju.

Kyra dan Shasa langsung pergi mandi, sementara aku dan Vania berdandan.

Kami berpamitan kepada mama untuk pergi ke pantai dan pulang agak sedikit malam karena kami juga ingin pergi ke Angkringan kesukaan kami.

"Wahai dunia, lihatlah..."

"Betapa bucinnya Neke ini...." ,Kyra.

"Ya tuhan aku senang akhirnya temanku mupon juga...." ,Shasa.

"Hey Danil." , Vania.

Ditengah perjalanan menuju pantai, mereka berteriak sambil meledekku. Ya begitulah sahabatku, memang mereka ngga punyak akhlak, mereka tidak memperdulikan orang-orang disekitar yang sedang lewat padahal kami menggunakan sepeda motor.

Sesampainya di pantai kami langsung berlarian, bermain air dan pasir. Kami juga membeli jajan di sekitar pantai. Banyak orang melihat tingkah kami yang berlagat seperti orang gila, apalagi Kyra yang otaknya agak geser itu.

Matahari mulai terbenam, keindahan semesta mulai muncul, kami mengabaikan moment bersama tenggelamnya matahari dan berfoto secara bergantian.

"Hasil potret kami."

Ketika sedang asiknya kami berfoto, tiba-tiba perutku berbunyi.

"Kamu lapar ci?" Tanya Vania.

"Iya, kan dari pagi kita belum makan." Rengekku.

"Kita langsung pergi ke angkringan aja yuk." Ajak Shasa.

Kami meninggalkan pantai menuju angkringan kesukaan kami dikala matahari sedang bagus-bagsunya. Jarak dari pantai ke Angkringan lumayan jauh tapi tidak untuk kami. Kami menaiki sepeda motor dengan kecepatan seperti pembalap dan dulu-duluan sampai ke Angkringan.

Aku dan Kyra sampai duluan di tempat angkringan jadi Shasa dan Vania yang membayarkan makanan kami. Begitulah persahabatan kami, konyol memang tapi kami sangat bahagia dengan lah itu. Ditempat angkringan kami sangat heboh, pemilik angkringan sudah tidak heran dengan kami, ia juga sudah terbiasa dengan tingkah konyol kami. Angkringan pun serasa milik kami ber empat.

Ketika sedang asiknya kami bercanda tiba-tiba mantanku datang dengan kekasih barunya, mereka makan di tempat angkringan itu juga. Aku terkejut melihatnya, kami baru putus 1 bulan dan ia sudah bersanding dengan wanita lain, aku hanya terdiam setelah kedatangan mereka.

"Yah rencana buat mupon gagal dong..." ,Shasa.

"Jangan mau kalah dong Ci, ajak juga dia kesini." ,Vania.

"Kasian temenku tadi pagi bucinnya minta ampun sekarang mood turun, hahahaa." ,Kyra.

Tiada hentinya ketiga sahabatku mengejekku, aku sama sekali tidak menghiraukan siapapun, lagipula wanita yang disebelah mantanku itu tidak begitu menarik bahkan body-nya pun lebih tepos dariku, bukanya sombong tetapi kenyataan memang begitu.

Aku meneruskan makanku, mantanku terus menatapku dari awal ia datang sampai ia mulai makan. Aku merasa tidak enak hati, aku tidak suka dipandangi seperti itu apalagi dia mantanku.

Aku mengajak ketiga sahabatku untuk pulang, mereka setuju dan terus meledekku, sebenarnya aku masih ingin makan disitu tapi nafsu makanku mendadak hilang ketika melihat mantanku. Vania dan Shasha membayar makanan kami, sementara aku dan Kyra langsung pergi ke motor.

Diperjalanan pulang, aku membuka ponselku dan langsung membuka aplikasi whatsApp. Aku membaca pesan dan membalasnya satu persatu, aku melihat Danil mengirimkan pesan kepadaku.

Danil.

"Hai."

"Ciaa.."

Cia.

"Iya ada apa?"

Danil.

"Ada orang utan ngungguin nih"

Danil mengirimkan foto untukku.

Cia.

"Dih. Orang utan macam apa itu."

Danil menelfonku, tentu saja aku tolak panggilan darinya karena aku masih di jalan dan aku bisa membalas pesannya karena Kyra yang berada didepan.

Danil.

"Ditolak emang engga enak."

Cia.

"Cia lagi di jalan danil.

Danil.

"Emang mau kemana? Katanya mau telfon sama Danil.

Cia.

"Abis berkelana."

Danil.

"Boong."

"Danil nunggu Cia tau dari tadi.

Cia.

Aku mengirim fotoku ke Danil karena aku bingung mau jawab pesan dari Danil.

Tiba-tiba Kyra berhenti.

"Kenapa berhenti?" Tanyaku kaget.

"Makanya kalo dijalan gausah bucin-bucinan dulu, ini kita sudah sampai rumahmu." ketus Kyra.

Aku tertawa, aku tidak menyadari jika kami telah sampai rumahku, mereka bertiga langsung meledku tiada hentinya sampai mama keluar menemui kami.

"Ada apa sayangku?" Tanya mama dengan nada sangat lembut.

Kami hanya tertawa dan mencium tangan mama, aku paling terakhir mencium tangan mama.

"Cia udah makan?" Tanya mama padaku.

"Udah ma." Jawabku.

Mama mengelus-elus kepalaku dengan lembut dan aku langsung tersenyum.

"Ma, Cia masuk ke kamar ya. Cia cape."

"Iya sayang." Jawab mama.

Kamipun langsung bergegas menuju kamarku karena kami merasa cape dan ingin rebahan.