webnovel

Kamp Militer

Malam ini benar-benar menjadi malam yang membingungkan. Tiba-tiba saja guru Hana mengatakan kalau aku dan Ana ini adalah rekan. Tentu aku sangat bingung, Ana adalah seorang pembunuh bayaran sepertiku? Tapi mengapa Guru Hana tak memberitahu hal ini sebelumnya. Dia hanya berdalih dia hanya ingin menguji solidaritas kami kepada guru Hana. Itu benar-benar.. ya bisa dibilang sedikit janggal. Tapi tak peduli, baguslah kalau teman sekamarku adalah seorang Assassin sepertiku. Dengan begitu pekerjaan ini akan sedikit menjadi lebih ringan meski aku sebenarnya lebih suka menjalankan misi seorang diri sih. Tidak aku tidak pernah menjalankan misi sebelumnya. Jadi aku belum mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya ketika menjalankan misi sungguhan.

Pesta, meski malam ini adalah pesta pengangkatanku sebagai seorang pembunuh bayaran, ini sama sekali tak menyenangkan. Wajahku tetap datar seperti biasanya karena aku tak merasa ini membahagiakan sedikitpun. "Rika, selamat!" Ana dengan riang mengucapkannya, padahal sebelumnya dia meletakan moncong senapannya di kepala ku. Sepertinya aku benar-benar tak bisa mempercayai semua orang, termasuk Ana sekalipun.

"Rika harus bersiap untuk pertempuran minggu depan, ini tidak ada manfaatnya, Guru." Ucapku, akan tetapi jawaban yang diberikan oleh Guru Hana berbeda dari ekspentasi ku. Mungkin karena dia sedang mabuk, dia berkata dengan wajah yang payah kalau aku harus bersenang-senang malam ini, supaya besok tidak menyesal karena tak bisa menikmati malam ini. Guru Hana yang sedang mabuk benar-benar berbeda. Lagipula bagaimana rasa dari minuman keras itu sampai membuat orang mabuk, sih? Untuk anak seusiaku tentu saja itu sangat mengherankan, ah, lagipula aku tak mau tau akan hal seperti itu. Di tempat ini tidak hanya kami bertiga, melainkan ada seorang pria yang tengah duduk diam di atas sebuah kursi panjang, tidak itu bukan kursi tapi bangku taman yang entah ia dapatkan dari mana, padahal di tempat ini tak ada kursi taman sebelumnya.

Ya siapa lagi kalau bukan suami dari guru Hana, satu-satunya pria yang mengetahui identitas kami bertiga, bahkan menerima kalau istrinya sendiri adalah pembunuh yang membunuh untuk kebaikan negara ini. ya begitulah tujuannya, kami bertiga bukan asal membunuh, namun kami akan membunuh orang-orang yang berdosa di negara ini, tentu kami akan mendapatkan tugas ini dari Klien. Tugas kami adalah membunuh para pendosa, seperti pejabat yang melakukan tindakan bodoh (Kau tau apa?), dan bahkan warga yang menjadi seorang pencuri pun akan kami habisi jika tindakannya sudah tidak bisa dimaafkan. Itulah tujuan dibentuknya Assassin ini.

Tapi, malam ini akhirnya berakhir dengan cepat. Hari telah berlalu, dan sekarang, aku sudah berada di depan sebuah barak tentara yang akan menjadi tempat pelatihanku.

Aku diantar oleh kepala sekolah yang mana setelah sampai di dalam kamp militer aku langsung disuguhi dengan seorang wanita bersurai pirang dengan topi hitam. Matanya sangat tajam, dia seperti sudah melewati ribuan kematian. Dia orang yang tangguh. "heh, jadi kaulah orangnya, selamat datang, anak muda!" ekspresi kerasnya tetap ada meski dia tersenyum menyambutku. Senyuman lebar yang sangat gagah, dia wanita atau apa, sih? "Huh." Aku menarik nafasku.

"Anak muda, di tempat ini, kau takkan mendapatkan perlakuan khusus, kau juga takkan mendapatkan sesuatu yang kau benci itu." Dia berbicara dengan lantangnya, "Jika ada tentara yang saling menghina, Ras ataupun jenis kelamin, akan langsung kutembak di tempat, jadi jangan takut dihina di tempat ini." dia melipat tangannya di bawah dada. Dengan kata lain, dia menjamin kenyamananku di sini dengan berdalih kalau dia akan menembak siapapun yang menghina. Baik aku meghina orang, atau orang yang menghinaku.

Wanita itu berjalan ke arahku dan berkata, "Selamat datang, Rika." Dia benar-benar tak menghinaku, biasanya orang-orang akan memanggilku dengan sebutan Saaxirad, namun wanita ini membuatku sedikit merasa lebih nyaman. Hah, sebaiknya aku menjadi tentara saja, habisnya, aku tak mendapatkan penghinaan di tempat ini. tapi itu untuk sekarang, aku tak tau bagaimana sikap prajurit lain padaku.

"Masuk." Titahnya padaku seraya menunjuk sebuah pintu besi, aku akan langsung diuji, minggu depan, aku akan segera menjalankan tugas besarku, aku akan menjadi penyerang yang tak dapat dideteksi oleh lawan. Bersembunyi dibalik bayangan pertambangan dan menikam orang-orang yang menjadi lawanku. Ketika masuk ke dalam ruangan itu, telinga ku langsung disambut dengan suara nyaring dari tembakan. Orang-orang itu tengah melatih akurasi mereka, target yang mana adalah sebuah manekin dengan pola khusus untuk menjadi sasaran para tentara. "Ini adalah tempat latihan, kamu akan langsung berlatih di tempat ini, akrablah dengan orang-orang di sini, dan bekerjalah dengan baik!" nada wanita itu terdengat tegas padaku. Berbeda ketika berada di luar ruangan tadi.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Wanita itu berjalan mendekati satu tentara lelaki, menyentuh bahu nya dan berbicara padanya, seraya menunjukku dengan lembut. "Nah, Rika, berlatihlah dengan giat, aku sangat kagum karena anak seuisiamu bisa ikut pada pertempuran ini, meski ya.. aku tak bisa menerimanya, namun ini demi dirimu juga." wanita itu pergi sambil melepaskan topi cokelatnya. "Rika ya, selamat datang." Pria tadi menyapaku dengan ramah. "Komandan barusan memberikan instruksinya padaku, dan juga kami telah mengetahui kondisimu sekarang sehingga kami bisa mengerti, jadi, anggaplah kami semua teman." Dia memberiku sebuah senjata api. "Itu adalah senapan Semi otomatis, gunakan itu untuk melatih akurasimu."

Dia sepertinya tak tau, "Aku adalah pembunuh bayangan." Ucapku, "Ya, kami semua tau, bukan hanya itu, kamu juga Assassin muda kan?" eh? Apa?

"Apa maksudmu?" aku menodongkan senjata ini pada wajahnya, namun dia dengan tenang menurunkan senjataku, "Kami para tentara tentulah sudah tahu akan hal itu, bahkan Hana adalah salah satu dari tentara di sini, ada beberapa jenis tentara, ada Striker, yakni penyerang, contohnya adalah aku, ada Tanker, atau unit perisai, kau lihat pria besar itu, dia adalah Tanker di Unitku, Knight, atau ksatria, pengguna senjata Meele, terutama pedang, mereka tak berlatih di tempat ini, namun aku yakin kamu sudah pernah melihat mereka, Sniper, penembak jitu yangmenggunakan sebuah senapan untuk menyerang, mereka biasanya adalah unit pengintai, dan satu lagi adalah Assassin, pembunuh bayaran yang klien nya hanyalah orang-orang khusus saja, Assassin hanya akan bertugas ketika adalah kasus misterius, seperti pembunuhan berantai yang tak bisa diselesaikan oleh unit tentara, bisa dibilang Assassin adalah Agen khusus, contohnya adalah Hana." Aku baru tau akan hal itu, "Jadi di sini aku tak perlu menyembunyikan identitasku?" tanyaku padanya, "Tentu saja, kita adalah rekan, omong-omong, namaku adalah Ethan, salam kenal, rekan kecil!"

Aku sungguh merasa betah di tempat ini, tak ku sangka aku tak perlu menyembunyikan identitasku sebagai pembunuh junior. Jadi, bisa dibilang aku ini adalah seorang Agen khusus, dan peperangan ini adalah ujian untukku, menilai kelayakanku sebagai seorang Agen khusus. Ah, semuanya jadi jelas sekarang.