webnovel

Cotton Candy

Veli Lienandra, seorang yang periang dan pemilik senyuman manis, merupakan pribadi yang senang berteman dengan banyak orang. Di usianya sekarang adalah masa-masa jatuh cinta atau menyukai lawan jenis. Namun dirinya memegang satu prinsip. Yaitu, tidak mau memikirkan cinta-cintaan, takut sakit hati. Dibalik prinsip itu, dirinya menyimpan sebuah cerita yang mungkin membuat prinsip itu tumbuh. Neilson Arstevan, adalah orang yang Veli kagumi sejak pertama kali bertemu. Akhirnya mereka berdua menjadi teman yang begitu dekat. Di balik hubungan antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau dua-duanya menyimpan perasaan. Veli sendiri takut dengan hubungan dekat yang ia jalani bersama Neilson. Karena ia sadar bahwa dirinya jatuh cinta pada Neilson dan ini adalah pertama kalinya ia merasakan apa itu jatuh cinta. Apakah Neilson juga jatuh cinta pada Veli? Lalu, bagaimana dengan prinsip yang sudah dibuat oleh Veli? Bisakah hubungan dan kisah cinta pertama Veli dengan Neilson berjalan semanis cotton candy?

LaveniaLie · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
4 Chs

001. Sekolah Baru, Teman Baru

Hari-hari di mulai dengan lembaran baru, namun tetap sama seperti hari-hari sebelumnya. Banyak hal yang tidak terduga terjadi dalam 1 hari, bisa jadi mendapatkan keberuntungan, kesialan, atau juga pertemuan dengan orang baru. Namun hari kali ini akan menjadi sedikit berbeda untuk Veli Lienandra, karena ia akan melangkah menuju pendidikan selanjutnya, yaitu SMK.

Jurusan yang ia ambil sekarang bisnis daring dan pemasaran, atau disingkat saja BDP. Awalnya ia sempat mengambil jurusan akuntansi atas permintaan ibunya. Tapi ia berhasil menyakinkan ibunya, bahwa jurusan yang ia inginkan itu yang terbaik. Kembali terulang, saat ketika dirinya menempuh SMP, ia berpisah dengan teman-teman SD-nya dan berbaur dengan orang-orang baru.

Ini sangat mudah baginya, karena ia adalah seorang ekstrovet. Berbaur dan membangun relasi dengan banyak orang adalah kegemarannya. Jadi ia pikir, bahwa jurusan BDP sangat cocok untuk dirinya. Hari ini juga ia akan melaksanakan MPLS, masa pengenalan lingkungan sekolah. Inilah yang paling ia sukai. "Hai, siapa nanamu? Apakah pulpen ini milikmu?" sapa Velicia ramah.

"Ah ya, ini punyaku, namaku Yaya."

"Oh Yaya, namaku Velicia, apa kamu mau kesana?" tunjuknya kearah kelas yang sudah banyak siswa siswi berkerumunan.

"Iya, aku mau kesana."

"Ayo." Sudah satu orang yang menjadi teman barunya, tanpa ia sadari sudah ada kakak kelas 12 yang kebetulan masuk.

"Oke baik, selamat pagi!" sapa anggota seorang OSIS yang menggunakan mic.

"Pagi," sahut semua orang serentak. Hari itu berjalan sangat meriah, hingga jarum jam menunjukkan jam istirahat. Para siswa dan siswi berhamburan kesana kemari. "Veli, bisa temani aku ke WC tidak?" tanya Mely, teman Veli yang beda kelas namun satu sekolah.

"Iya bisa." Mereka berdua berjalan melewati area parkiran. Veli membungkukkan sedikit tubuhnya saat lewat di depan kakak kelas. Baginya itu perlu, agar tidak dibicarakan oleh kakak kelas, sekaligus sikap menghormati. "Dek, kakak ini suka sama kamu lho! Katanya dia mau tahu alamat rumah kamu dimana!" teriak seorang kakak kelas yang mendorong salah seorang temannya yang malu-malu.

Veli hanya berbalik kearah suara tersebut dengan wajah polosnya lalu kembali berjalan menuju WC. "Hah, ada-ada saja," ujar Veli.

"Hahaha, cie ... Baru pertama masuk sudah ada yang suka. Mana kakak kelas lagi, cie ...," goda Mely mencubit pipi chubby Veli.

"Ah, apaan sih ... Mungkin aja kakak kelas tadi iseng doang."

Wushh ....

Hembusan angin kencang membuat rambut Veli terbang kemana-mana. Seorang siswa tampan menggunakan masker berjalan melewatinya. Seketika Veli terpanah akan pesona dimiliki siswa itu, namun kesadarannya cepat kembali sebelum Mely menangkap basah dirinya. "Tunggu sebentar ya, gak lama kok," ujar Mely masuk ke dalam WC.

"Iya, aku tunggu nih." Tidak lama pun Veli keluar dari WC, mereka pun berjalan menuju kantin untuk membeli beberapa jajanan untuk mengganjal perut. Bertemu lagi lah mereka berdua dengan dua kakak kelas yang di area parkiran tadi. "Dek, boleh tahu namanya tidak?" tanya kakak kelas yang berteriak di parkiran tadi.

"Velicia, panggil saja Veli," kata Velicia yang selalu tersenyum.

"Baiklah, nama kakak Ferian dan ini Daniel."

"Iya kak, salam kenal." Veli kembali mengantri untuk membayar jajanannya.

"Tunggu, biar aku aja yang bayar," kata kakak kelas yang bernama Daniel.

"Tidak perlu," kata Veli yang lebih dulu sudah mengeluarkan uangnya. Akhirnya ia pergi mencari tempat duduk bersama Mely. "Tuh kan ketemu lagi sama kakak itu, kamu sih jangan malu-malu gitu. Lagian ganteng juga kok, tingginya oke pula," goda Mely lagi.

"Udah ah, aku lagi gak mau mikir yang namanya jatuh cinta-cintaan, tar sakit hati."

"Aduh duh Veli, jangan ngomong gitu. Kalo kamu suka sama seseorang gimana? Kamu bakal suka terus atau tetap pegang prinsipmu tadi?"

"Hmmm, ya tetap pegang prinsipku tadi lah. Cepat sedikit, udah mau masuk lagi ke ruang aula tadi."

"Iya." Semua siswa siswi kembali berkumpul, anehnya Veli tampak sedang mencari seseorang. "Kamu cari siapa? Disini ada 300 ratusan kepala, kamu gak akan bisa mencarinya," kata Mely sedikit risih.

"Gak cari siapa-siapa, lagi lihat-lihat aja." Padahal Veli sedang mencari siswa yang ia temui di sekitar parkir dekat WC tadi. Yang dikatakan Mely benar juga, sulit menemukannya di dalam ruangan ini. Bel sekolah berbunyi, semua siswa siswi pergi meninggalkan ruangan dan pulang ke rumah masing-masing. Ada yang dijemput, ada yang membawa kendaraannya sendiri, ada juga yang menunggu kendaraan umum, seperti angkot.

"Aku pulang dulu ya Veli, sampai jumpa," kata Meli sambil melambaikan tangannya.

"Iya, hati-hati di jalan ya ...." Setiap detik dan menit berjalan, sekolah semakin sepi. Veli memutuskan untuk menunggu ibunya datang di pos satpam dekat pintu gerbang sekolah. Sampainya di sana, ia pun duduk di sebuah kursi dan di sampingnya ada seseorang yang duduk menunggu jemputan juga. Veli yang penasaran dengan siswa itu pun melirik sekilas, "Kok dia mirip dengan siswa yang aku lihat tadi ya?" gumamnya kagum saat matanya terfokus pada hidung siswa itu yang mancung sekali.

Menyadari sedang diperhatikan, siswa tersebut melihat kearahnya dan Veli cepat-cepat memalingkan wajahnya. "Duh, bikin malu aja kamu, Veli. Itu memang dia, dia yang kamu lihat tadi," gumamnya. Sebuah mobil Toyota cokelat masuk ke perkarangan sekolah. Siswa itu bangkit berdiri dan berjalan mendekati mobil tersebut. Kemudian masuk ke dalamnya lalu pergi. "Wah, sepertinya dia orang yang cukup kaya."

Seketika Veli merasa insecure dengan dirinya, yang hanya biasa saja. "Tidak apa Veli, nasib orang itu berbeda-beda. Kamu pasti bisa merubahnya jika kamu mau jadi orang kaya." Tidak lama, ibunya datang dengan motor Mio soul berwarna cokelat. "Ibu, kok lama sekali?"

"Iya Veli, mama tadi antri isi bensin."

"Oh begitu." Dalam perjalanan, Veli masih membayangkan siswa tersebut. "Kok bisa kebetulan beruntung begini ya nasibku hari ini di sekolah baru ...," gumamnya senang. Akhirnya ia sampai di rumah, tadi di sekolah nomornya di mintai oleh kakak OSIS untuk grup di WhatsApp. Saat ia membuka handphonenya, beberapa pesan masuk. Ia memperhatikan jumlah orang yang berada di grup tersebut.

"Banyak sekali pesannya, pesertanya juga banyak sekali."

Ting!

Sebuah pesan tidak di kenal pun masuk, "Hai, save Daniel, kamu Velicia kan? Itu loh yang temen aku satunya si Ferian," Veli bingung dari kakak kelas itu mendapatkan nomornya. Ia kemudian mengecek info nomor tersebut dan berada satu grup dengannya dan dia admin di grup tersebut. "Jangan-jangan ini kakak yang aku temui di kantin itu, masa dia OSIS sih? Tapi mungkin saja iya."

Ia pun segera membalas tersebut dan menyimpan nomornya. "Sekolah baru, teman baru."