webnovel

Lelaki Dalam mimpi

"Ha? Serius kamu belum pernah ciuman?" Angel berteriak saat Lovita mengaku jika dirinya belum pernah ciuman. Teman Lovita itu tidak percaya jika gadis secantik Lovita tidak pernah pacaran dan berciuman. Semua terasa mustahil bagi Angel.

"Ish kamu ngapain teriak. Pelanin suaramu!" Lovita menunjuk bibirnya. Ia berharap suara Angel tidak terdengar yang lain. Bisa turun harga dirinya sebagai cewek hits jika mereka tahu seorang Lovita Agustina tidak mempunyai pacar.

"Kamu serius?"

"Enggak usah aneh!" Lovita melotot.

"Ya jelas aneh, lah. Kamu itu Miss. Lovita Queen. Di media sosial aja sok-sokan jadi seleb, selalu uwuw tampil di depan kamera. Terus sekarang enggak tahu rasanya ciuman? Kuper amat." Angel tertawa jahat. Ia seperti mempunyai senjata untuk mengolok-olok temannya itu.

Lovita yang dikenal sebagai Miss Lovita Queen di berbagai akun media sosialnya, ternyata adalah gadis remaja yang tidak pernah dekat dengan cowok mana pun. Semua yang telah ia sampaikan dalam kontennya tentang cinta terasa nol besar jika followernya tahu bagaimana kisah asmara seorang Lovita yang mengenaskan.

Menjadi Selebgram di kalangan anak muda adalah hal yang telah melekat pada Lovita. Gadis cantik berusia 17 tahun berzodiak Leo itu adalah termasuk gadis remaja yang sangat percaya diri. Menjadi salah satu remaja yang aktif dalam media sosial membuat Lovita banyak dikenal. Melakukan lIve di tiktok, instagram, serta channel youtube miliknya dengan ratusan ribu subscriber dan follower membuat Lovita cukup dikenal. Mempunyai Follower yang tidak main-main dan endorse dari beberapa produk lokal. Gadis itu selalu membuat konten-konten di berbagai akun media sosialnya.

Tampil Stylish dan modis selalu menjadi keseharian Lovita. Termasuk saat di sekolah. Peralatan make up selalu menjadi hal wajib masuk ke dalam tasnya. Setiap saat ia bisa melakukan live kapan saja di sekolah dan tidak khawatir wajahnya terlihat kusam. Setiap guru pasti paham bagaimana gadis ABG itu beraksi.

"Kamu serius? Enggak lagi bohong atau ngeprank, kan?"

Lovita mengangguk, baginya tidak masalah belum pernah ciuman. Bibirnya masih virgin dan belum terjamah sama sekali. Gadis itu masih nyaman dengan status single dan kebebasannya. Ia tidak mau hidupnya diatur dan dilarang-larang saat memiliki pacar. Beberapa temannya sering curhat karena memiliki pacar yang possesif. Lovita tidak mau hal itu terjadi. Apalagi jika melihat kedua orang tuanya yang selalu bertengkar saat di rumah. Hal itu membuat Lovita malas untuk berkomitmen. Hidup sendiri tanpa pasangan akan membuat hari-harinya terasa damai.

"Kamu tonton ini! Nana_bear aja upload video barusan bareng pacarnya. Masuk trending hari ini, Lovi ..." Anggel merengek dan menarik lengan Lovita. Gadis itu menunjukkan video saingan Lovita bersama pacarnya yang mengumbar kemesraan. "Tuh, lihat. Kamu masih mau jomlo selamanya lihat si Nana_Bear ini? Harga diri, Lov. Ini adalah harga diri. Dia udah nyindir kamu secara enggak langsung." Angel masih menggebu.

Lovita hanya menggeleng melihat tingkah temannya. Lovita yang mendapat sindiran, tetapi Angel yang kalang kabut. Gadis itu menanggapinya santai dan tidak mau ambil pusing. Meskipun dalam hati ada keinginan besar Lovita untuk mempunyai pacar. Melihat beberapa film dewasa membuat naluri perempuan Lovita berkembang. Gadis yang tengah beranjak dewasa itu mulai tertarik dan penasaran dengan aktivitas orang dewasa yang sempat ia tonton di film maupun konten yang berseliweran. Semua terasa membuat Lovita penasaran. Namun, hasrat di dalam dirinya masih bisa ditahan dan Lovita masih berpikir waras untuk tidak melakukan hal tidak lazim itu.

***

Suasana rumah yang sepi membuat Lovita berjalan lemah masuk ke dalam rumah yang memiliki ukuran lumayan besar itu. Hanya ada seorang pembantu yang sedang memasak dan satu tukang kebun yang merangkap sebagai penjaga rumah. Setiap hari Lovita bersama mereka dan tidak tahu kapan kedua orang tuanya pulang ke rumah. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan selalu bertengkar jika keduanya bertemu di meja makan. Hal itu membuat nafsu makan Lovita berhenti dan memilih pergi.

Terkadang Lovita iri melihat teman-temanya yang begitu dekat dengan ibunya. Jangankan dekat, menyapa Lovita dan berpamitan saja tidak pernah dilakukannya. Ibunya Lovita memang seolah memberi jarak dan membuat Lovita berpikir jika dirinya bukanlah anak kandungnya. Kesedihan selalu membuat Lovita merasa sendiri dan memilih menghabiskan waktunya di depan layar laptop dan ponselnya. Melihat beberapa video dan berselancar di media sosial miliknya. Hal yang sering dilakukannya untuk menghilangkan kesal dalam hatinya.

"Humm ada series baru." Lovita melihat trailer series terbaru yang baru saja release.

Sebuah series tentang gaya berpacaran anak remaja dan segala serba-serbinya. Dalam teaser tersebut memunculkan beberapa adegan yang membuat Lovita harus menelan ludah berkali-kali. Ini pertama kalinya Lovita melihat adegan tersebut dengan jelas. Gadis itu mulai mengamati perlahan dan hanya bisa menggigit bibir untuk mengatasi rasa penasarannya.

"Apa hal ini yang pernah dikatakan Angel? Rasanya bisa sangat manis dan membuat ketagihan?" Lovita berbicara pada diri sendiri. Ia kembali berpikir dengan apa yang Angel katakan padanya. Tentang statusnya yang masih jomlo yang tentunya bisa membuat reputasiya sebagai cewek populer bisa terancam.

Lovita langsung mematikan video tersebut dan mencoba menyadarkan pikiran kotornya. Ia masih mengingat jelas saat keduanya berciuman. Setiap detik adegan itu terekam jelas dan membuat Lovita tidak bisa melupakannya. Gadis itu semakin penasaran apa yang akan terjadi dengannya saat melakukan hal itu. Apakah akan semanis rasanya seperti yang angel katakan?

"Apa aku memang yang terlalu kuper atau cuek hingga pacar pun tidak punya." Lovita kembali lagi mengingat perkataan Angel. "Sepertinya tidak salah jika aku mempunyai pacar, toh, mama dan papa saja tidak peduli denganku." Lovita masih berbicara dengan dirinya sendiri. Ia merasa mulai kehilagan arah karena sikap kedua orang tuanya.

Gadis belia itu merasa tidak diperhatikan dan hanya dianggap sebagai pajangan di rumah. Gadis itu terkadang membutuhkan tempat untuk berbagi keluh kesah dengan segala warna-warni masalah remaja yang tengah dihadapinya. Namun, mamanya tidak setuju. Wanita karir itu tetap sibuk dengan pekerjaannya dan tidak peduli dengan apa yang Lovita alami. Remaja yang butuh pendampingan orang terdekat saat nengalami masa puber untuk mencari jati diri.

Ponsel Lovita berdering. Sebuah panggilan nomor tidak dikenal terpampang di layar ponselnya. Gadis itu merasa malas jika menanggapi nomor tidak dikenal meneleponnya. Banyak yang melakuka hal iseng dan menggodanya karena menganggap Lovita adalah gadis yang bisa diajak kemanapun.

"Siapa lagi ini?" Lovita masih memegang ponselnya. Antara ragu mengangkatnya atau tidak.

Gadis itu meletakkan ponselnya dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Langit-langit kamar yang terlihat putih bersih membuat Lovita perlahan memejamkan matanya. Ia terlelap dan saat membuka mata tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang berada dekat di depannya.

Mereka berada di suatu tempat yang begitu indah dan Lovita tidak mengenali berada di mana mereka. Ia juga tidak mengeal siapa lelaki yang tengah bersamanya. Lelaki itu terlihat tampan dan tersenyum ke arah Lovita. Ia memegang kedua tangan Lovita dan mengenggamnya erat.

Lovita merasa gugup untuk pertama kalinya dekat dengan seorang lelaki dengan jarak yang begitu dekat. Kedua mata mereka beradu dan saling melempar senyum. Lovita tampak malu-malu dan hanya bisa menunduk.

"Kenapa kamu menunduk?"

"Aku malu." Lovita menjawab singkat. Hatinya terasa berdegup dan tidak terkendali. Sepertinya Lovita jatuh cinta pada pandangan pertamanya. Lelaki itu terasa nyata dan membuat Lovita jatuh cinta meskipun tidak mengenalnya.

"Kamu cantik. Bolehkah aku mengenalmu?" tanya lelaki itu dengan lembut.

Hati Lovita tersanjung dan semakin gugup. Lelaki itu semakin erat menggenggam tangan Lovita dan menarik dagunya. Mata mereka beradu dan memunculkan isyarat ingin mengenal lebih dekat satu sama lain.

Lovita masih terdiam melihat lelaki itu yang terus memandangnya dan mulai mendekatkan wajahnya. Hati Lovita semakin bergetar dan degupannya mulai tidak teratur. Ia tidak percaya akan segugup itu saat ada lelaki yang hendak menciumnya. Gadis itu memejamkan matanya dan merasakan perlahan sapuan napas yang terasa menyapu wajahnya. Lovita bisa merasakan semua itu terasa nyata saat bibirnya menempel benda yang terasa dingin. Membuat Lovita tersenyum dan akhirnya membuka mata.

"Ha...!!!" Lovita berteriak kencang. Gadis itu ternyata tidur di lantai dan mencium lantai yang terasa dingin. Pantas saja Lovita merasa tubuhnya mendadak dingin saat bersentuhan dengan lelaki dalam mimpinya. Semua yang dialaminya adalah mimpi belaka. Tidak ada lelaki yang menyatakan cinta dan hendak menciumnya. Semua itu hanya karena rasa penasaran Lovita hingga muncul dalam mimpinya.

Halooo terima kasih, ini adalah cerita baruku. jangan lupa untuk collect dan mohon dukungannya agar bisa update setiap hari.

Hikaru_San_7803creators' thoughts