webnovel

Jiwa Seorang Pembunuh

"Kau sudah boleh masuk, Saaxirad." Rika mendengar suara itu, entah mengapa dia sangat ingin menendang kepala sang guru yang menyebalkan baginya. Dia dikeluarkan dari jam pelajaran dan terus dimaki-maki. Bukan hanya guru, namun teman-temannya juga sama, dia dihina habis-habisan hanya karena rasnya adalah Saaxirad. Padahal ini adalah hari kedua ia bersekolah, semua orang sudah mengetahui jati diri Rika yang asli, rambut cokelat dan mata Ruby nya yang membuat orang-orang menjauhinya dan merundungnya. "Rika, selamat datang Kembali." Gadis pirang itu berjalan mendekati Rika yang tengah duduk di tempatnya, Rika duduk di meja paling ujung dan paling pojok, ia tak peduli. Gadis pirang itu dengan baiknya memberikan catatannya kepada Rika, membiarkan Rika untuk menyusul pelajaran yang tertinggal karena ia tak mau Rika tertinggal. Hanya saja, Rika tak menerimanya, "Rika, sudah belajar hal ini sebelumnya." Ujarnya dengan nada dingin sambil memberikan Kembali buku itu, tatapannya sudah seperti orang yang malas hidup. "Tapi, Rika yakin tak mau mencatatnya? Mungkin Rika memang sudah paham, tapi seharusnya ada sedikit perbedaan bukan?"

"Rika, tak peduli dengan itu, hanya saja, yang penting tujuannya sama menuju hal yang sama, sudah, Rika saat ini sedang tidak mau bicara." Rika berjalan meninggalkan tempat itu, sekarang adalah jam istirahat, karenanya mereka bisa pergi ke kantin, namun bukannya pergi ke kantin, Rika lebih suka pergi ke atap sekolah, menikmati bekalnya di sana seorang diri. Seperti hari kemarin, ia menyendiri di tempat itu sambil menikmati angin yang menyegarkan. Gadis dingin yang misterius, dia memiliki perbedaan dengan murid lainnya dalam bidang bertarung, jika murid lain bertarung secara terang-terangan, baik menggunakan senjata api, pedang atau Mecha, Rika berbeda, dia bertarung secara diam-diam menggunakan pisau dan pedang untuk bertarung 1 lawan 1. Seorang pembunuh bayangan, sekaligus pembunuh bayaran yang akan dilantik malam ini juga, itupun jika ia berhasil membunuh tahanan yang dilepaskan hari kemarin malam. Rika berjalan membawa bekal di tangannya dengan tenang, menaiki tangga menuju atap dengan sebuah buku yang ia pegang di tangan kanan, buku ini adalah buku pelajaran yang diberikan Guru pembunuh bayaran, dia harus mempelajarinya sendiri supaya bisa menjadi seorang Assassin yang hebat dan lihai, juga terbiasa dengan bau darah. "Rika!" Tak menyahutinya, Rika sama sekali tak mau menyambut orang itu, 'Anak itu, merepotkan sekali.' Batin Rika sambil tetap berjalan menaiki tangga, "Kamu, jangan mengikuti Rika." Rika menatapnya dengan dingin, ia menatap gadis pirang yang sepertinya juga ingin makan siang di atap bersamanya, "Atap ini sudah Rika tempati, pergilah ke tempat lain." Setelah mengatakan itu Rika hanya membuka pintu atap dan segera menikmati makanannya, membiarkan gadis pirang yang keras kepala tetap berada bersamanya, makan dan menikmati makan siangnya di depan wajah Rika. "Rika kamu kaku banget, kamu harus sedikit berinteraksi dengan kami, dengan begitu aku yakin kalau orang-orang akan berubah pikiran !"

Anak itu mengatakan hal yang tak boleh dikatakan, dia berkata dengan asal-asalan, tak memahami perasaan anak perempuan yang ada di depannya. "Kita semua, akan dikirim untuk memberantas pasukan pemberontak yang ada di perbatasan timur, namun, apakah kamu tak merasa aneh dengan hal itu?" Rika menurutinya dengan senang hati, dia mulai berbicara dengan gadis pirang itu. "Apa yang aneh? Kita hanya perlu membunuh mereka bukan? Tenang saja, jika Rika takut, maka ada aku dan Miss T di sini!" Gadis pirang itu menunjukan senjata api berjenis Tmp. Gadis pirang ini adalah pelajar dengan kelas Ranger, dia menggunakan senjata senapan mesin ringan Steyr TMP untuk bertempur. Yah bisa diakui kalau Ranger sangatlah banyak, bahkan Kelas yang paling banyak diambil di sekolah ini adalah Ranger, tak ada yang mengambil kelas Pembunuh Bayangan seperti Rika. Karena menurut mereka, menjadi pembunuh bayangan sangatlah sulit, mengingat mereka harus menyembunyikan hawa kehadiran barulah mereka bisa menjadi pembunuh bayangan. "Bukan itu yang dimaksudkan oleh Rika, namun, mengapa sekolah malah mengirim murid kelas pemula dalam misi yang berbahaya? Bukannya, misi seperti itu hanya bisa dilakukan oleh Pengabdi yang telah berusia lebih dari 13 tahun? Sementara usia rata-rata kelas pemula berusia 8 tahun saja." Rika menjelaskannya dengan wajah dingin, kedua mata Ruby nya mengedip perlahan dan Kembali menikmati makanannya. "Memang benar, seolah-olah sekolah ingin memusnahkan murid baru tahun ajaran sekarang, memang kamu benar, ada yang aneh." Gadis pirang itu kini setuju, meletakan senjata api nya dan menikmati Kembali makanannya. Dia sudah sadar akan kejanggalan ini, "Namun tak ada yang bisa kita lakukan lagi, bukan? Kita hanya perlu mengikuti arahan dari sekolah." Rika tak menyahutinya, dia tetap menikmati makanannya. Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka selesai makan dan segera masuk Kembali ke kelas. Seharusnya, sekarang adalah jam pelajaran guru pembunuh bayaran, dia memegang mata pelajaran Teknik. Karenanya ini adalah hal yang akan disukai oleh Rika karena ia bisa mengandalkan kemampuannya, bukan otaknya. Dengan begitu orang-orang seharusnya akan melihat kebolehannya. Namun sesampainya Rika dan gadis pirang ke kelas, murid lain menatap mereka dengan tatapan jijik dan takut, bukan, bukan menatap mereka, namun hanya menatap Rika. "Ana, kenapa kamu mau Bersama keturunan penyihir itu? Bergabunglah Bersama kami." Ana, itu adalah nama gadis pirang yang selalu menemani Rika, kemanapun ia pergi. Dengan tenang Ana menolak ajakan orang tadi, meski mereka baru berusia sekitar 8 tahunan, namun mereka sudah bersikap seperti preman saja. "Bergabunglah dengan mereka." Rika menatapnya dengan dingin, ia tak mau direpotkan oleh hal seperti ini.

"Semuanya, harap duduk di tempat masing-masing, pelajaran akan segera dimulai!" Suara tegas terdengar, 'Guru Pembunuh bayaran, Hana, dia memiliki sikap yang berbeda.' Batin Rika, ia bisa merasakan aura yang berbeda dari guru yang mengajarinya Teknik membunuh. "Kalian, segera pergi ke ruang ganti, ganti pakaian kalian dengan pakaian olahraga dan segera turun ke lapangan, kita akan langsung memulai praktik, ini memang sedikit mengejutkan untukmu, Rika, namun minggu kemarin kami sudah membuat janji kalau hari ini akan ada ujian praktik, persiapkan dirimu!" Nada tegasnya membuat Rika sedikit bersemangat. Guru Hana ingin mengujinya, ingin menguji kemampuan membunuhnya di depan umum. Padahal seharusnya itu tak perlu dilakukan karena Rika adalah seorang pembunuh Bayangan semata. Namun tak ada pilihan lain, Rika akan menunjukan hasil terbaik, hasil Latihan mandirinya selama ini. Jika orang-orang menggunakan senjata api, maka dirinya akan menggunakan 2 jenis senjata tajam, yakni sebuah pisau kecil, bahkan pisau kecil itu memiliki ukuran bilah seperti kunci pintu dengan Panjang sepanjang obeng saja. Juga, dia menggunakan sebuah pedang pendek yang memiliki Panjang sepanjang tangan Rika, dengan begitu dia akan mudah bergerak. Karena seorang pembunuh bayangan adalah pembunuh yang mengandalkan kecepatan bertempur. Sekarang dia akan pergi menuju ruang ganti murid perempuan, 'Lokerku terbuka.' Rika menatap tajam murid lain yang sepertinya mereka lah pelaku dari ini semua. 'Pakaian Rika, semuanya dirusak dengan dikotori.' Ia menatapnya dengan wajah dingin, menarik nafas pelan dan mengambil baju cadangan yang ia bawa di tasnya, 'Untung saja, guru Hana sudah memperingat Rika kalau Rika harus membawa pakaian cadangan yang sama.' Dia tersenyum simpul, merasa menang karena dirinya membawa pakaian lain.

Lantas ekspresi senang para gadis yang menjahili Rika berubah menjadi kesal dan menodongkan senjata api kepadanya. "Peraturan nomor 1." Rika menatapnya dengan tajam, memang benar tempat ini tak ada kamera pengawas, namun semuanya bisa menjadi saksi jika saja orang itu membunuh Rika menggunakan senjata api. Karena itulah saat ini Rika tetap bersikap santai, ia tak peduli dengan kehidupannya sendiri. "Rika, kita pergi sekarang, yuk?" Ana mengajaknya keluar, di tangannya sudah tesimpan rapi senjata api TMP miliknya. Rika tau tujuan Ana, dia hanya ingin memisahkan Rika dari masalah ini, karenanya Rika sekarang menurut dan segera keluar, dengan menarik sebuah pisau dari balik rambutnya yang terurai, membuat orang-orang terkejut karena selama ini Rika menyembunyikan pisau di tempat itu. Berjalan dengan tenang, melihat ke bawah, 'Kenapa Rika harus menangis? Rika, seharusnya telah membunuh perasaan Rika.' Dia mengusap kedua matanya, tak mau membiarkan air matanya terjatuh.

Semua murid, baik laki-laki ataupun perempuan telah memasuki lapangan, tentu, murid kelas 1-1. Ujian praktik adalah saat dimana mereka akan menunjukan kemampuan masing-masing dalam bertempur, baik pertahanan, serangan jarak jauh ataupun serangan jarak dekat.

"Rika, ini adalah waktu yang tepat untukmu menunjukan kemampuan bertarungmu, nah, gunakan itu sekarang juga." Hana tersenyum kepadanya, seorang tahanan yang siap dieksekusi sudah berlutut, "Guru Hana, anda menjadikan manusia sebagai target? Bukannya itu terlalu berlebihan?" Tanya Ana, namun bukannya menjawab, guru Hana malah tersenyum dan meninggalkan tempat itu, seraya berkata, "Nah, tentukan pilihanmu saat ini juga, Rika." Pilihan ini sebenarnya sama sekali tak berat, Rika hanya perlu menikam leher belakang orang itu untuk membunuhnya. "Jarak target hanya 50 meter, kondisi target terikat, tak bisa bergerak." Rika menarik nafasnya, ia tak menggunakan pedang melainkan menggunakan pisau kecilnya, karena untuk membunuh dengan mudah ia harus menggunakan senjata seperti ini. "Rika, jangan bilang kamu.." Ana menatap tak percaya akan Rika, "Dia adalah tahanan yang akan dieksekusi, tenang saja, meski Rika tak membunuhnya pun, dia akan tetap mati." Ujar Rika, dengan tenang Rika berlari, kecepatannya sangat tinggi. Bahkan anak-anak kelas 1-1 merasa terkejut dengan kemampuan Rika yang sangat mengerikan. Dalam waktu kurang dari 1 menit Rika sudah berada di belakang orang itu, menikamnya dengan pisau sampai membuatnya tersungkur. "Target dieliminasi." Ia menatapnya tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. "Kerja bagus, pembunuh bayanganku." Guru Hana tersenyum puas pada Rika, "Baiklah, pembukaannya telah selesai, kalian, akan melakukan praktik secara bergilir, terutama para Ranger." Guru Hana meminta Rika untuk tetap diam, tak melakukan apa-apa sebelum ia memintanya, sementara mayat tadi sudah dibersihkan Kembali. 'Rika, akan menjadi lebih kuat, melupakan penghinaan orang-orang itu.'