webnovel

D'RADIZZA

-Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan Arseano Pradipta- Laki-laki dengan segala luka serta penderita dalam hidupnya, membuatnya harus membenci kedua orang tuanya. Ia menjadi sosok yang sangat berubah 180° dari dirinya yang dulu. Ketua geng Avandor yang terkenal dengan sisi kejam serta kecerdasannya ini membuatnya diagung-agungkan seantero sekolah. Apakah mereka akan ditakdirkan bersama?

whysrch · Khác
Không đủ số lượng người đọc
20 Chs

nine√status baru

Hari pertama dimana mereka pergi ke sekolah dengan status baru. Berita telah menyebar seantero sekolah. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua.

"Aduhh, pagi-pagi udah baper aja aku."

"Aduh..ganteng banget sih si Sean."

"Ya ampun Radiz beruntung banget bisa sama Sean. Gue aja boro-boro bareng, diterima aja enggak."

"Pokoknya my honey Sean ter the best lah."

Seperti itu sekiranya teriakan-teriakan dari para penghuni kelas ketika kedua pasangan ini melintas di lorong koridor Sekolah.

"Banyak yang sayang sama Lo ya ternyata." Tanya Radiz sembari tertawa.

"Buka sayang tapi kagum." Jawab Sean tetap pada posisi tangan menggenggam tangan Radiz.

Mereka menghentikan langkahnya pada kelas XII-IPA 3, memang Sean mengantarkan Radiz di kelasnya. Ia hanya ingin memastikan gadisnya baik-baik saja.

"Makasih Sean udah mau nganter aku." Ucap Radiz dengan tangan memegang tali tas.

"Udah tugas aku mastiin kamu baik-baik aja." Jawab Sean lembut, dengan tangan dimasukkan ke saku celana.

Setelah memastikan Radiz sampai dengan aman, Sean memilih pergi untuk menuju ke kelasnya XII-IPA 5.

"RADIZ.. RADIZ..OHHH..RADIZ.. EMANG BENER YA KAMU PACARAN SAMA SEAN, JAWAB DONG DIZ." Teriak Cecil penasaran.

"Iya diz, memangnya Lo pacaran ya sama Sean."sahut Natella sambil merapikan roknya.

"Iya, kemarin dia nembak gue. Tapi B aja sih, emang kenapa?" Tanya Radiz pada keduanya sahabatnya.

"Aduhhh...Radiz Lo beruntung banget sih, udah cantik, pinter, punya segala-galanya jadi pacar Sean pula. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan." Kata Cecil di lebih-lebihkan.

"Apaan sih biasa aja kali." Jawab Radiz malu-malu.

"Eh diz, tapi Lo nggak akan lupain kita kan, nanti Lo lupain kita lagi karena sering sama Sean." Tanya Cecil sambil mengerucutkan bibirnya.

"Iya diz ,jangan lupain kita semua ya. Gue nggak mau kehilangan Lo." Sahut Natella sedih.

"Apaan sih kalian, mana mungkin aku ninggalin kalian cuma karena cowok. Tenang aja aku sayang sama kalian kok." Rangkul Radiz pada Cecil dan Natella.

Di sisi lain, Sean tengah berjalan di koridor sekolah menuju ke arah kelasnya. Ia mengeluarkan baju nya, sambil memasukan kedua tangannya di dalam sakunya. Tak lupa ia memakai jaket hitam menagkup tubuhnya itu.

"BOSSS.. BENERAN LO NEMBAK RADIZ KEMARIN. JELASIN DONG BOS.. GIMANA KEJADIANNYA." Teriak axel tiba-tiba.

"Eh curut, Lo bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak, suara Lo udah kayak ibu-ibu kompleks masih aja teriak-teriak." Ujar malven

"Iya si curut satu ini berisik banget sih, nggak bisa apa tenang sehari aja." Sahut aksen menyetujui ucapan malven.

"Emang bener sen Lo nembak Radiz." Tanya Ken memastikan.

"Iya,kenapa emang." Jawab Sean datar.

"Nggak papa bos, kita cuma nanya aja kok."

"ADUH..SEDIH BANGET GUE, NENG RADIZ TERCINTA GUE UDAH PUNYA PACAR.. KURANG APA HAMBAMU INI YA ALLAH."Teriak axel lebay.

Tatapan tajam milik Sean seakan-akan menusuk mata indah milik axel.

"Maap, cuma bercanda hehehehe...." Jawab axel menyengir kuda.

"Sukurin Lo xel, mati nggak Lo, untung nggak di bunuh Lo, bisa tinggal nama doang Lo pulang." Ejek aksen pada axel.

**********

Tak ada suara ricuh dari kelas manapun. Hanya terdengar suara anak-anak olahraga.

Bel Istirahat berbunyi semua penghuni sekolah berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya yang lapar.

"Diz,la Lo pesen mau apa, biar gue pesenin." Tawar cecil pada mereka.

"Gue air putih sama roti aja 1, gue juga sama kayak Radiz." Ucap mereka.

Tak lama makanan yang mereka pesan telah ada di depan meja kantin yang mereka huni.

Tiba-tiba terdengar suara keributan saat mereka tengah asik melahap makanan mereka.

"Eh kak maaf, aku nggak sengaja." Ucap adek kelas dengan tatapan menunduk.

"Eh Lo punya mata nggak sih, udah tau ada orang disini, masa iya Lo nggak lihat." Sentak Angkasa pada gadis tersebut.

Tiba-tiba saja Angkasa menjambat rambut gadis tersebut hingga gadis tersebut kesakitan. Radiz dan kedua sahabatnya pun menghampiri gadis tersebut.

"Eh jangan kasar dong sama adek kelas, kan ini bisa di keringin." Sentak Radiz pada Angkasa. Ia hanya tak jika ada yang bertindak kasar pada orang lain.

"Eh diem ya Lo, Lo emang siapa nya cewek cupu ini.? Tanya Angkasa tak suka.

"Gue emang bukan siapa-siapanya, tapi Lo nggak berhak buat nyakitin dia apa lagi Lo udah tindak kekerasan." Ucap Radiz dengan berani.

Tak disangka Angkasa tak bisa mengontrol emosinya hingga membuatnya mencengkeram kedua tangan Radiz hingga berdarah.

"Inget ya kalau sampe Lo ikut campur urusan gue, gue nggak segan-segan buat habisin Lo." Ancam angkasa pada Radiz.

"Lepasin nggak lepasin gue. Terserah apa ancaman Lo gue nggak takut. Dan gue nggak suka Lo kasar sama orang lain apalagi cewek." Tegas Radiz sembari menahan sakitnya.

Dari arah yang berlawanan nampak Sean beserta anak buahnya menuju kantin.

"Eh bos tuh kan cewek Lo, diapain tuh sama Angkasa."

Sean tak bisa menahan emosinya, pasalnya Oya tak suka jika orang lain menyakiti perempuan apa lagi posisinya saat ini dia adalah gadisnya.

"Dasar.." umpat Sean dalam hati.

Tak banyak kata Sean segera menghampiri Diman gadisnya disakiti cowok lain.

Bugrhhhh... bugrhhhh pukul Sean tanpa henti.

"Berani-beraninya Lo nyakitin cewek gue, dia cuma mau bantu tuh cewek ,tapi Lo udah nyakitin dia." Tegas Sean pada lawannya tersebut.

"Se udah se ,aku nggak papa kok. Lagian ini juga nggak sakit." Bohong Radiz pada Sean, karena ia takut jika cowok tersebut lebih nekat daripada ini.

Dengan terpaksa dan karena Radiz yang menyuruh akhirnya Sean melepaskan Angkasa.

"Kamu nggak papa dek?" Tanya Radiz lembut.

"Nggak kak aku nggak apa-apa kok, makasih ya udah nolongin aku." Ucap gadis tersebut lalu pergi.

Tanpa banyak tanya Sean mengambil tangan mungil Radiz dan mengobati lukanya. Tanpa ada penolakan Radiz hanya diam sembari menatap luka ditangannya. Jujur tangan Radiz sangat sakit, namun ia tak mau merepotkan Sean yang selama ini selalu ada untuknya.