Malam itu, seorang gadis bernetra berbeda antara mata kanan dan kirinya muncul di kamar tidur sang Raja Menara. Zahard yang baru saja menutup pintu besar yang menghubungkan kamar serta lorongnya itu tersontak saat mendapati gadis bersurai emas yang tengah menatapnya bingung.
"kau apa?"
Mengabaikan pertanyaan yang tidak masuk akal itu, dengan cepat Lecalicus, jarum miliknya sudah bertengger di leher gadis yang masih duduk manis di kasurnya. Namun keterkejutan menguasai nya saat tangan gadis itu menembus jarum miliknya se akan tubuh nya terbuat dari hologram yang hanya bisa di lihat tanpa di sentuh.
"eh? kok tembus?" gadis itu tampak sama bingungnya dengan Zahard sehingga tangannya beberapa kali menggapai jarum yang masih bertengger dekat lehernya tanpa bergeser satu senti pun.
"siapa kau?" suara dingin dan mencekam memenuhi ruangan. Achilleas menaruh atensinya pada makhluk entah apa itu yang menyodorkan jarum padanya barusan.
Zahard memasang tampang waspada, ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tampaknya gadis di depannya cukup kuat sehingga pasukan yang ia miliki tidak akan berguna sama sekali.
"Achilleas. Kau apa?"
Huh? Zahard baru menyadari jika gadis di depannya sedari awal hanya menyodorkan pertanyaan yang tidak ia mengerti.
kau apa katanya?
"apa maksudmu?"
"kau apa? titan? dewa? atau robot?" Zahard mengerutkan keningnya dalam sebelum pekikan keras keluar dari mulut gadis itu "apa kau manusia?!"
"orang gila, tentu saja aku manusia"
Balasan Zahard yang di penuhi rasa jengkel justru di tanggapi dengan pekikan riang.
"KAU MANUSIA?!"
>>>>>
Zahard yang awalnya ingin beristirahat jadi tidak bisa karena harus mengawasi gadis yang entah asal usul nya dari mana. Ia tidak bisa menyerahkan begitu saja gadis itu kepada pengawalnya karena akan percuma. Di pandangi nya Achilleas yang tengah menjelajahi kamarnya dengan pandangan—kagum? untuk apa juga gadis itu kagum? lagipula dari pakaiannya Zahard bisa menebak kalau Achilleas bukan berasal dari kalangan bawah. Karena aura 10 keluarga agung yang tidak terasa pada tubuh gadis itu, mungkin saja ia anak dari salah satu pengusaha kaya yang memiliki cabang perusahaan di beberapa lantai.
"ini apa?" Achilleas bertanya dengan tatapan penasarannya pada Zahard. Jari putih bersih itu menunjuk pada layar besar yang tergantung di dinding kamarnya.
gadis ini sedang bercanda atau membuang waktu sih?, batin Zahard jengkel. Ia jadi meragukan gadis ini kaya, tapi setidaknya dari kalangan bahwa sekalipun seharusnya sudah mengenal nama dari benda yang di tunjuk gadis itu sekarang.
"tv, kau tinggal di mana sih? sekalipun miskin seharusnya kau tau benda benda seperti itu"
"tidak, aku tidak tau tuh" acuh Achilleas. Ia tidak mengerti kata miskin yang di ucapkan Zahard barusan. Bukan kosakatanya yang kurang, masalahnya ia tidak mengetahui pengukuran kekayaan di kediamannya dengan di sini setara atau tidak. Karena di dalam kamar pria ini terdapat barang barang unik seperti TV walaupun di kediamannya banyak hal hal menakjubkan serta indah juga.
Zahard yang penasaran dengan reaksi gadis itu yang masih memandangi TV dengan rasa penasaran mulai mengambil remote lalu menekan tombol yang menyebabkan layar itu menyala.
"EH???"
Sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan tipis ke atas saat melihat respon gadis itu yang terlihat kaget bercampur takut walau tangannya berusaha menyentuh layar tv beberapa kali walau gagal karena menembus.
"kau norak sekali ya"
"tidak! enak saja. Di alam nyata ku memang tidak ada yang seperti ini"
"alam nyata? apa maksudmu?"
"iya, alam nyata adalah tempatku tinggal sedangkan di sini adalah alam mim--
Penjelasan Achilleas terputus kala raga nya terasa tersedot kembali ke atas. Zahard yang menyaksikan secara langsung turut terkejut, ia beranjak dari kasurnya dan menghampiri tempat berdiri gadis itu sebelumnya namun tidak menemukan apa apa. Sambil mendesah pelan, surai emasnya ia sugarkan kebelakang.
aneh, batinnya.