webnovel

Daftar Operasi TF Amethyst

Seorang pria tua, seorang pemuda dan seorang anak perempuan, ketiganya berdiri di atas padang rumput nan luas, di bawah langit yang bersih dari awan. Sang anak perempuan memandang keadaan di sekelilingnya dengan mata berbinar. Sebelumnya ia harus melewati padang salju dan lorong kecil yang gelap, jadi wajar kalau benaknya kini dipenuhi pertanyaan. “Grandpa, tempat apa ini?” Sang pria tua berlutut di hadapan cucunya sebelum dengan lembut ia menjawab. “Penduduk lokal menyebut tempat ini Benua Amstell.” “. . . Benua Amstell?” Sang anak perempuan memiringkan kepala mungilnya sementara kakeknya melanjutkan. “Delapan tahun yang lalu Grandma menemukan tempat ini secara tidak sengaja, sayangnya di tempat ini pula Grandma meninggal. Jadi, maukah kau membantu Grandpa menjaga tempat peristirahatan terakhir Grandma ini?” Sang anak perempuan mengangguk mantap sebelum menjawab. “Tentu saja, Claire akan menjaga tempat ini dengan sekuat tenaga.” Sang pria tua lalu menoleh ke arah pemuda di sampingnya sebelum berkata. “O’Neil, kau tahu aku dan Samantha memperlakukanmu seperti anak kami sendiri, dan kami tahu kau memutuskan masuk militer karena tidak mau bersaing dengan Robert dalam mengelola korporasi yang akan kami tinggalkan, meski bakatmu dalam berbisnis jauh lebih baik.” “. . .” “Tapi setidaknya berjanjilah kau akan membantu Claire menjaga tempat ini, karena begitu keberadaan Nouel diketahui, seluruh dunia akan memperebutkan tempat ini.” “Anggap sudah terlaksana.” Jawab Sang Pemuda dengan kasual, namun Sang Pria Tua seketika tersenyum karena ia tahu anak angkatnya tersebut tidak pernah mengingkari kata-kata yang ia ucapkan. *****

Tropic_Panda · Quân đội
Không đủ số lượng người đọc
79 Chs

2.14 - Serangan Pembuka

Perkemahan Koalisi Utara, 5 km di sebelah barat Magwurt City. 

Pukul 2105, 1 April 2025

Setelah mandi air hangat dan menikmati makan malam mewah, tiga pemimpin Koalisi Utara lalu menikmati pertunjukan tari dari beberapa wanita muda dengan penampilan sensual.

"Sungguh mengecewakan, mereka sama sekali tidak melancarkan operasi gangguan meski kita membiarkan beberapa konvoi logistik bergerak tanpa pengawalan. Mereka juga tidak mencoba menyerang blokade yang kita lancarkan."

Baron Eslei menanggapi keluhan dari Baron Mhors dengan berkata.

"Jangan merusak suasana, ini terakhir kalinya kita bisa bersantai sebelum pertempuran dimulai."

"Apa maksudmu dengan pertempuran? Dua gelombang serbuan dan tembok Magwurt City akan runtuh. Aku bahkan ragu unit elite kita akan mendapat kesempatan beraksi."

Viscount Grakh tersenyum lebar sebelum menambahkan.

"Baron Eslei, kita masih bisa bersantai saat serbuan untuk melunakan pertahanan Magwurt City dilancarkan, dan baru maju ke garis depan saat serbuan utama dilancarkan."

Tanpa peringatan terlebih dahulu Viscount Grakh lalu menarik salah satu gadis penari, dan menempatkan di pangkuannya sementara tangannya beraksi ke setiap sudut tubuh sang gadis yang pura-pura tersipu malu.

Baron Mhors dan Baron Eslei tidak mau ketinggalan dan segera mengikuti jejak Viscount Grakh. Tidak lama berselang desahan panjang pendek terdengar dari dalam tenda bersama tawa brutal dari tiga pemimpin Koalisi Utara.

- - - - -

Tembok selatan Benteng Cambia. 

Pukul 0508, 2 April 2025

Jenderal Balthor memandang 21 kereta besi yang mengambil posisi 1.5 km dari tembok selatan, tepat di atas tanjakkan setinggi 50 meter dengan puncak yang cukup luas. 

Dari posisinya ia melihat dua orang dengan pakaian serba hijau berdiri di samping salah satu kereta besi. Seorang mengamati Benteng Cambia menggunakan sesuatu yang tampaknya adalah teropong kecil dengan dua lensa, sedangkan seorang lagi berdiri di samping orang pertama sambil menikmati secangkir minuman.

"Kau bilang mereka sudah ada di sana sejak matahari terbit?"

Kapten Phiere yang berdiri di samping Jenderal Balthor segera menjawab.

"Menurut penjaga yang melihat mereka pertama kali, kemungkinan mereka sudah ada di sana sejak sebelum matahari terbit."

Jenderal Balthor mengerutkan dahinya sebelum berkata.

"Kirim satu regu kavaleri, bunuh beberapa di antaranya dan interogasi sisanya. Pastikan mereka tahu harga yang harus mereka bayar karena berani memata-matai ben. . . "

Siuuuuu siuuu siuuu. . . !

Jenderal Balthor seketika menyipitkan matanya ketika kepulan asap terlihat dari beberapa kereta besi, bersamaan dengan siulan panjang yang mendekat dalam sekejap.

Boom! Boom! Boom! Boom!

Untuk sesaat jantung Jenderal Balthor berhenti berdetak ketika ledakkan demi ledakkan yang memekakkan telinga terdengar di belakangnya. Salah satu ledakkan bahkan cukup dekat dengan posisinya. Beruntung para pengawal pribadi-nya segera memastikan ia berlindung di balik dinding kota.

Dengan tubuh bergetar hebat, Jenderal Balthor memandang dapur, kandang kuda dan gudang logistik yang berantakan.

Tidak lama berselang ia kembali mendengar siulan panjang, disusul sebuah benda yang jatuh di atap salah satu gudang logistik dan sesaat kemudian ledakkan besar menyembur keluar dari dalam gudang tersebut.

Lonceng tanda bahaya segera terdengar bersama kepanikkan yang menyelimuti seluruh benteng. 

Beberapa Centurion berhasil mengumpulkan anggota regunya dan memimpin mereka bergerak menuju dinding pertahanan. Namun di tengah jalan ledakkan demi ledakkan menimpa regu demi regu dan membunuh sebagian besar anggotanya.

Di saat yang sama serangan terhadap gudang logistik, kandang kuda dan dapur terus berjalan.

Jenderal Balthor segera menyadari sasaran yang diincar lawan dan ia tahu ia harus secepatnya menggagalkan niat mereka tidak peduli berapapun harganya, atau kontingen Koalisi Utara yang sedang melakukan serbuan ke Magwurt City akan kehilangan dukungan logistik.

Serbuan ke Magwurt City melibatkan lebih dari 90 ribu personel dimana di sepanjang koridor serbuan tidak ada satupun lahan pertanian atau pemukiman yang bisa dijarah. Kehilangan dukungan logistik dapat menyebabkan bencana yang lebih buruk dari kekalahan, yaitu disapu habis.

Keringat dingin seketika membanjiri punggung Jenderal Balthor ketika ia teringat kalau semalam Viscount Grakh mengirim kabar bahwa Koalisi Utara sudah tiba di depan Magwurt City dengan kekuatan penuh dan akan menggelar serbuan pertama pagi ini.

'Jahanam, bagaimana bisa benteng ini menerima serangan fatal pada saat yang begitu kritis?'

"Kirim kavaleri dan Rider sekarang juga! Bunuh mereka secepatnya!"

Perintah Jenderal Balthor dengan setengah memekik.

"Jenderal, Anda harus segera berlindung ke tempat yang aman. Akan saya bawakan kepala mereka kepada Anda."

Kapten Phiere berkata dengan mantap sebelum bergegas menuju ke barak Skuadron Rider ke-2 Tarai Air Corps.

- - - - -

TF Passer, tanjakkan 1.5 km di sebelah selatan Benteng Cambia. 

Dari kursi kerjanya di LAV Command, Letnan Flores mengirim koordinat target ke kru LAV Mortar. Dini hari tadi, dengan bantuan pengintaian dari Reaper Letnan Flores berhasil mengidentifikasi target penting seperti gudang logistik, dapur, barak, sumur, gudang senjata dan kandang kuda.

Tentu saja begitu serangan dimulai ia juga mendapat tambahan target berupa kumpulan defender.

Dalam doktrin Batalion Light Armored Reconnaissance (LAR) di USMC, LAV Command di sediakan untuk komandan kompi atau XO batalion. Selain membawa spesialist komunikasi atau staf batalion, LAV Command biasanya juga membawa Support Coordinator & Air Officer yang bertugas mengkoordinasikan solusi penembakan mortir atau jika perlu memanggil heli serang AH-1.

Dalam doktrin TF Amethyst satuan pemukul setingkat regu sudah diijinkan untuk memobilisasi LAV Command. Tugas Support Coordinator & Air Officer pun lebih kompleks meski jabatannya hanya dipegang seorang Letnan Dua senior atau Letnan Satu junior.

Support Coordinator & Air Officer di TF Amethyst dapat terhubung langsung ke kamera Reaper dan meminta dukungan tembakkan dari aset artileri maupun aset udara yang dimiliki TF Amethyst. Dukungan tembakkan dapat diminta secara manual menggunakan radio, secara digital dengan memanfaatkan network centric dan battle management system antar platform, atau cukup dengan menandai target menggunakan laser designator yang diusung LAV Command.

Letnan Flores sedang asyik mengirim koordinat target ketika ia melihat sebuah kerumunan kecil di atas tembok selatan. Melihat kerumunan tersebut sepertinya mengawal target bernilai tinggi, Letnan Flores segera mengincar kerumunan tersebut.

Umumnya mortir 120 mm ditembakkan dengan pakem 4 mortir untuk area seluas 200 meter persegi. Namun untuk target yang sedang diincarnya Letnan Flores memilih menggunakan 1 mortir saja. Namun ia menunggu hingga target berada di antara dua dinding.

Seandainya target tidak terbunuh oleh gelombang kejut dan fragmentasi yang dihasilkan oleh ledakan, ia tetap akan terbunuh oleh gelombang kejut yang dipantulkan oleh dinding.

Koordinat segera dikirim dan sesaat kemudian Letnan Flores tersenyum lebar saat ia melihat target yang diincarnya terhantam dengan telak dan tidak bergerak lagi.

Namun senyum tersebut segera digantikan seringai lebar saat ia melihat sejumlah besar kavaleri bergerak menuju gerbang timur dan barat, di saat yang sama puluhan Cloud Hawk mengudara dari salah satu sudut Benteng Cambia.

"Seluruh Passer perhatian, kavaleri mendekat dari arah jam 10 dan jam 2, diikuti elemen udara lawan dari arah jam 12."

[. . .]

"Diulangi, kavaleri mendekat dari arah jam 10 dan jam 2, diikuti elemen udara lawan dari arah jam 12."

[Roger.]

[Roger.]

[Roger.]

Selain LAV Shorad, seluruh LAV yang tergabung dalam TF Passer dilengkapi dengan senapan mesin sedang M240 yang dipasang di palka di belakang supir. Begitu Letnan Flores mengumumkan kedatangan kavaleri lawan, para gunner segera bersiap.

Di saat yang sama kru LAV Shorad juga bersiap menyambut elemen udara lawan yang sudah mulai terlihat di kejauhan.

- - - - -

Markas Skuadron ke-2, Tarai Air Corps.

Sepanjang perjalanan Kapten Phiere tidak henti-hentinya bertanya darimana penyerang Benteng Cambia memperoleh daya tembak yang begitu kuat.

Ia tahu otoritas dunia ke-2 seperti Kingdom Makai memiliki ketapel api yang bisa membakar targetnya, tapi baru kali ini ia melihat senjata artileri yang bisa membuat sebuah bangunan meledak dari dalam dan hancur berkeping-keping.

Beruntung dari awal ia memahami target yang diincar lawan sehingga bisa memilih rute yang relatif aman dan tiba di kandang Cloud Hawk dengan selamat.

Kelegaan memenuhi hati Kapten Phiere saat ia melihat kandang Cloud Hawk Skuadron ke-2 masih utuh dan para Rider sudah dalam kondisi siap tempur.

"Kapten, kami sudah memasang sadel Cloud Hawk Anda, dan Rider dari Darpha Air Corps serta Liqua Air Corps baru saja mengudara."

Kapten Phiere mengangguk kecil tanpa mengucapkan terima kasih pada kru yang telah bekerja dengan begitu responsif. Saat ini setiap detik sangat berharga jadi ia harus memanfaatkannya sebaik mungkin.

"Target mengambil posisi 1.5 km di selatan benteng ini. Kita masih belum tahu kapasitas artileri mereka, jadi serang dari ketinggian maksimal menggunakan panah api."

"""ROGER!"""

Rider dari Skuadron ke-2 Tarai Air Corps menjawab serentak sebelum naik ke punggung Cloud Hawk masing-masing, dan tanpa menunda-nunda mereka segera mengudara.

Kapten Phiere tidak terburu-buru menyusul dua skuadron Rider yang sudah mendahuluinya. Ia justru ingin menggunakan dua skuadron di depannya untuk mengkonfirmasi cara bertempur lawan, dan tidak lama berselang keinginannya tersebut terkabul.

Pertama ia melihat garis putus-putus menghujani dua unit kavaleri yang keluar dari gerbang timur dan gerbang barat. Barisan terdepan dua unit kavaleri tersebut segera terkikis habis sementara barisan di belakangnya memilih putar balik.

'Jahanam pengecut, setidaknya kuras habis panah api mereka meski kau tidak bisa mendekat.'

Gumam Kapten Phiere sebelum menoleh ke arah posisi lawan, dimana kilatan yang lebih tebal tiba-tiba menyembur ke arah Rider dari Darpha Air Corps dan Liqua Air Corps yang mendekat dari dua arah dengan ketinggian yang sangat rendah.

Kapten Phiere yakin kalau panah api yang ditembakkan lawan tidak mengenai Rider dari Liqua Air Corps dan Darpha Air Corps, tapi samar-samar ia melihat ledakkan-ledakkan kecil di sekitar mereka, dan seketika beberapa Cloud Hawk menukik tajam dan menghantam tanah dengan keras. Sementara sisanya mati-matian berusaha terbang menjauh, namun usaha mereka tidak membuahkan hasil.

Puluhan Cloud Hawk yang sepertinya terluka parah tersungkur di atas tanah sementara para Rider terkulai di atas punggung mereka.

Kapten Phiere sedang mencoba memahami trik apa yang digunakan lawan ketika kristal komunikasi di pundaknya tiba-tiba berkedip.

[Di sini. . . Kapten Yaht. . . Skuadron A2 Liqua Air Corps. . . Tarai Air Corps berhati-hatilah. . . panah api lawan akan meledak di dekatmu dan menyebarkan serpihan yang. . . sangat memati. . . .]

"Kapten Yaht, disini Kapten Phiere, masuk."

[. . .]

"Kapten Yaht, disini Kapten Phiere, masuk."

[. . .]

Kapten Phiere menghela nafas dalam-dalam sebelum memberi instruksi kepada anggota Skuadron ke-2.

"Skuadron ke-2 perhatian, jangan terbang berdekatan, lawan menggunakan panah api yang bisa meledak dan menyebarkan serpihan mematikan."

[[[[Roger]]]]

Seluruh anggota Skuadron ke-2 menjawab serentak, dan mereka baru saja menyebar ke segala arah ketika dari posisi lawan meluncur puluhan tombak api yang meninggalkan jejak asap panjang.

'Mereka juga memiliki tombak api yang biasa digunakan otoritas dunia ke-2.'

Kapten Phiere sangat penasaran, tapi ia sama sekali tidak panik. Tombak api memang berbahaya, tapi jika lintasannya diketahui maka senjata tersebut bisa dihindari dengan mudah.

'Apalagi lawan menembakkannya dari jarak yang terlalu jauh dan jumlahnya terlalu sedikit?'

"Manuver menghindar!"

Perintah Kapten Phiere melalui kristal komunikasi dengan kalem, namun sesaat kemudian jantungnya berdebar kencang karena puluhan tombak api yang menghampiri posisinya berubah arah mengikuti manuver anggota Skuadron ke-2.

"Perhatian, lawan tidak menggunakan tombak api biasa, tapi tombak api berpemandu, perha. . . "

Boom boom boom boom!

Kapten Phiere tidak sempat menyelesaikan peringatannya karena tombak api yang sedang ia coba hindari terlanjur menghantam dirinya dengan telak.

Dari 20 anggota Skuadron ke-2, 18 diantaranya terhantam dengan telak dan jatuh menghujam ke bumi sambil meninggalkan jejak asap. Dua Rider lainnya selamat karena entah bagaimana tombak api yang memburu mereka meleset dan terbang menjauh sebelum meledak di udara.

Dua Rider yang selamat kemudian terbang dengan kecepatan penuh menuju barat laut, sementara keringat dingin membanjiri punggung mereka.

*****