webnovel

Rencana Berhasil

Lovita lagi-lagi harus mendapat hukuman dari Pak Thomas karena meninggalkan jam pelajaran. Akan tetapi, hal itu tidak membuatnya kapok. Lovita harus menyalin catatan sebanyak sepuluh kali di kertas kosong. Gadis itu masih menganggapnya enteng. Setidaknya ia senang karena telah berhasil mendapatkan poto Desta. Ia tidak perlu susah payah saat merindukan guru magang tersebut. Cukup memandang fotonya akan membuat Lovita senang.

"Lovi, kamu ngapain senyum? Bukannya sedih dihukum malah kegiarangan!"

Angel mendekati Lovita yang masih menyalin saat istrirahat. Suasana kelas yang tidak terlalu ramai membuat suara mereka terdengar begitu keras.

"Gimana enggak bahagia wong ketemu Mas Desta."

Lovita meletakkan pulpennya. Gadis itu begitu bersemangat bercerita pada sahabatnya tentang pertemuannya bersama Desta. Hal yang paling membuatnya heboh saat Desta menarik tangannya. Lovita begitu kegirangan bercerita. Lovita terlihat jelas seperti merasakan jatuh cinta. Setiap detik yang keluar dari bibirnya adalah Desta dan Desta.

"Sepertinya kamu perlu berobat ke rumah sakit jiwa!"

"Hei, aku enggak gila!"

"Gimana enggak gila? Sadar woi!!! Siapa Pak Desta? Kamu hanya bisa membuat masalah kalau tiap hari begini. Kamu enggak kapok apa jadi langganan Bu Rosma?"

"Bu Rosma? Kita mah cees! Buktinya hari ini aku lolos."

Angel kembali menggeleng melihat sikap keras kepala Lovita. Gadis itu selalu kekeh dengan apa yang ada di dalam pikirannya.

"Iya, kamu cees ama Bu Rosma, tapi enggak cees ama Pak Thomas!"

"Ckckck kenapa harus ingetin Pak Thomas, sih."

Lovita mendadak tidak berselera. Lelaki berperut gendut itu seolah menjadi musuh bebuyutannya yang menjadi terornya setiap hari.

"Lov! Ini dunia nyata, bukan dunia web series! Mana ada, sih, tipe kayak Pak Desta bakal seneng dideketin ama kamu?"

"Ada! Buktinya semalam dia muncul lagi dalam mimpiku."

Angel lagi-lagi hanya bisa menepuk dahinya. Lovita memang benar-benar keras kepala dan susah dinasihati. Ia selalu mengaitkan mimpi dalam dunia nyata. Padahal mimpi itu hadir karena Lovita terlalu memikirkan sosok Desta. Namun, gadis itu seolah tidak percaya. Lovita malah seolah yakin jika Desta adalah jodoh yang dikirim untuknya.

Apa lagi beberapa kali Desta selalu datang dalam mimpinya. Hal itu menurut Lovita adalah sebuah pertanda jika Lovita memang untuk Desta, begitu sebaliknya. Gadis itu hanya berusaha untuk membuat Desta yakin jika hal itu memang benar. Apa lagi Lovita sedang begitu menggebu mencari seorang kekasih dan benar-benar penasaran bagaimana rasanya first kiss. Mungkin hal itu yang membuat Lovita tidak ingin dijuluki si Ratu cupu. Sebutan yang nana bears sematkan padanya pada postingan rivalnya yang terkahir. Lovita merasa kepanasan dan memang berniat benar-benar akan mendapatkan Desta.

***

Bel tanda pulang sekolah membuat seisi kelas bersorak. Mereka berhambur satu per satu keluar menuju tempat parkir. Ada pula yang langsung berjalan ke gerbong sekolah untuk naik angkot atau menunggu jemputan. Angel dan Lovita berpisah di koridor kelas XII. Gadis itu celingukan melihat sosok yang amat ia cari.

Pandangannya tertuju pada ruang guru yang bersebrangan dengan tempatnya berada. Pandangannya menyisir satu per satu guru yang keluar ruangan. Lovita tidak menemukan sosok Desta. Gadis itu berpikir menunggu Desta di tempat parkir khusus guru. Setidaknya ia akan bertemu Desta sebelum pulang sekolah dengan dalih meminta bantuan mengerjakan tugas Pak Thomas untuk menghapal rumus aljabar.

Gadis itu berjalan pelan melihat sekitar. Suasana tempat parkir terlihat sepi. Lovita sengaja menunggu sekitar lima belas menit agar tidak mencolok perhatian. Beberapa kendaran roda dua perlahan meninggalkan area parkir. Lovita merasa lega karena masih melihat sepeda motor Desta terparkir rapi.

Hingga akhirnya terdengar suara seorang lelaki dan wanita datang Lovita langsung bersembunyi di balik tembok.

Desta terlihat sedang berbincang dengan Bu Livi. Guru seni budaya itu terlihat begitu akrab. Lovita tidak suka melihatnya. Guru mud aitu bahkan tidak segan mencubit lengan Desta saat mereka berpisah.

"Ih, Bu Livi genit amat, sih! Mas Desta juga, ngapain coba pake senyum ama Bu Livi?" Lovita menggerutu dalam hati.

Lovita menyembunyikan wajahnya di balik dinding. Ia menghindari sang guru seni budaya yang baru saja keluar tempat parkir. Melihat Desta sendirian membuat Lovita langsung keluar dari persembunyian.

"Mas Desta mau pulang?"

Mendengar suara Lovita langsung membuat Desta terkejut. Ia langsung menoleh dan tidak mengira Lovita sudah berdiri di belakangnya.

"Kenapa kamu di sini? Bukannya pulang malah keluyuran."

"Aku, kan, enggak keluyuran, Mas. Aku, tuh, nemuin Mas Desta. Galak amat, sih, Mas. Entar malah sayang, loh."

Lovita makin menggoda. Ia tidak gentar ataupun takut mengeleuarkan jurus rayunya. Bahkan gadis itu melangkah lebih dekat mendekati Desta yang siap melajukan motornya.

"Seebenarnya apa, sih, maumu? Jangan bikin onar. Aku di sini hanya magang, Aku belum guru tetap di sini."

Desta terdengar putus asa. Ia teringat pesan Bu Rosma untuk menjauhii Lovita jika tidak ingin bermasalah. Bukannya menjauh, gadis ABG itu malah terlihat gencar mendekatinya.

"Mas, aku hanya minta tolong, kok. Lagian, aku bukan hantu. Kenapa Mas Desta jadi takut?"

"Mau minta tolong apa?"

"Ajarin aku apalin rumus aljabar. Pak Thomas enggak tanggung-tanggung kasih hukuman. Besok pagi jam pertama aku harus sudah setor. Apa Mas Desta tega aku kena hukuman lagi?" Lovita memohon dengan wajah memelas. Ia berharap Desta mau mengabulkan permintaannya. "Apa Mas Desta mau lihat Pak Thomas kasih hukuman lagi?" Lovita kembali bersuara. Ia tidak akan menyerah sebelum Desta mengatakan "Ya" tentang permintaannya.

Desta tampak berpikir. Melihat wajah Lovita memelas membuatnya bingung. Apa lagi matematika adalah keahliannya. Tidak mungkin ia bisa menolak saat ada murid yang meminta mengajarinya.

"Gimana? Bisa, kan? Aku traktir, deh. Nanti Mas Desta bisa tunggu di kafe kemarin. Aku yang bayarin semua makanannya.

"Aku tunggu nanti sore. Siang ini aku ada jadwal les."

"Ini beneran? Mas Desta enggak bohong, kan?"

"Apa aku mirip pembohong kayak kamu?"

"Ih, kok malah aku …"

"Lha kamu biang onar, makanya dapat hukuman terus."

"He-he-he … abis ini janji deh, aku bakalan rajin belajar. Apa lagi kalau belajarnya ama Mas Desta. Pasti rajin banget."

Desta hanya bisa menggeleng. Lovita memang pandai mengeluarkan jurus rayu. Desta langsung melajukan motornya membiarkan Lovita berdiri sendiri. Ada tujuan tersendiri Desta menerima ajakan Lovita. Desta hanya ingin tahu sejauh mana Lovita akan kuat belajar dengan metodenya. Apakah gadis itu akan bertahan atau malah menyerah karena merasa tidak asik belajar matematika bersamanya.

"Mas Desta sampai ketemu nanti sore." Lovita melambaikan tangannya senang. Senyumnya terus mengembang karena Desta menerima ajakannya. "Yesss!!! Bentar lagi aku bakalan punya pacar."